33. AMOR
Meskipun Zayn sering melakukan apapun untuk Prasasti. Tapi, Prasasti tetap merasa ragu akan perasaannya pada Zayn. Harusnya perasaan itu tidak berubah. Harusnya perasaannya pada Zayn terus bertambah setelah semua yang sudah Zayn perbuat untuk membahagiakan Prasasti.
“Hai Prasasti,” sapa Bryan yang tiba-tiba sudah berdiri di samping loker Prasasti.
Prasasti tidak merespon Bryan, setelah menutup dan mengunci lokernya Prasasti langsung beranjak pergi. Melihat Prasasti pergi, Bryan lantas menyusul Prasasti sehingga kini berhasil menghadang jalan Prasasti dengan tubuhnya.
“Gue baru sadar kalau ternyata lo lebih cantik ketimbang Gretha,” tutur Bryan.
“Minggir!” titah Prasasti.
“Setelah lo terima tawaran jalan bareng gue. Baru gue mau minggir,” tukas Bryan, seraya tersenyum.
“Gue sibuk!”
“Sibuk sama kakaknya Gretha atau sama Aarav?” tanya Bryan lalu tertawa pelan.
“Kakaknya Gretha sama Aarav udah bayar lo berapa?” tanya Bryan lagi.
“Jaga omongan lo!” tegas Prasasti.
“Sorry udah buat lo marah. Sebenernya gue nggak pernah benci sama lo, Sas. Gue cuma pura-pura aja selama ini. Semua itu gue lakuin gara-gara gue kehasut sama omongannya Gretha,” kata Bryan.
Apakah Prasasti percaya dengan perkataan Bryan? Tentu saja tidak. Sejauh ini Prasasti mengenal Bryan selalu tidak pernah ada hal baik dari Bryan yang Prasasti ketahui. Prasasti tahu, Bryan orang yang sangat manipulatif, pandai merayu dengan kalimat-kalimat manis dari mulutnya tapi semua itu palsu. Gretha sudah terlalu jauh masuk ke dalam perangkap Bryan. Hingga Gretha tidak pernah mau membuka mata untuk melihat sikap buruk Bryan. Gretha selalu menyangkal hal-hal buruk mengenai Bryan, meski sudah tersebar di SMA Kalingga.
“Jadi, gimana? Lo terima tawaran jalan dari gue?” tanya Bryan memastikan.
“Lo bisa ajak jalan dia kalau berhasil menang duel sama gue!” suara itu lantas membuat Bryan dan Prasasti sama-sama menoleh ke sumber suara.
Suara itu berasal dari Aarav yang kini berjalan menghampiri Bryan dan Prasasti. Mendapati Aarav, Bryan langsung terpaku karena masih teringat terakhir kali Aarav memukulnya habis-habisan setelah membully Prasasti dulu.
“Jadi, gimana? Lo terima tawaran duel dari gue?” tanya Aarav mengikuti kata-kata Bryan pada Prasasti sebelumnya.
Tahu situasi ini akan bahaya untuknya, Bryan pun pergi tanpa meninggalkan kata-kata lagi. Berurusan dengan Aarav sama saja seperti mencari petaka. Melihat Bryan pergi, Aarav menarik senyum meremehkan. Laki-laki seperti Bryan hanya berani saat berada di belakang atau ketika berhadapan dengan perempuan.
“Sejak kapan Bryan mulai suka ngajak lo jalan?” tanya Aarav pada Prasasti.
“Baru tadi, gue nggak tahu kenapa dia tiba-tiba gitu ke gue,” ujar Prasasti.
“Jangan mau kalau diajak jalan sama laki-laki mental kosong kayak dia,” tukas Aarav. Padahal tahu, Prasasti tentu pasti menolak.
“Gue juga nggak bakal pernah mau ladenin dia,” balas Prasasti.
“Karena gue cowok yang punya mental. Jadi gue mau ngajak lo jalan malem ini,” kata Aarav.
“Jalan?” ulang Prasasti.
“Iya, apa cuma Zayn doang yang bisa ajak lo date?” tanya Aarav, sedikit menyinggung berita yang sedang ramai di grub line angkatan tentang Zayn dan Prasasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarav's (TAMAT)
Teen Fiction"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva, sang ketua geng Ascargo yang pemberani dan cerdik. Masa-masa SMA Aarav hanya seputar berkelahi dan m...