Suara ponsel Aly berbunyi. Sudah seminggu ini dentingan ponsel menjadi hal terfavorit Aly. Pesan singkat yang berisi kalimat-kalimat sakral seperti sudah makan, sedang apa, dan salam rindu menjadi makanan harian Aly dan Erza.
Namun pagi ini berbeda tidak ada lagi pesan masuk dari Erza, ia seakan hilang ditelan bumi. Aly berusaha santai saja, namun sesantai-santainya ia tetap khawatir dengan Erza, takut bila terjadi apa-apa. Sudah dua hari Erza menghilang, terimakasih untuk Erza karena sukses membuat Aly pusing tujuh keliling. Hal yang sudah lama tak pernah dirasakannya, khawatir akan seseorang.
Aly pulang menuju rumah orang tua nya, sudah menjadi agenda rutin saat libur semester ia menjenguk ibunya yang ada di luar kota. Ibu yang sudah membesarkan, mendidik, dan setia memberikan petuah petuah ada Aly kecil yang beranjak dewasa.
Hai
Aly membaca pesan singkat itu dengan perasaan geram namun juga lega.
Menghilang dua hari dan kau hanya bilang hai?
Rasanya Aly ingin mencubit muka tanpa dosa Erza. Ia sudah membayangkan bagaimana ekspresi Erza disana, meski ia tak bisa melihatnya, ia tahu.
Erza
Maaf. Aku lupa pamit.Aly
Memang kau kemana?Erza
Mendaki gunungAly lupa kalau Erza adalah pecinta alam, jadi wajar saja ia harus rela diduakan oleh alam. Meski ada rasa iri didalamnya.
Aly
Kenapa tidak pamit terlebih dulu? Kau membuatku khawatir setengah mati.Aly sedikit melunak, ia mencoba mengerti kepentingan Erza. Mungkin bagi Aly mendaki adalah hal yang asing, namun bagi Erza mendaki adalah sahabat, ketenangan, segalanya.
Erza
Maaf membuatmu khawatir. Dan terimakasih sudah khawatir. Tapi aku baik saja.Aly
Mengapa tak mengabari?Sembari menunggu balasan Erza, Aly membuka aplikasi dimana ia bisa melihat foto-foto yang dipublikasikan oleh beberapa orang yang diikuti. Jelas Aly membuka milik Erza, ia melihat foto pendakian yang telah dilakukan Erza dua hari lalu. Hebat jaman milenial ini segalanya dapat terpantau dengan mudah, asal kau rutin update keseharian maka seluruh dunia akan tau segala tentang dirimu. Berbeda dengan jaman dahulu yang jika kau ingin tau warna favorit gebetan saja harus rela tanya sana-sini, mengamati keseharian gebetan tamat-tamat. Kesempatan terbesar adalah saat disekolah, dimana kita harus berpindah profesi jadi detektif dadakan kalau sudah jatuh cinta.
Sial bagi jempolnya yang menggeser ke foto yang tidak tepat. Siapa perempuan di sebelah Erza? Ah ia ingat bukan kah ini mantannya? Jadi dua hari lalu Erza mendaki dengan mantan? Aly kembali geram.
Erza
Aku berangkat shubuh-shubuh sekali, langsung packing dan tidak sempat membuka ponselJelasnya di layar ponsel Aly.
Aly
Oh bukan karena mendaki dengan mantan?Aly menyindir Erza, ia berhak cemburu. Aly berhak khawatir. Erza pun berhak menghargai perasaan Aly, ah kalian tau kenapa? Kita kembali pada tanggal 26 desember 2015.
Aly
IyaKetik Aly tiba-tiba yang membuat Erza bingung.
Erza
Apanya?Aly
Tanggal 15 lalu kau tanya apa?Balasan berupa pertanyaan balik itu membuat Erza sumringah. Tapi ia tidak langsung meng-iyakan. Erza ingin memastikan atau lebih tepatnya menggoda Aly.
Erza
Apa ya?Aly
Sudah jangan pura-pura lupa -.-Erza tersenyum, sifat Aly yang mudah jutek ini membuat Erza makin sayang. Karena masih begitu wajah Aly tetap lucu sekalipun ia cemberut. Ia bisa membayangkannya karena ini hanya pesan berbayar bukannya tatap muka langsung.
Erza
Jadi kamu mau jadi pacarku?Aly
Iya.Pesan itu menandakan mereka sudah sah menjadi pasangan. Hanya dengan permintaan dan jawaban iya sudah membuat mereka bahagia lahir batin.
Tapi tidak untuk Aly hari ini. Ia merasa kecewa, memang kalau ingin merasa nikmatnya jatuh cinta maka harus siap dengan konsekuensi sakit hatinya.
Erza
Iya aku mendaki dengan mantan, tapi percayalah aku dengan dia sudah tidak ada apa-apa.Sial. Aly menangis hanya karena hal sepele seperti ini.
Aly
Iya sudah tidak apa apa.Balasnya. Ia tidak mau bertengkar dengan Erza, ditambah mereka baru saja menjalin hubungan. Lebih baik mengalah. Aly lalu terlelap tanpa memperdulikan dentingan ponselnya yang terus berbunyi.