27. FILANTROPI | ENAMEL PIN ASCARGO
“Fuck!” maki Zayn ketika tidak bisa menghubungi ponsel Prasasti. Sudah puluhan kali Zayn mencoba menelpon ponsel Prasasti tapi tidak dijawab. Hari menunjukkan sudah pukul setengah 3 pagi dan belum ada tanda-tanda Prasasti kembali. Zayn duduk di kursi tunggu rumah sakit, tak berhenti menelpon Prasasti.
Dari ujung lorong rumah sakit, muncul Prasasti dan Aarav. Zayn bangkit, bergegas menghampiri keduanya. Meski di rumah sakit amarah Zayn tidak bisa disembunyikan melihat Aarav dan Prasasti bersama.
“Do you know what time it is? Setiap kali lo ngajak Prasasti pergi. You must have lost track of time!” ujar Zayn pada Aarav.
“Lo bener, tiap kali gue pergi sama Prasasti. Gue selalu lupa waktu,” balas Aarav santai.
“Urusan lo sama Prasasti udah selesai. Lo bisa pergi sekarang!” ucap Zayn, bermaksud mengusir Aarav.
“Santai Om, gue juga mau pergi sekarang,” cetus Aarav sengaja memancing emosi Zayn.
Aarav menoleh pada Prasasti, lantas tersenyum. “Sas, gue pamit dulu. Jangan lupa sama permintaan gue tadi. Gue harap lo pikirin baik-baik.”
Prasasti menoleh sekilas pada Zayn yang sudah menatapnya tajam. Lalu tersenyum tipis pada Aarav. Tidak berselang lama, Aarav melangkahkan kakinya pergi. Menyisakan Zayn dan Prasasti.
“Permintaan apa yang dimaksud sama Aarav?” tanya Zayn langsung.
“Bukan apa-apa,” jawab Prasasti, mengambil langkah untuk pergi.
“Oh shit!” Zayn menahan satu tangan Prasasti yang hendak pergi darinya dengan cukup kuat. “Don't hide anything from me!”
“Gue enggak sembunyiin apapun dari lo, Zayn!” ucap Prasasti nadanya sedikit meninggi, tentu saja berbohong. Semakin lama Prasasti mulai lelah dengan sikap Zayn yang selalu memaksa seperti ini.
Zayn meletakkan jari telunjuk tangannya di depan bibir Prasasti. “No girl, don't raise your voice. Gue semakin yakin kalau ada yang lo sembunyiin dari gue.”
“Zayn, kita bicarain ini lagi nanti. Gue lagi capek banget,” tutur Prasasti. Seharian ini dia belum tidur sama sekali. Kedua matanya terasa berat.
Zayn melepaskan cekalan tangannya di tangan Prasasti. Membiarkan gadis itu duduk di kursi tunggu rumah sakit. Karena sampai saat ini dokter belum memberikan izin untuk menemui bi Surti. Zayn menyusul Prasasti, duduk di sebelahnya.
“Zayn,” panggil Prasasti.
“Kenapa?” sahut Zayn.
“Kejadian yang terjadi ke bi Surti bukan kecelakaan Zayn. Ada orang yang sengaja mau celakain bi Surti,” tutur Prasasti. Mendengar itu Zayn sedikit terkejut karena Prasasti juga mengetahuinya.
“Gimana lo bisa tahu?” tanya Zayn.
“Waktu gue ke kamar Kak Salwa. Gue lihat di tangan Kak Salwa ada banyak luka sayatan pisau. Kak Salwa juga ketakutan. Ada orang yang sengaja mau nyakitin keluarga gue, Zayn!” kata Prasasti, ketakutan.
Meski Prasasti sudah mengetahui sesuatu yang Zayn juga ketahui. Zayn tetap tidak ingin menceritakan pada Prasasti mengenai secarik kertas yang ia temukan. Tidak ingin Prasasti khawatir dan menjadi banyak pikiran.
“Apa salah bi Surti sama kak Salwa, Zayn? Sampai mereka celakain keluarga gue?” tanya Prasasti.
“Lo tenang aja, gue udah kirim 3 bodyguard sama beberapa pelayan rumah buat jagain Salwa. Gue juga bakal cari tahu siapa pelakunya,” balas Zayn membuat Prasasti menghembuskan nafasnya pelan merasa sedikit tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarav's (TAMAT)
Fiksi Remaja"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva, sang ketua geng Ascargo yang pemberani dan cerdik. Masa-masa SMA Aarav hanya seputar berkelahi dan m...