07 : Asal Usul Kevin

24 3 0
                                    

Kukira Galih akan menarikku duduk di meja lain, ternyata dia malah mengajakku pulang. Ada yang salah dengan Galih setelah melihat ekspresinya yang begitu serius. Tidak ada yang salah dengan pembicaraan kami, tapi Galih terlihat banyak pikiran setelah mengatakan kalimat terakhirnya beberapa menit yang lalu.

"Kamu kenapa?" kusentuh lengannya halus. Dia agak terkejut, dan langsung menepikan mobil.

"Aku tidak bisa percaya lagi pada Kevin, dia memang telah berubah. Melihat sikap gadis itu, aku rasa hubungan mereka lebih dari teman, tapi Kevin seakan tak mau mengakui gadis itu."

"Apa begitu? Kamu terlalu sensitif. Mungkin mereka ingin memberimu kejutan. Sikap Kevin memang selalu buruk, kan! mungkin dengan adanya Shinta dia bisa berubah lebih baik."

Galih menggeleng, "Sulit untuk menjelaskannya, mungkin memang sudah seharusnya aku mengatakan siapa Kevin. Kamu harus lebih mengenal dia agar kamu bisa mengerti."

"Apa maksudmu?"

Galih pun membeberkan rahasia yang selama ini ditutupi oleh keluarganya. Sesuatu yang mengganjal dalam benakku akhirnya terjawab sudah. Noda dalam keluarga yang Galih ucapkan adalah kesalahan kakaknya.

Gema, kakak Galih menghamili teman sekelasnya sendiri. Namun karena terlalu takut, dia malah tak mau bertanggungjawab. Terlebih sekolah memberikan ultimatum keras bahwa pelakunya akan dikeluarkan dari sekolah. Ibu Kevin telah terlebih dahulu dikeluarkan, dan yang lebih menyakitkan, orangtuanya tak lagi mau mengaggapnya anak.

Bu Alya yang merasa ini memang kesalahan Gema, memutuskan menerima mama Kevin tinggal, namun takdir berkata lain. Saat Kevin baru berusia 3 bulan, ibunya meninggal karena kelainan organ jantung yang telah lama dia derita.

Sejak kecil, Kevin tak mengenal sosok ayah dan ibu. Bu Alya sebagai nenek pun masih belum bisa menerima keberadaan Kevin, hanya Galih yang dengan tangan terbuka menyambut kelahiran Kevin.

Awalnya Galih berusaha menutupi kenyataan yang ada, tapi setiap kebohongan malah menjadi bumerang baginya. Semua tetap ketahuan juga. Kevin tidak bodoh dia bisa mengerti apa yang salah, dan menyadari segalanya. Sejak saat itulah hubungan Kevin dan Galih sedikit merenggang. Mereka masih berkomunikasi, tapi hanya beberapa kata singkat.

Itulah yang membuat pribadi dingin Kevin tumbuh. Dia mengganggap dirinya sebagai anak haram yang tak berharga. Dia antipati akan lingkungannya. Fakta bagaimana cara dia lahir, ibunya dan ayahnya yang bahkan tak pernah menikah. Semua sangat melukai perasaannya, itu yang diyakini oleh Galih.

Tujuh tahun yang lalu, Gema memilih menikah dengan gadis lain. Sekarang mereka telah memiliki seorang putri berusia enam tahun, yang tak tahu kalau dia memiliki seorang kakak tiri. Istrinya saja tak tahu keberadaan Kevin berikut status anak itu. Kevin justru diakui sebagai anak yang diangkat ibunya.

Ya, cerita itu mengalir dengan begitu mulus dari mulut Galih. Kisah yang buruk, aku dan dia mungkin memiliki sedikit kemiripan. Tak mengenal sosok ibu atau ayah kandung, walaupun mungkin dia masih tahu rupa keduanya sedang aku sama sekali tak memiliki gambaran apa pun. Sosok orangtua yang kukenal hanyalah ibu dan ayah angkat dan itu terasa menyesakkan bahkan hingga 22 tahun hidupku.

"Aku khawatir Kevin melakukan kesalahan seperti kakakku, jika dia tidak diawasi. Aku tidak bisa melakukannya karena kesibukanku, hanya kamu yang bisa kupercayai. Mamaku bahkan seringkali berbohong tentang keadaan Kevin."

"Dia tidak akan suka ini, sejak awal dia sangat membenciku." dan lagi, kupikir Shinta pasti lebih bisa menghadapi Kevin.

"Kumohon Tari,"

Aku tak bisa mengatakan apa-apa selain menganggukan kepala menyetujui keputusan yang aku sendiri tak yakin bisa melakukannya.

****

Kali ini, aku memberanikan diri untuk memasuki kamar Kevin yang sudah kuduga tak pernah dikunci. Keadaan kamar tidak begitu menarik, ukuran dan warna catnya sama seperti kamar yang kugunakan. Yang berbeda hanya sprei dan keberadaan meja belajar juga sebuah bingkai foto kecil. Foto itu terpajang dengan pas diatas nakas, disana berdiri seorang perempuan yang tengah tersenyum ke arah kamera sambil menggendong bayi kecil.

Mungkin, ini foto mama Kevin. Dia terlihat cantik walaupun hanya mengenakan daster yang longgar, berikut sendal jepit dan rambut yang tak tertata rapi. Entah siapa yang memotretnya, kupikir ini hasil jepretan Galih tapi bisa juga oranglain

Di meja belajar, terdapat laptop dengan simbol VOIA dan beberapa buku yang masih terbuka. Disinilah aku mendapati sebuah foto lagi yang terselip diantara buku-buku.

Aku terkejut karena itu adalah fotoku, fotoku saat menonton bola bersama Galih beberapa minggu lalu. Apa tujuannya menyimpan fotoku, dia pasti mencari tahu banyak hal agar aku bisa ditendang dengan mudah dari sini.

Suara langkah kaki terdengar, segera saja aku menyimpan foto itu kembali ke tempatnya dan duduk dengan nyaman di pinggir tempat tidur bersikap seakan tak tahu apa pun.

Ceklek

Pintu terbuka, Kevin masuk kemudian menutupnya tanpa sadar akan keberadaanku, pasti karena lampu yang memang sengaja kumatikan. Saat lampu dinyalakan barulah Kevin menyadarinya, dia terkejut. Sudah sangat jelas.

"Malam, Kevin." sapaku ramah seperti biasa.

"Sedang apa kamu di kamarku?" tanyanya menyelidik.

Kusunggingkan senyum tipis, "Aku ingin menanyakan banyak hal padamu. Ayo duduk!" kutepuk tempat kosong disampingku.

^^^^

Harusnya udah 2x update cuma karena beberapa urusan, baru bisa sekarang.

Jum'at, 7 Juni 2019

HeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang