PENGAJIAN MALAM

151 13 0
                                    

Malam minggu ini, aku menghabiskan waktuku bersama sahabatku. Kami hanya sekedar diam di warung sambil menikmati rintik-rintik hujan yang kini mulai reda.
"Icha kita ke pengajian yu?". Ucap Nadia.
"Yu, dimana?". Ucapku.
"Di masjid Sabiulhuda". Ucap Nadia.
Tanpa banyak basa-basi, aku menyetui ajakannya. Aku juga memintanya untuk memberikanku waktu sebentar untuk mengganti pakaianku. Tidak lama kemudian, usai mengganti baju. Kami langsung pergi ke masjid sabiulhuda yang tidak jauh dari rumahku.
Sesampainya di sana, tiba-tiba hujan datang. Semakin lama semakin deras, membuatku berdiri dan pergi meninggalkan pengajian tersebut.
"Icha, kita ke pengajian di **** yu? Rame banget loh kayanya di sana ". Ucap Nadia.
"Yu". Ucapku singkat sambil menarik tangan Nadia dan menyuruhnya berjalan dengan cepat.

Aku berjalan, melangkahkan kaki ku dengan cepat karena tidak sabar untuk bertemu dengannya. Tapi sayangnya, jalan yang kami lewati begitu gelap. Sampai-sampai kami mencari jalan lain untuk pergi ke sana. Hingga pada akhirnya, sekumpulan orang datang menghampiriku dan bertanya kepadaku.
"Teh mau ke mana?". Ucap salah satu dari mereka.
" Ke pengajian di ***". Ucapku.
"Sama atth, bareng aja atth yu". Ucap mereka sambil tersenyum.
"Hayu". Ucapku sambil membalas senyum mereka.
Pada akhirnya kami pergi bersama mereka, melewati tempat tergelap menurutku. Sesampainya di sana, aku hanya berdiri sambil menikmati ketukan hadroh yang menggema di telingaku. Juga suara merdu vokalis yang tepat berada di depanku.

Pukul 12 malam, kami memutuskan untuk pulang. Dan saat di perjalanan pulang. Aku melihat sosok laki-laki yang sedang duduk tepat berada di hadapanku. Saat aku melangkahkan kakiku dan mendekatinya. Tidak ku duga, sosok laki-laki itu adalah pacarku.
Langsung saja, aku mencari jalan lain untuk bisa berpaling dari nya dan teman-temannya yang berada tepat di hadapanku. Tapi saat aku berpaling dan mencari jalan lain, kami malah tersesat. Sampai-sampai, aku melihat kehadirannya lagi di hadapanku. Hingga membuatku menyadari bahwa itu jalan keluar dari tempat ini.

Langsung saja, aku pergi meninggalkannya tanpa satu kata pun.
Saat di gapura, aku melihat ke belakang. Dia hanya memperhatikanku dari kejauhan tanpa mengikutiku.
Saat aku berjalan dengan cepat. Tiba-tiba hp ku berdering, membuatku malas membukanya.
"Tapi kalau aku ga buka pesannya, dia bakalan khawatir. Ya udah deh aku coba buka, siapa tau kan dia mau nemenin aku pulang". Ucapku dalam hati.
"Mau di temenin ga sampai rumah". Ucap Rifal membuat dugaan ku benar.
"Mau atth". Ucapku senang.
"Itu dimana? Tadi aku liatin kamu dari kejauhan, tapi kamunya malah pergi". Ucapnya membuatku tertawa kecil.
"Ini masih di jalan raya ***, cepet atth gelap banget. Mana ada laki-laki di depan. Liatin aku. Ucapku.
"Iya otw". Ucapnya.

Tiba-tiba seorang datang menghampiri kami dan bertanya. 
"Hayu nanti saya anterin ke rumah! Rumah kamu di *** kan?". Ucap laki-laki itu. Hingga membuatku takut karena alamat yang dia katakan jelas-jelas salah.
"Sayang, dia godain kita. Cepet ih aku takut aslinya ihh. Mana gelap + sepi". Ucapku.

Tidak lama kemudian, laki-laki itu pergi begitu saja karena kami menolaknya untuk pulang bersamanya. Tiba-tiba Rifal datang bersama temannya.
"Sayang dingin ga? Kalau dingin nih pakai jaket aku". Ucapnya membuatku bahagia.
"Lumayan sayang". Ucapku.

Lalu saat itu, aku hanya bisa berpura-pura batuk dengan keras. Supaya terdengar olehnya. Dan saat aku melihat ke belakang, dia hanya tertawa bersama temannya karena mereka menyadari bahwa aku hanya berpura-pura batuk. Langsung saja aku memalingkan wajahku dan kembali mengahap ke depan karena malu.
Saat temanku Nadia berjalan di depanku, tiba-tiba Rifal menarik baju belakangku.
"Kamu pikir, aku kucing main tarik aja". Ucapku dalam batin.
"Dingin ga?". Ucapnya membuatku canggung.
"Engga ko ga dingin". Ucapku pura-pura, padahal aku keginginan setengah mati mulai dari pengajian di rumahku sampai ke pengajian yang ada di rumah Rifal dalam keadaan hujan-hujanan.
"Ini pake". Ucapnya.
Terpaksa aku mengambil jaket itu.
"Gimana cara makainya". Ucapku (KODE KERAS)
"Pakaikan dong Fal". Ucap temannya yang menangkap pikiranku.
Dia hanya tersenyum dan tidak memakaikannya di punggungku. Tapi dibalik semua itu, aku senang saat dia menemani ku pulang dan memberikan jaket walau tidak memakaikannya di punggungku. Aku senang saat di dekatnya.

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang