Hari Jadi

9 2 0
                                    

Aly sedang menikmati siaran televisi dirumahnya. Acaranya adalah audisi menyanyi seluruh indonesia, dengan juri yang konon katanya sudah sampai mancanegara. Aly tak pernah melewatkan acara, ditambah suara emas anak-anak kecil yang sangat indah membuat Aly menggemari acara ini.

Suara singkat dari ponselnya membuat Aly mengalihkan pandangannya dari televisi yang berisi iklan sampo.

Malam.

Pesan singkat itu, Aly sudah tau siapa yang mengirim pesan. Tanpa repot-repot menyimpan nomor itu dan memberi nama dikontaknya Aly membalas singkat.

Iya

Belum sampai ia meletakkan ponsel di meja, ponselnya sudah berbunyi menandakan ada pesan baru masuk.

Aku Erza.
Sedang apa?

Aly memilih pergi ke kamarnya, untuk pertama kalinya ia menduakan acara favoritnya. Bukannya membalas Aly mendiamkan pesan itu hingga sepuluh menit berlalu Aly baru membalas.

Iya tau.
Diam saja

Tak sampai satu menit Erza sudah membalas pesannya, seakan Erza sudah menunggu balasan Aly.

Sudah makan?

Tak terasa percakapan sedang apa, dan sudah makan sudah menjadi basa basi Erza pada Aly sebulan lebih.

Awal mula Aly yang tak terlalu menggubris pesan Erza menjadi semakin cepat membalas. Seperti ada sesuatu yang membuat Aly ingin membalas pesan Erza lebih cepat.

Hingga bulan Desember pun tiba, tepat tanggal sebelas di hari ulang tahun Aly yang ke enam belas, ia ingin bertemu Erza. Hanya berdua, bukan untuk merayakan hari jadinya. Aly hanya ingin berbincang dengan Erza, itu sudah cukup baginya.

Siang yang terik tidak membuat Aly malas keluar, sepulang sekolah ia memilih mentraktir salah satu teman sekelasnya sekaligus teman satu organisasi yang sama dengannya.

"mau makan dimana?" tanya Indah kala itu sambil menyetir sepeda roda dua menyusuri jalanan yang tak pernah dilewati Aly sebelumnya.

"terserah kau saja kak. Kau mau makan dimana, aku ikut" ucap Aly. Indah bukan seniornya tapi ia memang lebih suka memanggil Indah dengan embel-embel kak.

"disini saja" Indah menghentikan motornya di depan kedai ceker pedas yang baunya saja sudah membuat perut keduanya berbunyi.

Sambil menunggu pesanan, Indah memulai pembicaraan, bukan ucapan selamat ulang tahun semoga panjang umur tapi sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan laki-laki.

"kau tidak mau bertemu Erza?" kabar kedekatan Aly dengan Erza memang sudah menjadi rahasia umum bagi siswa di SMA nya.

"sebenarnya mau, tapi entahlah" dengan malas Aly mengaduk es coklat nya.

"kenapa?" tanya Indah penasaran. Kebetulan Indah mengenal Erza karena mereka satu organisasi di Dewan Ambalan. Indah memang siswi yang rajin, pintar, juga disiplin. Ia suka mengikuti semua organisasi yang bermanfaat, ia tak pernah terlambat selalu datang lebih pagi walau hanya sekedar mempelajari pelajaran hari ini.

Membolos? Sepertinya Indah tak kenal kata itu. Kata itu tidak ada dalam kamus besar bahasa Indah.

"sudah jangan bahas Erza, mungkin ia sedang sholat jumat" ucap Aly.

Mereka berdua memilih tenggelam pada ceker pedas nikmat yang asapnya masih terkepul.

Setelah menikmati makanan, Aly mengajak Indah bersantai di taman dekat kedai makan tadi. Taman yang kebetulan berjarak dekat dengan rumah Erza, katanya.

Aly mencoba menghubungi Erza sesuai dengan saran Indah, siapa tau mereka berdua benar bisa berjumpa disini.

Bisa datang ke taman dekat rumahmu?

Sambil menunggu balasan Aly dan Indah memilih berfoto di taman yang penuh nyamuk itu sebagai kenangan. Rambut gelombang Indah yang berpotongan pendek membuat Indah nampak lucu.

Aly bermain ayunan, jungkat-jungkit, kembali lagi pada ayunan ini ayunan itu. Semua ayunan yang ada ditaman ia duduki.

Kamu sedang ada disana? Sebentar

Balas Erza membuat Aly sabar menunggu Erza lebih lama. Dua jam sudah berlalu Indah ingin sekali pulang kerumah karena ibu sudah mencarinya. Namun Aly mencegahnya.

"tunggu aku sebentar" pinta Aly membuat Indah tak tega.

Langit yang terang berubah menjadi gelap, pertanda kalau hujan akan turun. Semenjak perkenalannya dengan Erza hujan selalu turun. Hal itu membuat hujan mengingatkannya akan Erza.

Tapi untuk saat ini Aly berharap hujan menunda untuk turun.

Kemana kamu?

Aly menunggu dengan sabar, Indah memilih untuk pulang terlebih dahulu karena takut air membasahi seragam juga sepedanya. Aneh, saat air jadi ditakuti oleh manusia. Padahal jatuhnya tak menyakiti siapapun.

Sudah tiga jam Aly menunggu, gerimis yang turun membuat keyakinan Aly bahwa Erza akan datang runtuh.

Erza baru mengiriminya pesan, mengatakan bahwa ia tidak bisa datang karena tidak ada kendaraan untuk ketaman.

Kenapa ia tidak berjalan saja? Atau pinjam sepeda motor saudaranya? Temannya? Kenapa tidak dari tadi? Aly ingin menanyakan semua itu tapi ia memilih diam dan tidak membalas pesan Erza.

Aly mencari angkutan umum, ia berharap semoga ada angkutan umum yang masih beroperasi mau mengantar jarak jauh.

Karena rumahnya sangat jauh dari daerah bendungan ini membuat Aly khawatir tidak bisa pulang.

Hujan yang makin deras membuat Aly sedikit basah, tapi ia bersyukur ia menemukan angkutan umum yang mau mengantarnya hingga perempatan jalan menuju rumah. Aly harus berganti angkutan umum dua kali nanti dan harus naik ojek setelahnya agar ia bisa sampai rumah.

Aly tak memikirkan hal itu, pikirannya penuh dengan rasa kecewa pada Erza. Hari jadinya menjadi tidak begitu menyenangkan. Tak apa setidaknya hujan ikut merayakannya.

LAKUNA •Basedontruestory•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang