Nasi goreng

6 1 0
                                    

Di jalan pulang Erza memilih mengajak Aly untuk pulang kerumahnya.

"kenapa kita malah ke rumahmu?" tanya Aly, penasaran. Ia pernah kesini sebelumnya. Saat itu Erza bilang tak pernah mengajak kekasihnya mengunjungi rumah selama ia hidup.

Namun untuk pertama kalinya Erza mengajak Aly untuk berkenalan dengan kedua orang tuanya.

Orang tua Erza sangat menerima Aly dengan hangat, hal itu membuat Aly merasa menjadi bagian keluarga Erza.

"kemana ibu?" tanya Aly menanyakan keberadaan ibu Erza yang tak kelihatan batang hidungnya.

"di dalam sepertinya. Ayo ikut ke dalam." Aly masuk, lalu disambut ibu Erza yang langsung menyambut Aly hangat.

"dari berenang ya?" tanyanya.

"iya bu" baru dua kali berjumpa, Aly langsung memanggil orang tua Erza dengan sebutan Bapak, Ibu. Bukannya Om atau Tante. Karena semestinya memang begitu.

"Mau langsung pergi?" tanya Ibu pada Erza yang hanya naik ke kamar atas lalu sudah menyalami tangan Ibunya lagi.

"iya bu, mau mengantar Aly pulang. Takut terlalu sore." ucap Erza sambil memakai helm.

"Yasudah hati-hati ya" titah Ibu yang diiyakan oleh Erza juga Aly.

Sesampainya dirumah Aly, hujan deras langsung menghampiri. Erza mengajak Aly menonton film kungfu panda tiga. Film kartun kesukaannya, yang katanya tokoh utama kartun ini mengingatkannya akan Aly.

"kenapa? Memangnya aku segendut panda itu?" Aly menunjuk Po, pemeran utama di film kungfu panda.

"iya. Pipinya" ungkap Erza sambil tertawa dan mencubit pipi tembam Aly keras-keras.

"sakit Erza" keluh Aly yang merasakan panas dipipinya.

"Po.. Po.." panggil Erza pada Aly sambil menoel-noel pipi Aly. Semenjak kejadian hari itu, ia sudah mempatenkan nama Po sebagai nama kesayangannya untuk Aly.

Po, si panda tembam yang lucu sekali.

****

Tak terasa kini Aly sudah beranjak ke kelas dua SMA. Waktu yang sangat cepat baginya, seakan baru saja kemarin ia menjadi siswi baru yang tak tau apa-apa.

Teman-temannya pun makin banyak, ia memiliki empat orang sahabat yang sangat disayanginya. Ada Santi, Remi, Ezy, dan Belcis.
Mereka berempat adalah sahabat Aly sejak pertama kali masuk SMA. Biar diceritakan sedikit.

Remi adalah siswi perempuan tomboy yang pernah dibahas pada jilid sebelumnya, sedang Ezy adalah siswi perempuan yang cantik, putih, ia juga sering diincar kakak senior yang terkenal di sekolah. Lalu Belcis adalah siswi cantik tapi cerewet yang sering berseteru dengan Aly. Bukan pasal masalah besar hanya karena pensil yang tertukar, meja berantakan bahkan tersenggol. Hal-hal kecil itu selalu membuat kedua sahabat ini berseteru, tapi hal itu lumrah, semua sudah hafal karenanya. Kalau Santi? Santi saat ini sedang pada masa galaunya karena sedang putus cinta dengan pujaan hatinya yang sudah bersama hingga tahunan. Dulu Aly gemar menginap dirumah Santi dan bersenda gurau dengannya, namun sekarang ia sudah tak pernah menginap karena tugas semakin menekan kebebasannya.

Aly selalu menceritakan pada Ibu, bunda, dan Bapak juga pada keluarga besarnya kalau ia bahagia disekolah. Ia bahagia ditemani oleh teman-teman yang baik, yang mau menerima kegilaannya.

Kabar Erza? Ia baik-baik saja, begitu pula hubungan Aly dan Erza. Hanya saja Aly sering diduakan Erza oleh urusan-urusan Erza akan tunas kelapanya.

Kabar keluarga Erza dan Aly bagaimana? Mereka semua baik-baik saja, keluarga Erza makin lama makin dekat dengan Aly. Aly sudah dianggap macam anak sendiri, sering diajak trip sana sini. Bahkan Aly juga disuruh ini itu dirumah Erza. Dan hal itu membuat Aly menjadi nyaman, ia sudah mengenal keluarga Erza seperti keluarga sendiri. Begitu pula seperti keluarga Aly yang menerima Erza dengan senang hati, membantu cuci piring, menyapu, membenarkan kabel, membeli kebutuhan rumah tangga sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Erza dan Aly bersama-sama. Jadi tak usah kuatir akan mereka.

Hanya terkadang muncul masalah-masalah kecil antara Aly dan Erza, seperti Aly yang marah karena kesibukan Erza yang tak mengenal waktu. Lebih tepatnya Aly yang sering mengamuk hanya karena hal sepele.

Namun Erza dengan sabarnya tetap mendampingi Aly, memohon pemakluman Aly akan kesibukannya hingga terkadang berhari-hari ia tak sempat mengabari, membuat Aly khawatir setengah mati.

Karena hampir setahun bersama, Erza jadi hafal kebiasaan Aly, kalau Aly marah sogok saja ia dengan beberapa kotak susu, ice cream, dan makanan. Maka marahnya akan cepat hilang. Api Aly akan padam dengan sendirinya.

Tak jarang pula Bapak dari Erza suka mengirimi Aly makanan, atau menelfon saat tak ada halangan menanyakan kabar Aly yang sakit flu hingga tak dapat masuk sekolah.

"ini makan" Erza menyodorkan bungkusan kedepan Aly.

"jadi tawaranmu tadi memang benar?" Aly terkejut melihat Erza yang muncul didepan rumahnya membawa sebungkus nasi goreng.

Erza ditanya via telpon, ia lalu menjawab sedang membeli nasi goreng. Aly berkeluh ia belum makan sejak siang, ia lapar. Erza menawari nasi goreng yang ia beli, Aly berfikir mana mungkin Erza akan mengirimkan nasi goreng itu via JNE atau JNT karena jarak yang terlalu jauh.

Ternyata Erza benar membuktikan kalau ia membelikan sebungkus nasi goreng itu. Memang, tanpa absen Erza selalu membawakan makanan kala ia sedang kelaparan.

"terimakasih" ucap Aly menerima bungkusan itu.

"jangan pernah suka telat makan. Kalau kamu tidak bisa dibuat makan dengan kata-kata, maka aku akan kesini membawakan makanan untukmu dan memastikan kamu makan dengan benar. Kamu sudah bukan anak kecil lagi, jaga kesehatanmu sendiri." baru kali ini Erza berkata panjang lebar, hal itu sontak membuat Aly terharu dan memeluk Erza erat sambil mengucap terimakasih sayang.

LAKUNA •Basedontruestory•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang