Part 15

15.2K 839 9
                                    

Sudah satu bulan berlalu, tapi Rey belum juga melihat Nada kembali seperti dulu. Perubahan sikap istrinya amat sangat mengganggu pikirannya, rupanya luka yang telah ia torehkan dihati wanita itu sangat dalam, hingga semua niat baiknya untuk memperbaiki hubungan mereka ditolak mentah-mentah oleh Nada.

Bi Upik yang ditugaskan untuk mengawasi Nada mengatakan bahwa Nada jarang sekali makan makanan yang ia siapkan, bahkan jika tidak dipaksa olehnya Nada juga tidak akan mau menyentuh makanannya. Hal itu membuat Nada makin kurus dari hari kehari sebab ia yang selalu mengurung dirinya di dalam kamar. Berbeda dengan ia yang dulu yang mana kerap pergi ke dapur hanya untuk bercengkerama dengan Bi Upik.

Perubahan wanita itu membuat Rey semakin khawatir. Ia bersungguh-sungguh mencemaskan istrinya itu, tapi dilain pihak ia juga tak sanggup mengiyakan perceraian mereka. Ia sendiri tidak mengerti mengapa begitu berat melepaskan istrinya itu?

Rey meminta Bi Upik untuk merahasiakan kondisi Nada kepada orangtuanya yang sebulan ini berada di Singapura dalam rangka pengobatan Anggara yang kondisinya kian memburuk. Dia ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri, tanpa mau menambahi beban pikiran kedua orang tuanya.

Namun sialnya, bagai dayung tak tersambut semua usahanya untuk memperbaiki hubungan mereka tidak ditanggapi dengan baik oleh Nada. Wanita itu justru menutup pintu hatinya rapat-rapat untuknya. Mungkin ini adalah karma yang Tuhan berikan padanya mengingat betapa kejamnya ia selama ini kepada sang istri.

Bisa jadi penolakan bertubi-tubi yang wanita itu dapat telah berhasil melukai hatinya.

Pagi itu Rey menyantap makanannya seorang diri di meja makan seperti biasanya, meski sudah berbulan-bulan hidup bersama dengan Nada tapi tak sekalipun mereka pernah semeja makan berdua. Detik berikutnya, ia terperanjat saat melihat sosok istrinya yang sudah lama mengurung diri didalam kamar kini melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Hari ini Nada nampak cantik dengan setelan celana panjang pipa berwarna biru tua serta blouse bermotif salur-salur dengan warna senada.

Rey mengerutkan keningnya, menatap istrinya yang cantik dengan penuh tanya.

"Kau akan pergi kemana?" tanya Rey ketika melihat Nada melewatinya, wanita itu berusaha mengabaikannya.

Rey menggeram marah saat pertanyaannya tidak ditanggapi oleh wanita itu. Dia seketika bangkit sebelum mengejar dan langsung menarik lengan Nada.

"Apa sih, Mas?" tanya Nada seraya menyentak genggaman Rey.

Rey tertegun sejenak saat melihat Nada menatapnya dengan kesal.

"Aku bertanya padamu, kau mau kemana?" Rey mengulangi pertanyaannya dengan lembut.

Sejenak Nada tertegun saat Rey tak lagi meninggikan suaranya, hal yang tidak pernah pria itu lakukan sebelumnya. "Oh, melamar kerja." Ia memeriksa arlojinya sebelum kembali melangkah.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin kerja? Apakah uang yang ku transfer kerekeningmu tidak cukup?" tanya Rey datar.

Nada menghentikan langkahnya dan menoleh dengan cepat.

"Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya seperakpun uang yang kau berikan."

Melihat reaksi Nada, sepertinya dia telah salah bicara lagi. Memang, ia belum pernah melihat Nada berbelanja ataupun berfoya-foya, bahkan selama pernikahan mereka Nada tak pernah keluar rumah selain dengan mamanya. Sepertinya bukan soal uang yang menjadi penyebab Nada ingin bekerja.

Rey mengatupkan rahangnya. "Uang itu adalah hakmu, kau boleh memakainya untuk keperluanmu dan yang lainnya."

Nada mendengkus. Dia menatap wajah Rey dengan datar. " Untuk apa? Supaya bisa kau hina dan kau rendahkan lagi, begitu?"

Rey masih menatap sepasang mata sendu istrinya, dia teringat ucapan kasarnya kepada Nada tentang balas budi yang harus wanita itu lakukan kepada keluarganya. Tapi ternyata justru dia dan keluarganya lah yang berhutang budi kepada keluarga Nada. Fakta itu nyatanya berhasil membuat Rey mengubah sudut pandangnya pada sang istri. Seketika ia bertanya-tanya, apakah istrinya itu sudah mengetahui soal ini?

Rey membuang nafas kasar.

"Kau ingin melamar kerja dimana?" tanyanya tanpa mengindahkan ucapan Nada sebelumnya.

Nada memejamkan matanya, merasa malas untuk meladeni sikap basa-basi pria itu.

"Belum tahu," sahutnya singkat.

"Bekerjalah di kantorku, nanti akan ku carikan posisi yang cocok untukmu."

Nada memutar bola matanya. Yang benar saja? Tidak salah Rey mengatakan itu? Apa pria itu pikir ia akan mau menerima tawaran itu? Tinggal satu atap dengannya saja Nada sudah tidak tahan, apalagi jika ia harus menjadi bawahannya. Bisa-bisa pria itu semakin bersikap semena-mena terhadapnya.

"Tidak usah. Aku bisa mencarinya sendiri tanpa bantuan darimu." Setelah mengatakan itu Nada kembali melanjutkan langkahnya.

"Kalau begitu, mintalah pada sopir untuk mengantarmu," kata Rey dengan keras.

Namun Nada menulikan telinganya. Dia tak mau menerima satupun bantuan yang pria itu tawarkan untuknya. Lagipula pria itu sudah banyak merendahkan harga dirinya, dengan menerima tawaran dari pria itu berarti bahwa ia telah bersedia menjadi bahan hinaan suaminya itu selamanya.

Bersambung

Maaf part nya singkat banget ya??

Semoga tetep suka🙏

Fated To Marry You(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang