Part 16

15.8K 787 19
                                    

Malam itu Nada memikirkan tentang rumah tangganya dengan Rey. Entah apa yang ada di pikiran pria itu, hingga menolak ajakannya untuk bercerai? Dan apa yang membuatnya tetap mempertahankan rumah tangga mereka meski tanpa cinta diantara mereka? Padahal pria itu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan yakni seluruh perusahaan milik orang tuanya lebih cepat dari perkiraannya, lalu apa lagi yang membuat pria itu menolak bercerai darinya? Sungguh perubahan sikap pria itu akhir-akhir ini benar-benar membuat Nada bingung.

Nada menghela nafasnya berat seolah setiap tarikan nafasnya terasa sangat mengiris ulu hatinya. Tentang kepergian sang ayah yang kemudian disusul dengan keguguran yang dialaminya, semua itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk ia jalani. Meski dia sadar jika Rey sedikitpun tidak bersalah atas apa yang dialaminya, namun Nada masih bisa mengingat dengan jelas semua hal yang telah dilakukan pria itu terhadapnya. Ia bahkan juga sedikitpun tidak bisa melupakan malam itu, saat Rey terang-terangan bercumbu dengan wanita lain, peristiwa itu benar-benar menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang istri.

Terburuk adalah saat ia mengharapkan keberadaan suaminya disaat-saat terberat dalam hidupnya-kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Meski Rey sudah menjelaskan alasan kenapa dia tak ada saat Nada tersadar di rumah sakit, tetap saja kejadian itu membuat Nada menyadari akan posisi dirinya yang tidak penting di hati pria itu.

Andai bukan karena mertuanya yang begitu menyayanginya, mungkin saja dia tidak hanya meminta pria itu untuk menceraikannya tapi ia sendiri yang akan menggugat cerai pria itu. Namun sayangnya, Nada tak ingin mengecewakan mertuanya itu. Bagaimana pun mereka sudah sangat baik padanya selama ini. Terlebih Ami, entah apa yang akan terjadi kelak dengan mertuanya itu jika ia sampai menggugat cerai Rey.

Selain itu, Ami pernah secara langsung memintanya untuk tidak meninggalkan Rey dan agar dia bisa terus bersabar berada disisi pria itu, karena Ami memiliki keyakinan jika suatu saat Rey akan bisa jatuh cinta kepadanya. Tapi sayangnya sekarang dia sudah lelah, dia tidak lagi mengharapkan suaminya akan membuka hati untuknya seperti dulu, dia memilih bertahan semata-mata hanya karena tidak ingin menyakiti hati mertuanya dan juga ibunya dengan perceraian mereka.

Telepon dari Shinta dua minggu yang lalu menyadarkannya bahwa hidup tetap terus berjalan ada ataupun tanpa ayah dan calon bayinya. Saat ini ia masih memiliki tanggung jawab besar sebagai anak tertua dalam membiayai kehidupan Shinta dan juga Arez kedepannya. Apalagi sebentar lagi Arez akan memasuki jenjang kuliah, sudah pasti akan banyak biaya yang adiknya butuhkan, kalau bukan dia siapa lagi yang akan menolong keluarga mereka?

Dia tak ingin Rey dan orang tuanya tahu tentang perekonomian keluarganya yang sedang krisis, dia tak akan menerima bantuan apapun lagi dari mertuanya itu. Selain itu Nada juga menolak memakai uang jatah bulanan yang Rey transfer ke rekeningnya untuk membiayai keluarganya. Meski dia berhak mendapatkan itu semua, mengingat sekarang akhirnya dia mengetahui kalau orang tuanya ikut andil dalam membangun perusahaan Anggara beberapa tahun lalu, namun dia sudah tidak mau lagi terus berada di lingkaran hutang budi yang amat sangat menyesakkannya selama ini.

Sebab itulah, Nada memutuskan untuk bekerja. Ia berharap dengan bekerja akan dapat membantu perekonomian keluarganya tanpa harus menerima bantuan dari sang suami.

****

Pagi itu Nada duduk di lobi kantor, matanya terus melirik dengan resah jam yang melingkar di lengannya. Kemarin dia baru saja diterima bekerja di perusahaan ini. Dan sekarang dia sedang menunggu kedatangan Ibu Tita-kepala HRD yang kemarin mewawancarainya.

Dilihatnya baru segelintir karyawan yang datang, karena memang dia sengaja berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari suaminya. Ia mengabaikan permintaan Bi Upik yang menyuruhnya menunggu Tuan mudanya untuk sarapan dan berangkat bersama.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan tapi wanita yang bernama Tita itu belum juga muncul batang hidungnya, membuat Nada semakin gelisah dihari pertamanya bekerja dikantor ini. Dia mulai merasa tak nyaman dengan tatapan-tatapan penuh rasa ingin tahu dari beberapa karyawan pria yang baru saja melakukan absen finger yang letaknya tak jauh dari lobi, bahkan ada yang menatapnya terang-terangan.

Meski sudah terbiasa mendapat banyak perhatian, tetap saja Nada merasa risih berada disana dan ingin segera pergi dari tempat itu. Dengan hanya memakai kemeja putih yang dipadu dengan blazer berwarna peach serta rok sepan dengan warna senada, penampilan Nada tampak begitu menawan. Ditambah dengan tubuh ramping yang ia miliki serta wajah ayu yang pagi ini dipolesnya dengan make-up tipis, membuatnya sangat mudah untuk dikagumi.

"Maaf saya terlambat," Ucap wanita bertubuh gempal yang kini tiba didekatnya. "Sudah lama menunggu ya?" lanjutnya dengan ramah.

Nada hanya menjawab dengan senyum, karena tidak mungkin kan dia memarahi atasannya sendiri perihal keterlambatan.

"Mari ikuti saya," ajak Tita.

Nada mengikuti wanita gempal yang di perkirakan berusia 40 tahunan itu menuju ruangannya. Sepanjang perjalanan Tita mengajaknya untuk berkeliling sambil berceloteh panjang tentang perusahaan. Tita juga memperkenalkan Nada kepada rekan satu timnya yang lain. Setelah itu, dia juga membawa Nada kesebuah ruangan.

Tok tok tok.

Tita mengetuk pintu didepannya, lalu suara yang nampak tak asing terdengar dari balik pintu.

"Masuk."

Tita meraih handle pintu dan membukanya, entah kenapa tiba-tiba rasa tak enak menyeruak didada Nada, dia menarik nafasnya perlahan. Hingga sesosok siluet itu tertangkap lagi oleh iris matanya. Seseorang yang pernah ada dimasa lalunya kini kembali nampak dihadapannya.

Pria itu sama terkejutnya seperti Nada, berdiri kaku didepan mejanya seakan tak percaya karyawan baru yang ada dihadapannya kini adalah orang yang selama ini dicarinya dan yang selalu dia rindukan. Menyadari ada yang tidak beres dengan kedua orang itu, Tita berdehem untuk menyadarkan keduanya yang nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ehemm."

"Pak Dony ini karyawan baru yang semalam saya ceritakan," ucap Tita kepada Dony.

"Mbak Nada, Pak Dony ini adalah supervisor sekaligus penanggung jawab dibagian staff accounting. Jadi kalau ada kendala saat bekerja bisa langsung hubungi Pak Dony yang ganteng ini ya untuk bertanya," tuturnya sembari tersenyum menggoda.

Nada hanya mengangguk kaku, berusaha untuk bersikap profesional dengan tidak mencampurkan urusan pribadi dan juga pekerjaan. Sedangkan, Dony masih tampak blank dengan kehadiran wanita itu, matanya memandang Nada dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Tita yang merasa tugasnya sudah selesai, akhirnya meninggalkan Nada dengan Dony didalam ruangan itu. Sunyi. Seakan tak ada yang ingin memulai untuk membuka percakapan diantara keduanya, Nada sendiri sebenarnya merasa tak nyaman dengan pertemuan mereka. Dunia ini memang sempit, siapa yang menyangka jika Dony akan menjadi atasannya.

"Kemana saja kamu selama ini, Nada Auralia? Aku sudah hampir gila mencarimu."

Pertanyaan itu di ucapkan dengan nada yang teramat biasa tapi sanggup membuat Nada bersikap waspada.

Lanjut

Fated To Marry You(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang