"gak kerasa ya sudah malam saja" Aly melongok keluar melihat rintik-rintik hujan yang sudah hampir hilang.
Aly menoleh pada Erza yang tengah menatapnya lembut, seketika ia merogoh kantung celana jeans nya.
"tolong charge ponselku. Aku mau mengabari Ibu, kalau aku sedang menemanimu" Erza menyerahkan ponselnya pada Aly yang menyambutnya dan langsung berjalan ke arah kamar depan untuk mengisi baterai ponsel yang sudah hampir habis.
"maaf, karena harus menemaniku kamu jadi harus pulang malam" orang tua Aly mendadak berpesan kalau mereka akan keluar sebentar untuk membeli makanan, jadi Erza ditugasi mereka untuk menjaga Aly sebentar.
"iya tidak apa-apa, aku malah senang" Erza tersenyum manis, ia lalu mengelus puncak kepala Aly lembut.
"tunggu kamu tau aku punya kabar gembira untukmu"
"apa itu"
"coba tebak" Aly terseyum lebar menunggu tebakan Erza.
"mana bisa aku menebak kalau aku tidak tau apa-apa" Erza menghela nafas gemas dengan tingkah kekasihnya ini.
"sudahlah tebak saja" paksa Aly.
"kamu dapat uang? Susu kotak? Nasi goreng? Mi?" tebak Erza asal.
"salah. Yang serius dong" rajuk Aly sambil mencubit kecil lengan Erza.
"Ya Tuhan. Aku mana tau" Erza menyerah ia bingung akan menjawab apa. Kadang ia tak tau jalan pikiran perempuan, kenapa saat mereka akan memberikan kabar gembira, mereka selalu menyuruh orang lain menebak alih-alih langsung memberi tau. Lain dengan kabar sedih yang langsung diutarakan tanpa acara tebak menebak kata.
"gak asik deh" Aly mengerucutkan bibirnya, melihat pada Erza sekilas lalu melanjutkan kalimatnya.
"aku.. Dibeliin.. Martabak... Yeayy" katanya senang sambil menggoyangkan kedua tangan."jadi itu kabar bahagianya?" tanya Erza heran dan sedikit gemas dengan Aly.
"iya bahagia banget aku bisa makan martabak" Aly sumringah menatap Erza.
"Tunggu tolong lihat ponselku sudah penuh tidak?" Aly sontak berdiri, membuka pintu dan mengambil ponsel Erza untuk melihat baterainya.
"masih dua puluh persen nih." Aly terkejut saat ada yang memeluknya dari belakang.
Aly menoleh mendapati Erza yang memeluknya erat, Aly pun langsung membalikkan tubuhnya dan kembali memeluk Erza erat. Tanpa sadar wajah kedua nya mendekat, nafas mereka saling menerpa satu sama lain. Bibir mereka pun bersentuhan, saling memagut pelan. Ciuman malam itu menjadi ciuman pertama bagi mereka berdua dalam hidup mereka.
****
Sore itu hujan mendadak turun tanpa permisi. Aly kebingungan layaknya siswa lain yang tidak membawa payung.
Aly berjalan hati-hati melewati marmer putih yang licin karena terciprati air hujan juga karena diinjak-injak ratusan sepatu milik siswa SMA Nusa.
"Tunggu!" Teriak seseorang dibelakang Aly. Aly menoleh dan mendapati Erza berjalan cepat menuju ka arahnya.
"ayo kuantar" ucapnya."kemana? Aku kan naik abumen" jelas Aly, ia takut kalau-kalau Erza lupa jika Aly pulang pergi menaiki mobil jemputan sekolah.
"ya aku antar sampai kesana. Aku takut kamu kehujanan lalu sakit." jelas Erza sambil menarik tangan Aly berlari melewati derasnya hujan.
Tenang saja Aly aman, kepalanya dilindungi Erza dari air hujan yang tak bersalah, namun ditakuti manusia. Erza mengangkat jas hujan yang dibentuk kotak olehnya agar bisa menutupi kepala Aly dan membiarkan kepalanya sendiri terkena hujan.
Melihat mereka berdua berlari dibawah hujan membuat jiwa orang-orang single iri, melihat kemesraan tepat didepan mata mereka.
"sampai jumpa" Erza lalu menutup pintu mobil dan berlari pergi entah kemana. Berbanding dengan udara dingin yang melanda, Hati Aly menghangat.
****