"Mau kemana?" tanya Erza bingung melihat Aly mengajak pergi. Tidak biasanya Aly mengajak Erza keluar, karena Aly adalah tipe perempuan yang lebih suka di dalam kamar ditemani buku-bukunya.
"Ikut saja ya? Nanti juga kamu akan tau" ungkap Aly senang, ia sudah menyiapkan apa-apa saja yang akan dibawanya.
"Kita mau berenang?" Erza dititah Aly untuk membawa pakaian ganti, maka ia langsung paham mau kemana mereka nanti.
"Iyah. Kamu sudah bawa pakaiannya bukan?"
"iya sudah" Erza mengangguk. Mereka berdua pun langsung menaiki motor dan pergi menuju destinasi.
"teman-temanku sudah ada disana" ucap Aly khawatir Erza tak tau jalan dan mereka akan salah jalan.
"memang teman-teman siapa?" Erza memelankan gasnya karena jalanan yang mulai tak bersahabat. Jalan ber aspal ini sudah nampak tua karena banyak dihuni lubang-lubang jalan, membuat pengendara harus ekstra sabar agar bisa melewatinya.
"Widya dan Tyas, mereka memintaku untuk memfotokan mereka underwater" Erza hanya manggut-manggut. Erza memang tipe lelaki yang pendiam, tak pernah banyak bicara. Berbanding dengan Aly yang cerewet minta ampun, ia selalu penuh tawa, hangat kepada siapapun. Namun Erza pernah berkata pada Aly bahwa ia akan menjaga Aly dari hal-hal buruk, kepolosan Aly selalu berhasil membuat Erza was-was dibuatnya.
Mereka telah sampai ke tempat yang dituju. Aly langsung saja berjalan mengikuti tanda panah bertuliskan nama tempat wisata itu.
Sesampainya disana Aly senang sekali, ia bisa melihat air yang amat sangat jernih. Semakin menjorok ke dalam semakin ia melihat pemandangan alam yang indah.
Tempat ini lebih mirip seperti danau, masih alami dan murni, banyak pepohonan, sawah, juga ikan-ikan kecil yang ada di dalam air.
Aly mulai berjalan perlahan diatas air terjun. Mencoba menyeimbangkan tubuh diatas bebatuan yang licin dan dialiri deras air.
"hati-hati!" teriak Erza dari seberang, ia diminta Aly untuk memfotonya dari bawah sana. Erza tak mau menyentuh air, ia bilang tak membawa pakaian ganti. Entah itu hanya alasan entah bagaimana.
Aly berkata ia bukan perenang yang baik. Lalu saat ia memfotokan Widya dan Tyas, ia sedikit kelelahan. Erza tenang saja duduk diatas kursi yan terbuat dari semen.
"ayo ajari aku berenang" rengek Aly pada Erza yang tak berkutik.
"sudah kubilang aku tak membawa pakaian" Aly mengerucutkan bibirnya, ia menarik tangan Erza.
"kamu bohong. Tadi kamu bilang, kamu membawanya"
"memang. Tapi ada di jok sepeda" Erza pun berdiri dan berlalu, ia bilang akan mengambil pakaiannya. Sambil menunggu Erza, Aly kembali bermain air dengan kakinya.
Tepat saat Erza kembali dan membawa kantung kresek. Ia berjalan ke kamar mandi umun untuk mengganti pakaian lalu langsung menyusul Aly masuk ke dalam air.
Tanpa peduli akan Aly, Erza asik berenang sendiri. Aly yang tidak dipedulikan Erza pun memilih mengajak bicara anak-anak yang berenang disana.
"Hai dek. Mau ajari kakak berenang?" Aly sangat menyukai anak-anak, jika ditanya mengapa Aly tak bisa menjawabnya karena suka tak butuh alasan bukan?
"Bukannya kakak sudah pandai berenang?" tanya satu anak perempuan kecil yang dari kelihatannya ia masih menginjak Taman Kanak-kanak.
"Lebih pandai kamu sepertinya. Makanya ajari kakak ya?"
"itu pacarnya kok gamau nemenin kakak?" ucap gadis kecil tadi.
"entahlah, ia memang suka begitu. Siapa namamu?" tanya Aly, anak-anak kecil yang lain pun ikut mendekat, penasaran dengan apa yang Aly bicarakan hingga membuat salah satu teman mereka merapat.
"namaku Tika." jawabnya sambil mengulurkan tangan.
"kalau kakak siapa?""Aly. Ngomong-ngomong kalian suka menonton sinetron anak jalanan itu?" Aly bertanya karena tadi ia mendengar anak-anak kecil ini membicarakan Wilona dan Boy, pasangan viral yang sedang hangat kala itu.
"iya kami suka sekali" jawab satu anak lain, teman si Tika.
"karena Boy ganteng" jawab mereka polos. Dulu Aly pada saat seumuran dengan mereka tontonannya hanya si Unyil, atau paling tidak Spongebob. Dasar anak jaman sekarang.
Aly tertawa mendengar setiap cerita yang diungkap dari mulut-mulut kecil mereka. Yang awalnya percakapan canggung malu-malu menjadi percakapan yang mengasikkan bagi anak-anak kecil itu.
"Kakak cantik, tidak seperti kakak itu yang jelek." ucap Tika sambil menunjuk Erza yang duduk dipinggiran danau buatan ini, sama seperti Aly juga anak-anak kecil yang sibuk mengkuncir rambut Aly.
Aly tertawa mendengar perkataan Tika, lalu sekilas ia melihat Erza yang memperhatikannya. "jangan begitu, kakak Erza itu pacarku. Sama seperti Boy dan Wilona" jelas Aly.
"kakak pantas jadi Wilona tapi kakak yang satu itu tidak cocok jadi Boy." Aly hanya tertawa dan meng-iyakan pernyataan Tika juga teman sekawannya.
Aly diberi oleh-oleh sebuah kunciran berwarna biru tua dari Tika dan kawan-kawan. Lalu Aly pamit untuk menemui Erza.
"katanya mau mengajariku berenang?" tanyanya pada Erza yang menggoyangkan kaki didalam air.
"Kamu kan sibuk dengan anak-anak kecil itu" ucapnya sedikit sarkas.
Ah pasal Widya dan Tyas, seusai berfoto mereka mengucap terimakasih lalu langsung memilih pergi. Mereka sadar diri tak mau mengganggu pasangan muda ini.
"kamu juga sibuk berenang sendiri" kesal Aly karena Erza menyalahkannya tanpa sadar kesalahan sendiri.
"yasudah ayo" Erza menarik Aly masuk kembali kedalam air yang penuh bebatuan.
Aly berusaha mengambang lalu kedua tangannya yang terlentang ditarik Erza maju kedepan. Sambil mencoba mengayuh kedua kaki, Aly belajar mengambil nafas.
Perlahan-lahan Erza jalan mundur kebelakang sambil tetap menjaga Aly agar ia tak tenggelam. "aku bisa menggendongmu" ucap Erza tiba-tiba, saat mereka berdua istirahat pelatihan.
"ah mana mungkin. Di darat saja kamu tidak bisa apalagi di air." ejek Aly.
"coba saja naik ke punggungku" Erza membalik badan lalu menyerahkan punggungnya ke hadapan Aly. Perlahan Aly naik di punggung Erza, dan dengan satu sentakan Erza berhasil menggendong Aly di punggungnya.
Perlahan Erza berjalan dari tengah menuju ke pinggiran danau buatan itu, namun sial baginya karena tanpa sengaja kakinya tergores batu. Didudukannya Aly dipinggiran.
"wah kamu keren, benar-benar bisa menggendongku" ucap Aly senang.
Tanpa memperdulikan pujian Aly, Erza duduk dan menengok telapak kakinya yang berdarah.
"Erza, kakimu. Maaf gara-gara menggendongku kakimu jadi terluka" Aly meringis melihat darah segar yang mengalir dari telapak kaki Erza.
Ia ingin membeli plester luka tapi sayang disini hanya tersedia penjual pakaian renang dan makanan.
Erza berkata ia baik saja, dan langsung mengajak Aly untuk menyudahi latihan berenang mereka karena hari semakin siang.
"Tak apa ini hanya luka ringan, cepat ganti bajumu lalu kita pulang" titah Erza sambil tersenyum hangat pada Aly hingga membuat Aly patuh dibuatnya.