Part 12

13.2K 737 6
                                    

Entah kesalahan apa yang pernah dibuatnya, Nada merasa keberuntungan akhir-akhir ini tak pernah lagi berpihak kepadanya. Setelah ia harus merasakan sakitnya dikhianati oleh kekasih dan juga sahabatnya, pikirnya mungkin dia akan mendapatkan suami yang baik-yang akan memperlakukannya jauh lebih baik dari mantan kekasihnya dulu. Tapi sialnya dia justru menikah dengan Rey, pria dingin yang kerap bersikap kasar padanya. Hingga, jangankan untuk jatuh cinta kepada suaminya itu, bahkan untuk membuka hati kepada pria itu saja rasanya itu hal yang mustahil.

Malam itu ketika didepan matanya sendiri, Nada melihat suaminya memadu kasih dengan wanita lain, ia tak dapat menahan air matanya. Namun bukan karena hatinya cemburu melainkan karena pria itu secara tidak langsung mengingatkannya pada kejadian beberapa bulan lalu-saat dirinya dihianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Dia tersadar, dirinya belum sepenuhnya move on dari peristiwa itu, bisa jadi karena luka yang ditorehkan oleh Dony dan Intan di hatinya masih membekas hingga sekarang. Kini seperti Dejavu, Rey layaknya menabur garam di atas luka hatinya yang belum sembuh sepenuhnya.

Andai saja ayah dan bundanya tak memaksanya untuk menikah dengan pria itu dengan alasan hutang budi kepada keluarganya, mungkin saat ini juga Nada sudah meminta cerai dari suaminya. Namun pada kenyataannya kini bukan hanya itu saja yang membuatnya bertahan, ia semakin lemah tak berdaya dengan adanya benih pria itu dirahimnya.

Nada terus menangis dan meratapi nasibnya yang malang, tak peduli dengan tatapan aneh si sopir taksi yang mengintipnya dari balik spion. Sesampainya di rumah, Nada langsung naik ke kamarnya dan memilih untuk tidur daripada harus menangisi nasib yang akhir-akhir ini tidak pernah berpihak kepadanya, kepalanya juga sudah berdenyut-denyut menyakitkan karena kurang tidur.

Tak lama Rey pun tiba dirumah mereka. Untuk alasan yang ia sendiri tidak mengerti, ia mendatangi kamar Nada hanya untuk memastikan keberadaan wanita itu. Hatinya seketika merasa lega saat melihat wanita itu sudah terlelap di atas ranjangnya dan dalam keadaan baik-baik saja. Rey membungkuk didepan wajah Nada dan menatapnya sejenak. Dan entah dorongan dari mana, tiba-tiba tangannya terulur untuk membelai wajah cantik istrinya dan satu kecupan singkat ia sematkan di kening wanita itu.

"Maaf," ucapnya pelan.

Flasback

Ferina terus meluncurkan aksinya di dalam mobil, dia membuka rel sleting dressnya agar bisa bertelanjang dada di depan pria itu. Dia tahu Rey sangat suka dengan dadanya, biasanya lelaki itu langsung menyergapnya tanpa kata. Tapi malam ini lelaki itu terus bergeming, padahal sudah lama sekali mereka tidak melakukannya.

"Sorry Fer, aku sedang tidak mood," ucap Rey datar, wajahnya ia palingkan kearah kaca disampingnya.

Ferina mengernyit heran, menatap pria itu dengan penuh selidik.

"Kenapa, Rey?" Ferina mendengus kesal.

"Aku lelah dan ingin pulang," jawab Rey dingin.

"Haaah?" Ferina tertawa getir. "Kamu kenapa, Rey? Jangan bilang kalau sekarang kamu sedang memikirkan istri kamu?" tanyanya tak percaya.

Rey tak menjawab, dia hanya menarik nafas kasar.

"Pakai lagi bajumu, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya santai.

Dengan hati yang masih kesal Ferina terpaksa memakai lagi dressnya untuk menutupi tubuhnya yang sudah setengah telanjang. Dia tak percaya, lelaki itu akan menolak ajakannya lagi bahkan disaat dia sudah setengah telanjang begini, bagaimana bisa? Rey yang kini dihadapannya seperti Rey yang dulu yang selalu menolak ajakannya untuk bercinta, Rey yang dulu yang mencintai Tiara-sahabatnya dengan segenap jiwanya.

'Mungkinkah karena wanita itu hingga Rey kembali menolakku?' Ferina berbicara di dalam hatinya.

Dalam perjalanan Rey hanya diam, Ferina menyipitkan matanya memandang pria itu dengan curiga, seakan dengan begitu ia bisa menyelami isi hati Rey. Dia takut kehilangan pria itu untuk kedua kalinya. Sungguh tak mengapa baginya, meski dia tak akan pernah bisa mendapatkan hati pria itu, namun asalkan bisa terus berada di sampingnya itu sudah cukup bagi Ferina.

Flashback End

Pagi harinya, Rey merasa heran saat tidak menemukan segelas coklat hangat yang biasa tersaji di atas nakas kamarnya, bahkan satu set pakaian kerja pun tak disiapkan untuknya. Sebenarnya selama ini dia tahu, Nada-lah orang yang selalu menyiapkan itu semua untuknya. Tanpa wanita itu sadari sebenarnya Rey selalu mengintip aktivitas wanita itu saat ada di kamarnya, dia sengaja memutar keran kamar mandi hanya agar Nada berfikir dia sedang mandi di dalam sana, padahal Rey hanya berpura-pura tidak tahu. Ia membiarkan Nada melakukan kebiasaannya dengan nyaman.

Pada akhirnya Rey menyiapkan semuanya sendiri, setelah dirasa siap, dia melangkah keluar dari kamarnya, dia menoleh sejenak untuk melihat pintu kamar istrinya yang masih menutup. Dengan sengaja ia menempelkan kupingnya di daun pintu kamar itu tapi tetap saja tak mendengar ada tanda-tanda kehidupan di baliknya. Merasa konyol dengan sikpanya, sebuah senyum kecil merekah diwajahnya tanpa ia sadari.

Lalu dengan langkah gontai ia melangkah menuju meja makan. Disana sudah tersaji sarapan yang di siapkan oleh Bi Upik untuknya. Tapi anehnya masih saja matanya celingukan mencari sosok Nada, memang mereka tak pernah sekalipun sarapan bersama karena dia sendiri yang pernah meminta wanita itu untuk tak pernah menampakkan diri dihadapannya disaat dia ada dirumah.

Namun anehnya pagi ini ia seperti merasa ada yang kurang. Tapi apa?

Di kantor pun sama saja, pikirannya tak lepas dari wanita yang sudah beberapa bulan ini menjadi istrinya. Padahal ia sudah memerintahkan sang sekertaris untuk menebus resep dari dokter sejak semalam dan pagi ini obat itupun sudah sampai ditangan Nada. Lalu apa lagi hal yang mengganggu pikirannya saat ini? Rey benar-benar merasa bingung dengan dirinya sendiri.

Rey melangkah gontai kearah jendela kantornya, pikirannya melayang entah kemana, sudah lama dia tidak pernah merasa semerana ini. Melihat wajah sendu istrinya semalam saat turun dari mobilnya tidak menyangka bisa membuatnya segundah ini.

Rey memandang layar gawainya, ia teringat kalau ia tak pernah menyimpan nomer istrinya. Lalu satu panggilan dari Ami tiba-tiba muncul di layar handphone-nya.

"Halooo?"

Tbc

Semoga suka🙏

Tetap tinggalkan like dan komen ya.

Thx

Fated To Marry You(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang