"Kemana saja kamu selama ini, Nada Auralia? Aku sudah hampir gila mencarimu."
Pertanyaan itu di ucapkan dengan nada yang teramat biasa tapi sanggup membuat Nada bersikap waspada.
Dony mendekati Nada, dan dengan spontan Nada memundurkan langkahnya. Seketika hal itu membuat Dony tertegun.
"Sorry," katanya dengan suara pelan seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Nada tersenyum tipis.
"Uhm ... Apa aku sudah bisa bekerja sekarang Pak ... Dony?" tanya Nada dengan ragu.
Bukannya menjawab, Dony malah menatap Nada dengan sorot mata seperti dulu. Hingga Nada harus berdekham untuk menyadarkan pria itu dari keterdiamannya.
Entah apa yang pria itu pikirkan hingga tidak berkedip ketika menatapnya? Sikapnya itu membuat Nada tak nyaman.
"Aku merindukanmu," gumam Dony lirih sesaat kemudian.
Nada ternganga sejenak, tidak menyangka Dony akan mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan. Dia melirik ke arah pintu keluar, bersikap waspada kalau-kalau Dony akan melakukan hal yang nekad lagi seperti dulu padanya. Tapi seperti bisa membaca pikiran Nada, Dony langsung meraih tangan wanita itu, menariknya sedikit lebih keras hingga Nada meronta.
Dengan memberanikan diri, Nada menatap sepasang mata yang dulu pernah membuatnya tergila-gila, sayangnya kini sudah tidak ada lagi kedamaian di dalam sana bahkan perasaan jijik itu kembali muncul meski sudah lama mereka tidak bertemu.
Dony menyadari wanita dihadapannya bukanlah kekasihnya yang dulu, sorot matanya begitu dingin saat membalas tatapannya.
"Tolong Don, jangan seperti ini! Ini kantor. Please...."
Sesaat lamanya Dony masih menahan lengannya, dia nampak berpikir sejenak namun detik berikutnya Nada merasa lega saat Dony mau melepaskannya.
"Biar aku yang tunjukan pekerjaan untuk mu," kata Dony pada akhirnya, dia lalu mengambil berkas di mejanya sebelum kemudian membuka pintu dan memberikan Nada isyarat untuk keluar ruangan, mengikutinya.
Nada menarik nafas lega karena akhirnya Dony mau melepaskannya, dia benar-benar tidak tahu caranya menghadapi sikap Dony yang seakan masih tak rela melepasnya. Namun ia bersyukur karena pria itu tidak kembali berbuat macam-macam padanya.
Dony berdekham sesaat ketika keduanya tiba di depan kubikel Nada. "Kamu bisa komputer kan?" tanya Dony dengan datar, sengaja memberi pertanyaan padahal ia sudah tahu jawabannya.
Nada mengangguk dengan malas.
"Oke kalau gitu kamu hanya tinggal check laporan ini saja, hitung satu persatu apakah ada yang salah, setelah itu kamu input semua data yang sudah benar dan serahkan laporannya kemeja saya siang ini. Bisa?" Dony bertanya seraya menyodorkan berkas kepada Nada, dan tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari wajah cantik wanita itu.
Nada kembali mengangguk dengan kaku di bawah sorot mata Dony yang terus menatapnya tanpa henti.
"Apa ada yang ingin kamu tanyakan?"
"Nggak ada Pak," sahut Nada. Ia sengaja menjawab singkat supaya tidak berlama-lama berada bersama pria itu.
Ugh, kenapa juga yang menjadi atasannya harus Dony? Apakah dunia ini memang selebar daun kelor?
Dony terdiam sesaat lamanya seakan tidak yakin dengan jawaban Nada dan sepertinya dia juga masih enggan beranjak dari meja mantan kekasihnya itu. Namun setelah melihat sikap Nada yang nampak tenang, akhirnya dia menyerah, tak ingin memaksa wanita itu yang nantinya malah akan mengundang perhatian staffnya yang lain. Tak lama kemudian Dony pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Marry You(Tamat)
RomanceCerita dewasa!! harap bijak dalam membaca!!! ____________ Nada terpaksa menerima perjodohan dengan anak dari teman ayahnya setelah tahu kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Nada sendiri tak berharap dirinya akan jatuh cinta dengan lela...