30. IKRAR, FLORIST, DAN BUNGA PEONY

9.5K 955 53
                                    

30. IKRAR, FLORIST, DAN BUNGA PEONY

“Semenjak gue deket sama Prasasti gue jadi jarang dapet puisi lagi,” tutur Aarav pada Charles di sebelahnya.

“Karena tujuan puisinya buat deketin lo sama Prasasti,” balas Charles, menoleh sekilas pada Aarav. Lalu kembali fokus pada pertandingan basket.

“Dari mana lo tahu?” tanya Aarav.

“Gue cuma nebak aja.”

Aarav dan Charles saat ini tengah duduk bersama di tribun Gedung Olahraga (GOR). Menyaksikan pertandingan basket yang diadakan oleh sekolah lain. Sekolahnya memang tidak bertanding saat ini. Namun, Aarav hanya ingin menghilangkan rasa bosannya. Maka dari itu Aarav mengajak Charles menonton pertandingan basket.

“Gimana hubungan lo sama Aurora?” tanya Aarav membuat Charles sontak menoleh pada Aarav.

Charles terkekeh pelan. “Biasa, akur-akur aja kayak temen.”

“Kenapa lo nggak bilang ke Aurora lo suka sama dia?” tanya Aarav.

“Gue udah anggap dia sahabat gue sendiri. Nggak mungkin gue naksir sama Aurora,” bantah Charles.

Aarav tidak mudah percaya dengan ucapan Charles. Bukan hanya Aarav, bahkan anak-anak lain di Ascargo pun bisa dengan mudah tahu kalau Charles menyukai Aurora. Dilihat dari interaksi, bagaimana effort Charles yang diberikan pada Aurora, dan banyak hal lainnya yang memperlihatkan secara jelas bahwa Charles menyukai Aurora. Namun, Charles selalu membatahnya.

“Lo juga tahu kalau Alzam sama Aurora punya perbedaan besar. Mereka nggak bakal bisa sama-sama,” cetus Aarav.

“Aurora nggak bakal peduli sama itu. Gue kenal dia dari kecil. Sekali dia mau sesuatu, dia harus dapetin itu,” ujar Charles. Selalu tahu apapun tentang Aurora.

“Jadi, kalau Aurora nggak kejar Alzam. Lo yang bakal kejar Aurora?” tanya Aarav.

“Gue suka sama Aurora sebagai temen. Nggak lebih dari itu.”

“Kalau gitu kasih tahu gue kenapa lo belum deket sama cewek manapun?”

“Rav—”

“Selagi lo masih ada kesempatan. Jangan lo sia-siain gitu aja!” ucap Aarav, memotong perkataan Charles sebelumnya. “Gue tahu lo suka sama Aurora, Les. Lo selalu punya banyak kesempatan buat dapetin Aurora. Tapi, lo pesimis. Lo takut rasa suka lo bertepuk sebelah tangan. Padahal lo belum pernah coba.”

“Tapi gue nggak bisa jadi pengkhianat ke temen gue sendiri,” tutur Charles. Merasa jika ia menyukai Aurora maka sama saja mengkhinati pertemanannya dengan Alzam. Meskipun Charles ragu apakah Alzam benar-benar menyukai Aurora atau tidak.

“Walaupun Alzam suka sama Aurora. Mereka juga nggak bakal bisa sama-sama,” balas Aarav, terus berusaha meyakinkan Charles.

Charles tersenyum miris. “Mungkin gue bisa saingan sama cowok manapun yang suka sama Aurora. Tapi gue nggak bisa saingan sama cowok yang Aurora suka, Rav. Gue udah kalah telak.”

****

“Prasasti!” panggil Aarav pada Prasasti yang kebetulan juga tengah melintas di depan ruang perpustakaan sekolah. Ada beberapa buku yang Prasasti bawa ditangannya.

Prasasti menoleh pada Aarav yang berjalan mendekatinya. “Kenapa, Rav?”

Handphone lo,” ucap Aarav sembari menyerahkan ponsel Prasasti yang tertinggal di nakas kamar tamu sehari lalu.

Prasasti menerima ponselnya dari Aarav. Ponsel miliknya sudah bisa menyala padahal sebelumnya ponsel Prasasti mati karena terjatuh.

“Lo yang udah benerin HP gue, Rav?” tanya Prasasti. Ekspresi wajah Aarav terlihat bingung, kedua alisnya saling bertaut.

Aarav's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang