Meski Rey berusaha untuk tak mempedulikan Fino dan Nada yang sedang asyik mengobrol, namun tanpa sadar sudut matanya selalu memperhatikan gerak-gerik mereka. Nada terlihat santai saat mengobrol dengan Fino, sesekali sebuah senyuman terukir di wajah istrinya itu. Dia bahkan tak pernah melihat wanita itu tersenyum dari awal pernikahan mereka. Entah kenapa melihat kedekatan mereka membuat dirinya merasa kesal?
"Aku dengar kamu hamil? Benarkah itu...." tanya Fino dengan senyum terkulum di bibirnya.
Nada melirik Rey sekilas, pria itu terlihat mengabaikan mereka dengan terus memainkan ponsel miliknya. Sesaat berikutnya Nada pun menganggukkan kepalanya mengiyakan.
Fino tertegun, hatinya mencelos. Ia tidak mengerti kenapa ia tak suka mendengar jawaban itu.
Rey diam-diam menatap Fino dari sudut matanya, keningnya berkerut saat mendapati raut masam diwajah sahabatnya itu.
"Selamat ya. Aku senang mendengarnya," timpal Fino dengan pelan. Dia menghela nafasnya lalu kembali tersenyum mencoba mengabaikan rasa sesak di dadanya.
"Thanks."
"Kudengar dulu kamu kuliah ambil bisnis dan manajemen dan kalau tidak salah IPK kamu juga bagus. Kenapa tidak melanjutkan S2 saja, Nad? Sayangkan kalau harus menjadi ibu rumah tangga." Fino mengalihkan pembicaraan.
Nada terperangah, dia sedikit terkejut akan pengetahuan pria itu mengenai dirinya.
"Uhm ... itu sepertinya tidak mungkin, Mas. Orang tuaku tidak punya cukup uang untuk membiayai kuliahku lebih lanjut." Nada mengatupkan bibirnya, tanpa sadar jemarinya saling meremas.
"Tapi kamu kan bisa lanjutin S2 sambil bekerja?"
Fino benar, tapi sekarang kan keadaannya sudah berbeda. Dia tidak mungkin bisa untuk melanjutkan cita-citanya sementara statusnya saat ini adalah seorang istri dan juga calon Ibu dari anak yang dikandungnya.
"Jika kau mau, kamu bisa bekerja di perusahaanku. Itupun kalau Rey tidak keberatan."
Tawaran Fino memang terdengar menggiurkan untuk Nada. Tapi ia merasa bukan keputusan tepat mengingat mertuanya pasti tidak akan setuju. Meski begitu Nada tetap merasa senang karena Fino nampak bersungguh-sungguh mengatakannya.
"Itu...."
Tanpa sengaja tatapannya bersirobok dengan mata Rey. Dan hal itu malah membuat Nada semakin salah tingkah karena lagi-lagi pria itu memberinya tatapan tajam.
"Jika kau memang merasa kemewahan yang kau miliki saat ini masih kurang, silahkan saja untuk menerima tawarannya. Dan jangan pernah berharap bahwa aku akan menahanmu, karena itu bukan urusanku." Rey tersenyum miring sebelum membuang pandangan.
Nada berdecak kesal. "Lagipula siapa juga yang minta pendapatmu! Inginnya aku juga menerima tawaran itu, tapi aku sadar aku tidak bisa bersikap egois, karena ada perasaan Mama dan Papamu yang harus aku pertimbangkan dalam hal ini," ujarnya.
Rey tersenyum remeh. "Baguslah, kamu memang sudah seharusnya memikirkan orang-orang yang sudah banyak berjasa untukmu dan juga keluargamu!" katanya tajam.
Seketika Nada merasa tersinggung dan marah. Ucapan Rey lagi-lagi selalu melukai harga dirinya. Dia benci ketika selalu diingatkan perihal hutang budinya pada keluarga pria itu. Lagipula Nada juga bukan orang yang tidak tahu diri dengan melupakan jasa-jasa dari orang yang telah menolong keluarganya selama ini. Tapi bukankah di ingatkan seperti ini didepan orang lain amatlah kejam untuknya?
"Kamu benar, Mas! Aku telah berhutang banyak kepada keluargamu tapi kamu jangan khawatir karena aku tidak akan pernah melupakan hal itu!" balas Nada berapi-api.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Marry You(Tamat)
Roman d'amourCerita dewasa!! harap bijak dalam membaca!!! ____________ Nada terpaksa menerima perjodohan dengan anak dari teman ayahnya setelah tahu kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Nada sendiri tak berharap dirinya akan jatuh cinta dengan lela...