"Kamu boleh memilih kamar mana saja yang kamu suka, tapi jangan yang di pojok itu karena kamar itu milikku." Ucapan Rey memecahkan keheningan sesaat ketika mereka sampai dirumah baru mereka.
Sejenak Nada tertegun melihat rumah itu, bentuknya memang agak kecil dibandingkan rumah mertuanya yang sangat besar. Tapi rumah ini tak kalah mewahnya, bentuknya yang lebih minimalis sangat cocok untuk pasangan baru seperti mereka. Mendadak hati Nada berdenyut nyeri saat mengingat hubungan mereka tidak seperti pasangan yang baru menikah, terlebih saat mengingat adanya kontrak yang terjalin diantara mereka.
Nada memperhatikan satu persatu ruangan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri saat ini, lalu pandangannya terjatuh pada kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamar Rey. Entahlah hatinya seketika menuntun tangannya untuk menunjuk kamar itu sebagai kamarnya.
"Oke," timpal Rey meski terlihat tidak senang dengan pilihan Nada, tapi pria itu akhirnya setuju.
"Oya ada satu lagi, meski kita hanya berdua dirumah ini bisakah kamu menganggapku tak ada disini?"
Nada terperangah sekali lagi.
"Maksudku, aku tidak suka ada orang lain mencampuri urusan pribadiku. Dan kamu juga jangan khawatir karena akupun tidak akan mencampuri urusanmu. Kamu mengerti?"
Setelah mengucapkan kalimat yang bernada dingin itu, Rey meninggalkan Nada yang terpaku ditempatnya. Satu hantaman menghunjam tepat dihatinya. Dia tidak mengerti kenapa Rey nampak begitu membencinya? Padahal jika memang tujuan Rey menerima perjodohan ini semata karena ingin mendapatkan warisan orang tuanya, bukankah sangat berlebihan Rey harus bersikap seketus ini padanya. Mereka masih bisa mendiskusikan ini dengan baik. Toh Nada juga orang yang tahu diri.
Kini akhirnya ia tahu alasan Rey mengajaknya pindah dari rumah mertuanya yaitu agar pria itu bisa lebih leluasa dalam memperlakukan dirinya. Desir pilu seketika merambati hatinya yang rapuh. Dia menatap punggung Rey dengan nanar.
***
Ketika hampir tengah malam Nada mendengar suara berisik didapur. Dia memberanikan dirinya untuk memeriksa yang terjadi dibawah sana. Sejenak dia terpaku saat melihat Rey berada disana tengah berkutat dengan peralatan dapur. Nampaknya pria itu sedikit kesulitan menggunakannya. Terbesit dalam pikiran Nada bagaimana cara Rey membeli semua peralatan dapur dirumah baru mereka, karena Rey tidak nampak seperti pria yang sering berada di dapur. Atau mungkin ini pertama kalinya pria itu menginjakkan kakinya kedapur?
Rey yang mengambil sebungkus mie instan dari dalam rak, tidak menyadari bahwa Nada memperhatikannya sejak tadi. Dengan gerakan asal-asalan dia memasukkan mie beserta bumbunya kedalam panci susu yang sudah diisi penuh air matang.
"Bukan begitu caranya." Nada menggigit bibirnya pelan saat menyadari dirinya sudah keceplosan bicara. Mengutuk diri karena kebodohannya membuat keberadaannya kini di sadari oleh Rey.
Rey memutar tubuhnya, kulit wajahnya agak bersemu tatkala aktifitasnya dipergoki oleh Nada. Tapi detik berikutnya saat sudah bisa mengendalikan diri, wajahnya berubah mengeras, pria itu menatap Nada dengan marah.
"Apa kau tidak mendengar ucapanku tadi siang untuk tidak campuri urusanku?" ujar Rey keras.
"Aku hanya ingin membantumu. Apakah itu salah?" sahut Nada pelan.
"Apapun itu, aku tidak suka kau mencampuri urusanku!" Rey menekankan ucapannya.
"Tapi yang tadi itu salah caranya." Nada menggigit bibirnya kembali, terlalu takjub pada dirinya yang masih bisa berani membantah ucapan pria itu.
"Pergi!" Rey menyentak keras.
Nada mengerjap sekali namun tidak memiliki cukup kesadaran untuk menuruti yang Rey perintahkan hingga membuat pria itu kembali tersulut amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Marry You(Tamat)
Roman d'amourCerita dewasa!! harap bijak dalam membaca!!! ____________ Nada terpaksa menerima perjodohan dengan anak dari teman ayahnya setelah tahu kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Nada sendiri tak berharap dirinya akan jatuh cinta dengan lela...