39. PLUVIOPHILE & PETRICHOR
“Mau apa lo di Mansion gue?” tanya Zayn menatap datar pada Aarav yang mengenakan seragam sekolah tengah berdiri di depan pintu utama Mansion.
“Gue mau jemput pacar gue, Prasasti,” jawab Aarav santai.
“Nggak perlu! Gue yang anterin Prasasti ke sekolah,” tukas Zayn.
Mendengar ucapan Zayn, Aarav berjalan mendekati Zayn. Berdiri tepat di depan Zayn. Satu tangan Aarav menepuk pelan bahu kiri Zayn. Seolah tahu kondisi Zayn saat ini tampak kepanasan setelah mengetahui kalau dirinya dan Prasasti berpacaran.
“Gue pacarnya, jadi tugas antar jemput Prasasti dan semua urusan yang berkaitan sama Prasasti itu jadi tanggung jawab gue sekarang,” ujar Aarav.
“Kalau lo lupa, dari dulu Prasasti udah jadi tanggung jawab gue.”
“That was not now,” balas Aarav.
Prasasti baru saja tiba di dekat pintu utama Mansion Zayn. Dengan seragam sekolahnya dan tas yang Prasasti gendong di punggung belakang. Prasasti melihat Aarav dan Zayn seperti sedang mengobrol. Tentu saja, itu pasti bukan obrolan baik-baik. Mereka pasti sedang berdebat. Kemarin Prasasti sudah melarang Aarav agar tidak perlu datang menjemputnya di Mansion. Karena situasi saat ini antara dirinya dan Zayn sedang panas. Prasasti tidak ingin terjadi keributan lagi.
“Aarav!” panggil Prasasti.
Sontak Aarav dan Zayn menoleh bersamaan ke arah Prasasti yang masih berdiri diam di pijakannya. Prasasti kemudian berjalan menuju Aarav.
“Hai Sayang,” sapa Aarav pada Prasasti yang kini di hadapannya. Aarav sengaja memanas-manasi Zayn.
“Aarav, aku udah bilang kan kamu enggak perlu jemput aku kesini,” kata Prasasti mengingatkan Aarav.
“Tapi, aku mau berangkat ke sekolah bareng sama pacar aku,” balas Aarav sekilas melirik Zayn.
Sementara itu, Zayn semakin terbakar ketika mendengar cara bicara Prasasti pada Aarav sudah berubah menjadi panggilan aku-kamu.
Prasasti beralih menoleh pada Zayn yang hanya diam. Sejujurnya ada rasa tidak enak dalam diri Prasasti terhadap Zayn.
“Zayn gue—”
Belum sempat Prasasti menyelesaikan perkataannya. Zayn berjalan masuk ke dalam Mansion. Meninggalkan Prasasti bersama Aarav di depan Mansion tanpa berbicara apa-apa lagi.
Justru nyatanya bukan kemarahan Zayn yang membuat Prasasti takut. Tapi, diamnya Zayn.
****
Dari parkiran mobil sampai memasuki lorong kelas 10 Aarav terus merangkul bahu Prasasti dengan tangan kanannya. Seolah-olah tidak akan pernah mau melepaskan Prasasti sekaligus menunjukkan statusnya dengan Prasasti sekarang. Tidak peduli kalau kini mereka tengah jadi pusat perhatian dan perbincangan murid-murid di sekolah.
“Aarav, kita dari tadi dilihatin banyak orang,” kata Prasasti memberitahu Aarav di sampingnya. Keduanya masih berjalan bersama melewati beberapa murid di sekitar lorong kelas 10.
“Kan emang itu tujuannya. Biar semua orang lihat terus tahu kalau kamu udah jadi pacar aku,” balas Aarav tidak terlalu memperdulikan orang-orang sekitar.
“Tapi kalau ada yang nggak suka aku jadi pacar kamu, gimana?” tanya Prasasti.
“Aku enggak peduli, yang penting kan aku suka sama kamu. Orang lain mau suka atau nggak, itu nggak penting. Kita berdua yang pacaran, bukan orang lain. Jadi, yang penting kita berdua saling suka,” jelas Aarav panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarav's (TAMAT)
Teen Fiction"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva, sang ketua geng Ascargo yang pemberani dan cerdik. Masa-masa SMA Aarav hanya seputar berkelahi dan m...