BRAKKK
Nada terbangun dari tidur ayamnya saat pintu kamarnya didobrak oleh seseorang, dan terkejut ketika melihat Rey berdiri di ambang pintu dengan tatapan bengis kearahnya. Nada merasa akan adanya bahaya baru yang mengancam dirinya saat melihat gelagat pria itu yang nampak begitu murka luar biasa ketika menatapnya.
"Mas ... kenapa tidak mengetuk dulu?" tanya Nada dengan suara yang sedikit bergetar.
Rey menyipit tak suka. "Ini rumahku, jadi aku punya hak untuk melakukan apapun yang aku mau!" Rey menggeram.
Dengan cepat Nada bangkit dari ranjang dan bergerak sejauh mungkin dari jangkauan Rey. "Tapi ini kamarku, kau tidak bisa masuk seenaknya saja begitu."
Rey tersenyum miring. "Sepertinya kau lupa beberapa hari yang lalu kau juga masuk kekamarku tanpa seijin dariku," ucap Rey tajam.
Nada meremas baju rumahannya, dan mengutuk dirinya karena bisa-bisanya disuasana mencekam seperti ini pipinya memanas mendengar kalimat sindiran itu.
"I-itu ... Aku...."
"Lupa? Apa kau ingin aku ingatkan kembali kejadian malam itu?"
Rahang Nada melorot, dia semakin kencang mencengkeram bajunya. Perlahan Rey mendekat, dan otomatis Nada memundurkan langkahnya dengan segera.
"Berhenti disitu!" Nada menunjuk dengan jarinya, bermaksud menahan Rey yang terus saja mengikis jarak diantara mereka.
Rey terdiam, menatap Nada dengan tajam sembari bersedekap. "Rupanya hanya butuh satu kejadian seperti malam itu untuk membuatmu takut padaku."
Nada menggigit bibirnya pelan, menahan desakan air mata yang berebut untuk keluar.
Rey kembali melangkah lalu meraih dagu Nada sebelum mencengkeramnya kuat.
"Dengar baik-baik, jangan pernah lagi kau mencampuri urusanku! Karena aku bukan pria yang suka bermain-main, apalagi dengan wanita sepertimu!"
Nada menyentak lepas tangan Rey.
"Apa salahku? Kenapa kau begitu kejam padaku?" Menatap Rey dengan berkaca-kaca.
Sejenak Rey terdiam. Balas menatap Nada dengan pandangan yang sulit terbaca. Lalu melangkah mundur dan berhenti ketika Nada kembali bicara.
"Bukankah aku sudah menuruti keinginanmu untuk menandatangi kontrak itu? Lalu kenapa kau masih juga kejam padaku?"
"Aku tidak butuh alasan untuk membenci seseorang sepertimu!"
"Sepertiku? Memang Mas tahu apa tentang diriku?"
Rey menatap Nada tajam. Lalu kembali ia menyambar dagu Nada, kali ini cengkeramannya bahkan lebih kuat dan menyakitkan.
"Jangan memancingku, wanita sialan! Apa kau ingin tahu hukuman untuk orang yang sudah melawanku?"
Nada menelan ludahnya dengan susah payah, dia mengepalkan tangannya, berusaha untuk tetap terlihat kuat dimata pria kejam seperti Rey.
"Dan dengarkan ucapanku sekali lagi, aku ingin kau tahu yang terjadi malam itu adalah sebuah kesalahan. Jadi jangan pernah kau coba-coba mengadukan hal itu, apalagi menceritakan sikapku padamu kepada kedua orang tuaku, mengerti?"
"Kau pikir aku bodoh dengan menceritakan masalah rumah tangga kita kepada orang tua? Bisa-bisa mereka jadi kepikiran setelah tahu betapa buruknya perlakuanmu padaku!"
Rey tersenyum miring. "Bagus! Ternyata kau gadis yang pintar, ah sepertinya kau sudah tidak pantas lagi di sebut seorang gadis sekarang!" Dia mengusap dagunya sejenak, dengan sebelah alis terangkat dia memindai Nada dengan tatapan menyeluruh.
Usai berhasil mengintimidasi Nada dengan sikap dan kata-kata, Rey dengan entengnya melenggang pergi meninggalkan Nada sendiri. Pria itu nampak puas mendapati wajah pias istrinya.
Sepeninggal Rey dari kamarnya, Nada berdiri dibalkon kamarnya menatap langit malam berharap ada keajaiban diatas sana. Omongan Rey masih terngiang di telinganya. Dia juga cukup sadar diri tanpa harus Rey tegaskan, kejadian itu memang sebuah kesalahan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi kenapa hatinya bagai tersayat-sayat mendengarnya? Kalau bukan karena Ami dan Anggara yang baik, Nada mungkin sudah pergi meninggalkan Rey dari awal bertemu. Tapi ia bertahan, karena tak ingin mengecewakan orang tua mereka. Terlebih lagi, dia bukanlah orang yang tidak tahu membalas budi karena bagaimanapun selama ini keluarga Rey sudah banyak membantu keluarganya.
Tanpa sadar, di bawah tempatnya berdiri ada sepasang mata yang memandangnya dengan penuh minat.
*****
Nada merasa ada yang aneh, sudah sebulan ini nafsu makannya benar-benar memburuk dan hidungnya juga jadi lebih sensitif akan bau, biasanya dia sangat senang berada di dapur untuk membantu Bi Upik memasak, kini mencium aroma nasi matang saja dia sudah muntah-muntah. Sudah beberapa kali dia menyuruh Bi Upik untuk mengusap punggung dan perutnya dengan minyak kayu putih, dengan harapan agar angin di dalam tubuhnya cepat keluar. Tapi tetap saja tidak memberinya perubahan, dia tetap akan muntah di pagi harinya.
Bi Upik sebenarnya sedikit curiga tapi mengingat kedua majikannya tidak pernah tidur dalam satu kamar sejak keduanya menikah, membuatnya berpikir bahwa apa yang ia curigai adalah suatu kekeliruan.
Malam itu Nada mematut dirinya didepan cermin, ia memoles make up tipis diwajahnya untuk menutupi kulitnya yang sedikit pucat mengingat badannya kurang sehat belakangan ini. Dia ada janji menemani Rey untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh rekan bisnis suaminya. Ini pertama kalinya Rey mengajaknya ke pesta, meski dengan kasar saat Rey memintanya untuk ikut, namun Nada cukup senang diajak pergi ke pesta. Itu artinya malam ini dia tidak perlu mengurung diri seperti biasa didalam kamar seperti hari-hari biasanya.
Dia bersyukur Ami membelikannya banyak gaun untuk kepesta, jadi ia tidak perlu repot-repot membeli gaun lagi. Mala mini, dia memakai gaun sifon berwarna pink dengan model off shoulder.
Nada menuruni tangga dan tertegun sejenak saat melihat Rey tak berkedip melihatnya. Entah perasaannya saja atau bagaimana, pria itu nampak terpesona oleh penampilannya malam ini. Nada sedikit menundukkan wajahnya yang tiba-tiba terasa panas karena cara Rey menatapnya. Oh, apakah itu karena penampilan Nada yang terlihat aneh, hingga Rey seperti bertemu hantu saat melihatnya?
Detik berikutnya Rey berdekham untuk mengembalikan fokusnya. "Apa saja sih yang kamu lakukan didalam? Kamu sengaja ya membuatku menunggu lama?" ketus Rey seperti biasa.
"Katanya berangkat jam setengah delapan, ini kan masih jam tujuh, Mas," sahut Nada pelan.
"Yang mengatakan jam setengah delapan siapa? Aku kan bilang berangkat jam tujuh!" balas Rey tak mau kalah.
Nada menghela nafasnya, memilih mengalah daripada meladeni Rey berdebat.
"Ya ya ya, maaf aku lupa."
"Jika bukan karena permintaan Mama, sebenarnya aku malas pergi denganmu," gumam Rey tajam lalu berjalan lebih dulu.
Kamu harus kuat Nada! Ini semua demi Ayah, Bunda juga Papa dan Mama. Kamu pasti kuat menghadapi sikap Rey!
"Semangat!!!" Nada menyemangati dirinya dengan pelan.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya membisu, baik Nada maupun Rey tak ada yang memulai bicara lebih dulu. Hingga akhirnya mereka tiba disebuah rumah yang cukup mewah, tempat pesta itu berlangsung. Di depan pintu mereka disambut oleh pasangan suami istri setengah baya-Tuan dan Nyonya Hadikusumo. Dengan ramah mereka menyambut kedatangan Rey dan Nada dengan wajah sumringah, seakan Rey dan Nada adalah tamu penting mereka.
"Wahwahwah pasangan pengantin baru terlihat serasi sekali malam ini," ucap Tuan Hadikusumo.
Rey hanya mengangguk sembari senyum sekedarnya setelah menyalami keduanya.
"Istri Anda cantik sekali Pak Rey," timpal nyonya Hadi.
"Terimakasih atas pujiannya, Nyonya," jawab Nada sembari sedikit membukukkan badannya. "Anda juga sangat cantik Nyonya."
Ungkapan tulusnya seketika membuat pasangan paruh baya itu terkekeh pelan. "Kau bisa saja Nak."
Setelah berbasa-basi sebentar dengan tuan rumah, lalu keduanya di persilakan masuk untuk menikmati pesta didalam.
Vote dong mba gaess!!! Hehehe
![](https://img.wattpad.com/cover/184908020-288-k327996.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Marry You(Tamat)
RomansCerita dewasa!! harap bijak dalam membaca!!! ____________ Nada terpaksa menerima perjodohan dengan anak dari teman ayahnya setelah tahu kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Nada sendiri tak berharap dirinya akan jatuh cinta dengan lela...