'Aku bisa bergerak ke masa depan yang telah kugambar. Itu karena aku bersamamu. Abaikan omongan orang lain, karena aku sendiri yang menentukan masa depanku, bukan mereka.'
—jjk—/ bts - the truth untold /
🎶***
Jungkook belari cepat menelusuri lorong rumah sakit yang sepi menuju kamar inap sang ayah.
Tepat seperti dugaannya, setelah ia sampai di rumah sakit tadi, ia langsung mencari apakah ada nama sang ayah yang terdaftar di rumah sakit dan benar saja karena memang ada nama ayahnya di daftar pasien.
Jungkook berhenti tepat di depan sebuah ruangan bertuliskan angka 105 di atas pintunya. Seperti penjelasan suster tadi, ini adalah ruang inap ayahnya. Ia pun maju mendekat, mencoba mengintip ke dalam sana dari balik kaca tengah di pintu ini.
Tubuhnya menegang seketika, hatinya sesak begitu melihat ibunya di dalam sana tidur terduduk di samping sang ayah yang nampak terbaring lemah di ranjang dengan berbagai alat medis yang menempel di tubuh pria itu.
Tangannya perlahan terangkat meraih knop pintu, memutarnya dan membukanya perlahan. Tak disangka sang ibu langsung mendongak begitu ia telah masuk ke dalam kamar inap. Memandang penuh kaget kearahnya.
"Jungkook-ah..."
Jungkook mendekat bersamaan dengan sang ibu yang kini sudah beranjak dan berjalan menghampirinya. Begitu sang ibu sudah berada di depannya, wanita paruh baya itu langsung memeluknya erat, menumpahkan segala tangis di sana.
Jungkook kehabisan kata-katanya. Tak menyangka akan menghadapi hal seperti ini. Melihat ibunya terisak lirih seperti ini membuat hatinya tersayat, ikut merasakan sakit yang teramat. Apalagi ketika tatapannya jatuh pada sang ayah yang terbaring lemah di sana.
Demi Tuhan, ia lebih suka ketika menemukan sang ayah yang selalu mencibirnya bahkan memarahinya dibanding melihat pria baya itu seperti ini. Walaupun sebesar apapun rasa kecewanya selama ini pada sosok itu. Tetap saja sosok itu akan tetap menjadi sosok ayah yang hebat untuknya.
"Aku yakin appa akan baik-baik saja, percayalah."
Jungkook berbisik, sembari membalas pelukan sang ibu tak kalah erat. Pun juga mengusap lembut punggung kecil itu, mencoba memberi kekuatan juga perhatian pada sang ibu.
***
Tidak ada lagi suara keras kembang api yang didengarnya—bahkan sejak beberapa jam yang lalu.
Mungkin sudah lebih dari satu jam, Nayeon duduk di bangku taman ini sendiri. Jauh dari tempat acara serta kerumunan orang. Bahkan ia sendiri sangsi akan ada orang yang mungkin berada juga di sini atau bahkan hanya sekedar lewat. Ia sendiri juga tidak yakin temannya yang lain masih berada di acara tadi atau mungkin sudah pulang.
Angin malam yang menerpa membuat Nayeon semakin merapatkan kemeja Jungkook di tubuhnya. Kedua tangannya menyatu kemudian saling menggosok, mencoba menciptakan rasa hangat di sana.
Batinnya tak henti memanggil nama Jungkook, berharap agar pria itu segera datang kembali padanya. Bahkan sudah lebih dari satu jam berlalu, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda akan kedatangan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sight
Fanfiction[C O M P L E T E D] [17+] Jungkook bukanlah tipe pria yang suka mengumbar kata cinta pada setiap wanita yang dikenalnya. Namun semenjak kedatangan Nayeon-gadis tunanetra ke dalam kehidupannya, ia melihat sesuatu yang berbeda. Nayeon, gadis itu sanga...