Rey menenggak gelas winenya tanpa sedikitpun menoleh ke wanita yang sedang duduk disampingnya.
"Aku kanget banget, Rey. Setelah menikah sulit sekali rasanya untuk menemuimu," gumam Ferina mendayu-dayu sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rey. Sejauh ini dia tahu Rey menikahi istrinya bukan karena cinta. Ia merasa masih ada kesempatan untuk memiliki pria itu.
Rey tersenyum sinis. "Kamu tidak benar-benar menganggap aku ini pacar kamu kan?" ujar Rey dengan santai.
"Kenapa tidak? Bukankah kita sering tidur bersama?" balasa Ferina dengan nada tinggi, matanya menyipit pedih kesosok Rey yang hanya memasang wajah datarnya sejak tadi.
Rey tersenyum remeh, lelaki itu menatap wajah disampingnya dengan dingin.
"Aku juga sering tidur dengan mereka lalu apakah mereka juga pacarku?" tanyanya dengan tangan menunjuk kearah gadis-gadis yang dari tadi memperhatikan mereka dengan penuh minat.
Ferina membeku, ucapan Rey begitu melukai hatinya. Tapi Ferina kembali menguatkan diri. Ia mengulas senyum yang sedikit dipaksakan untuk lelaki tampan pujaan hatinya itu. "Kamu tahu Rey, sejak saat Tiara mencampakkanmu dulu, aku selalu berusaha membantumu agar bisa melupakannya dan membuatmu mencintaiku seperti dulu kamu mencintanya." Suaranya bergetar menahan tangis, air mata yang susah payah ia tahan akhirnya mengalir deras di wajah cantiknya.
"Tapi akhirnya aku sadar, rasa cinta kamu untuk Tiara yang amat dalam mengalahkan rasa benci itu sendiri Rey. Sampai kamu harus menutup hatimu untuk setiap orang yang dengan tulus mencintaimu termasuk aku," ucap Ferina dengan kesedihan yang jelas terpatri di dalamnya.
Wanita itu sudah melakukan semuanya, memberikan hatinya bahkan tubuhnya, tapi tetap saja hati Rey tak tersentuh. Rey hanya menganggapnya sama dengan wanita satu malamnya yang lain.
Ferina pun bangkit berniat untuk pergi meninggalkan Rey, terbesit harapan di hatinya bahwa Rey akan menahan kepergiannya. Tapi ia kecewa, karena Rey tidak pernah berubah. Pria itu masih tetap dingin dan tak peduli pada orang lain yang terluka oleh sikapnya.
"Sampai jumpa Rey. I love you!" Dengan hati yang pedih, Ferina pergi meninggalkan Rey sendiri disana.
Ray terdiam, sedikit banyak ucapan Ferina telah mengenai hatinya.
Ferina adalah sahabat Tiara-mantan kekasihnya sekaligus satu-satunya wanita yang berhasil meluluhkan hatinya pertama kali. Seorang wanita yang mengajarkannya tentang indahnya mencintai dan dicintai. Tapi wanita itu pulalah yang telah menghancurkan hatinya, merenggut jiwanya dengan paksa dan membawanya pergi bersama dengan penghianatannya. Hingga rasa sakit dan kecewa itu berhasil mengubahnya menjadi lelaki dingin dan tidak berperasaan.
Rey yang dulu adalah sosok yang setia dan hangat, rasa cinta dan sayangnya kepada Tiara mampu mengusir para wanita yang selalu datang menggodanya, tidak terkecuali Ferina-sahabat Tiara. Hampir setiap hari Ferina tanpa sepengetahuan Tiara terus menggodanya dengan menawari tubuhnya, tapi Rey tetap tak berminat pada wanita lain. Hatinya sudah dipenuhi oleh Tiara. Hingga suatu hari wanita itu meninggalkannya dan mengubah hidupnya.
Rey larut dalam lamunannya akan masa lalunya, kisah itu sudah berakhir lima tahun yang lalu. Tapi hingga kini ia masih belum benar-benar bisa melupakan sosok Tiara, entahlah? Mungkin karena kebenciannya pada wanita itu yang membuatnya sulit untuk terlupakan.
Entah sudah berapa gelas minuman keras yang di tenggaknya, kepalanya sedikit pusing dia sedikit terhuyung saat berjalan memasuki mobilnya. Rey mencoba berkali-kali memfokuskan dirinya menyetir. Kondisinya sudah mabuk berat. Untungnya jalanan malam sudah tidak terlalu ramai, sepelan mungkin ia melajukan mobilnya.
***
Hari sudah tengah malam, Nada melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 1 dini hari, namun Nada belum juga bisa untuk memejamkan matanya. Dia merindukan kehangatan rumahnya di Bandung, kangen Ayah, Bunda dan juga Arez. Kerinduan akan rumahnya yang dulu sesaat mengalihkan kekhawatirannya akan Rey yang belum juga pulang kerumah.
Nada berdiri didepan pintu kamar Rey dengan canggung, melihat lampu kamarnya yang masih menyala menandakan bahwa pria itu belum juga pulang. Entah keberanian dari mana, yang mendorongnya untuk memasuki kamar itu.
Perlahan Nada mengitari kamar itu, langkahnya terhenti didepan foto suaminya yang terletak di atas nakas.
"Hei kamu lelaki angkuh, dimana kamu saat ini?"
BRAAKK
Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dengan begitu kerasnya. Sosok Rey yang nampak kacau di ambang pintu seketika mengejutkan Nada dan membuatnya takut. Dengan reflek Nada memundurkan langkahnya saat melihat Rey bergerak kearahnya. Pria itu terlihat begitu murka dan menyeramkan begitu mendapati Nada berada di kamarnya.
Dengan nafas tertahan Nada memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya seakan menolak untuk di intimidasi lagi oleh pria itu. Pria itu terlihat mabukDalam hati ia bertanya, apa yang membuat Rey nampak begitu kacau seperti itu? Bahkan Nada bisa mencium aroma minuman keras pada tubuh pria itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" bentak Rey.
"Aku hanya sedang menunggumu, Mas," jawab Nada dengan jujur.
"Siapa yang menyuruhmu menungguku, hah?"
"A-aku hanya khawatir, tidak biasanya kau pulang selarut ini."
"Apa kau benar-benar tidak mengerti apa yang aku perintahkan? Jangan campuri urusanku!" Gigi Rey bergemelatuk senada dengan setiap kata yang di ucapkan dengan penuh penekanan.
Nada menelan ludahnya dengan susah payah, tanpa sadar tangannya sudah mencengkeram piama tidurnya dengan kuat.
"Atau kau ingin ku ingatkan dengan cara lain? Dan kupastikan cara ini akan selalu kau ingat di seumur hidupmu, hingga kau tidak lagi meremehkan ucapanku."
Detik selanjutnya Rey sudah menyambar tengkuk Nada, lalu menciumnya dengan brutal.
Nada mendorong tubuh Rey dan berhasil. Lalu dengan keras ia menampar pipi pria itu hingga Rey merasakan asin diujung bibirnya.
"Wah.. kau suka cara yang kasar rupanya!" Rey tersenyum mencemooh.
Rey merenggut tubuh Nada lalu membantingnya dengan keras ke atas kasur. Sebelum Nada sempat melakukan perlawanan, Rey sudah mengunci kedua tangannya diatas kepala wanita itu. Lalu Rey kembali menciumi Nada tanpa ampun, sedangkan satu tangannya yang lain membuka paksa piama yang dipakai oleh Nada hingga membuat kancing-kancingnya berjatuhan, sebelum kemudian melucuti satu persatu kain yang membalut tubuh istrinya dengan kasar.
"Jangan Mas, ku mohon jangan." Nada terisak memohon ampun, ia terus merontah melepaskan diri tapi gagal karena tenaganya tak cukup kuat untuk melawan pria yang sedang dikuasai oleh minuman keras-yang saat ini sedang menindih tubuhnya.
Lanjut gakkk???
Kasian ya Nada😥
Padahal aslinya Rey ganteng banget lho kalo lg senyum🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Marry You(Tamat)
RomanceCerita dewasa!! harap bijak dalam membaca!!! ____________ Nada terpaksa menerima perjodohan dengan anak dari teman ayahnya setelah tahu kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Nada sendiri tak berharap dirinya akan jatuh cinta dengan lela...