VII. Unseen Heartbeat

2.2K 294 33
                                    

'Rasanya sesak ketika tidak menemukan senyum dengan mata binar itu di wajahmu.'
jjk

/ saji - never let you go /
🎶

***

Nayeon membuka matanya saat dirasakannya tenggorokannya yang kering. Belum lagi hidungnya yang kesulitan mengambil napas karena mampet. Rasa pening di kepalanya semakin terasa saat ia mulai bangun dari tidurnya.

Nayeon menangkup wajahnya, dan mengusap seluruh sisi wajahnya yang terasa panas. Juga hembusan napasnya yang terasa lebih hangat dibanding biasanya.

Baru beberapa jam atau mungkin sekitar dua jam saja matanya benar-benar bisa tertidur. Ia ingat sejak ia pulang mengajar kemarin sampai menjelang pagi ia sibuk membuat instrumen-instrumen baru untuk bahan ajar di tempat kursus tempatnya bekerja lusa nanti.

Nayeon tidak pernah sekalipun bisa bertahan kalau sudah begadang seperti itu. Keesokan harinya pasti ia akan langsung jatuh sakit, seperti sekarang ini. Hanya penyakit kecil, seperti flu atau mungkin demam.

Biasanya jika sudah seperti ini, Jihyo pasti akan membuatkannya bubur atau sup ayam kesukaannya. Tapi tentu saja semua itu tidak akan bisa terjadi lagi sekarang.

Akhirnya mau tak mau walau rasa pegal di seluruh tubuhnya, Nayeon pun mulai beranjak dari kasur lipatnya. Kemudian berjalan pelan menuju dapur kecil yang ada di flat. Dirabanya sekitar meja makan di dapurnya, cukup lama sampai akhirnya dirasakannya teko plastik miliknya sekaligus gelas.

Dengan penuh kehati-hatian Nayeon menuangkan air dalam teko itu ke gelasnya. Kemudian meminumnya perlahan.

"Engh," erangnya pelan begitu merasakan rasa pahit di lidah juga tenggorokannya.

Inilah yang sangat tidak disukainya kalau sudah jatuh sakit seperti ini. Makanan apapun yang coba dimakannya pasti akan selalu terasa pahit. Dan berakhir dengan dirinya yang tidak memiliki nafsu makan walaupun betapa laparnya dirinya.

Nayeon meletakkan gelas yang sudah kosong itu ke atas meja, diiringi dengan helaan napas beratnya. Kemudian melangkahkan kakinya lemah dan berbaring ke atas kasur lipatnya.

Tidur adalah pilihan terbaik untuknya saat ini. Dan berharap agar setelah ia bangun nanti rasa sakit ini sudah hilang.



***


Jungkook memasukkan kaos hitam miliknya ke dalam tas hitam besarnya, pakaian terakhir miliknya. Ukuran tasnya ini memang terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan pakaian yang dibawanya dari rumah yang terbilang cukup sedikit.

"Jadi, kau benar-benar sudah yakin ingin pindah ke sana?"

Jungkook menoleh ke belakang dan mendapati Hoseok yang berdiri di ambang pintu kamarnya sambil berkacak pinggang menatap penuh selidik kearahnya.

Jungkook menghela napasnya pelan. Rasanya malas sekali jika harus menjelaskannya ulang pada Hoseok. Tapi tidak mungkin juga ia tidak mengatakannya karena pria itu sudah banyak membantunya selama ini.

Sambil menenteng tas besarnya, Jungkook berbalik berjalan menghampiri Hoseok.

"Seperti yang aku bilang kemarin, aku sudah berjanji pada Jihyo, tidak mungkin aku menariknya lagi."

Beautiful SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang