*flashback*
Seorang gadis berusia 14tahun, membantu ibunya yang sakit-sakitan untuk berjualan bunga di dekat makam di kota Busan.
Appanya pergi bersama perempuan lain. Tak lama setelah kejadian tersebut, sakit ibunya semakin parah. Bibi nya sudah tak mau membayar biaya pengobatan ibunya, dengan dalih "dari dulu berobat tapi tak kunjung sembuh, jadi percuma. Lebih baik biarkan saja."
Padahal, bibi Jihoon dulu ketika susah segala bentuk bantuan diberi oleh orang tua Jihoon. Ya, dulu keluarga Jihoon adalah keluarga berada, sebelum Appanya berselingkuh dan bangkrut. Lalu, siapa yang perlu di salahkan? Takdir? Appanya? Entahlah.
Jihoon menemukan ibunya sudah tak bernyawa ketika ia pulang sekolah. Juga sebercak darah di sudut bibirnya. Ia yakin bahwa ibunya batuk dan tak ada yang mengambilkan air minum untuk ibunya. Kejam memang bibinya, padahal bibinya adalah adik kandung ibunya.
Setelah upacara pemakaman sederhana ibunya, Jihoon dibawa oleh bibinya menuju Seoul. Bibinya pamit membeli minum, tapi ternyata Jihoon ditinggalkan begitu saja, sebelum pamit membeli minum, bibinya memberinya beberapa won.
Jihoon berjalan tak tentu arah. Sialnya, saat ini sedang musim hujan. Jihoon berteduh menuju pos satpam kosong di depan sebuah rumah mewah. Tubuh kecilnya menggigil. Badannya demam.
Sebuah mobil mewah berisikan pasangan suami istri dan juga anak lelakinya hendak masuk ke pekarangan rumahnya.
Pria setengah paruh baya itu melihat ke arah Jihoon, "bukankah itu gadis kecil? Apa dia tersesat? Apa dia tak ada tempat tinggal?"
Pria tersebut menepuk bahu supirnya, "parkirkan mobilnya dulu."
"Appa, dia terlihat kesakitan. Appa, aku ingin melihatnya." Laki-laki kecil tersebut mengambil payung di dashboard lalu keluar.
"Sayang, hati-hati. Kau bisa terpeleset nanti." Ucap wanita paruh baya tersebut.
Tidak mempedulikan ucapan eommanya, Kwon Soonyoung berlari menghampiri Lee Jihoon.
Menaruh payungnya, lalu melepas jaketnya. "Hai, kau terlihat kedinginan, pakailah ini. Siapa namamu?"
Namun tak ada jawaban.
Tuan dan Nyonya Kwon menghampiri anak semata wayangany. Tuan Kwon mencoba menyentuh Lee Jihoon, tapi tak ada respon.
"Badannya panas sekali, yeobo. Panggilah dokter Nam, suruh segera kesini."
Tanpa pikir panjang, nyonya Kwon menghubungi dokter pribadi keluarganya tersebut.
"Dokter nam, segeralah kemari. Ada yang sakit."
Tuan Kwon segera menggendong Lee Jihoon, ditempatkan tubuh ringkih Lee Jihoon di kasur king size milik Soonyoung.
"Astaga, apa dia sendirian? Wajahnya pucat sekali, kalian keluar dulu. Aku akan menggantikan bajunya. Soonyoung, bilang pada ahjuma, suruh membawa handuk kecil dan air hangat."
"Baik eomma." Tuan Kwon dan Soonyoung keluar. Sementara nyonya Kwon mengganti baju Jihoon dengan piyama milik Soonyoung. Sebelumnya membasuh tubuh Jihoon dengan air hangat.
"Astaga, gadis malang." Nyonya Kwon menyeka air matanya.
Dokter Nam sudah datang, dan segera memeriksa keadaan Jihoon.
"Dia terkenan demam, perutnya juga kosong. Kurasa dia sudah beberapa hari tidak mengisi perutnya. Ini obat untuk menurunkan demamnya, juga untuk mengobati lambungnya. Saya permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOONHOON : HAPPY ENDING
Fanfiction"Jangan menjanjikan apapun, jika kau tak bisa menepatinya, Soonyoung." -Lee Jihoon. "Jihoonie, aku minta maaf atas segala kecuranganku." -Kwon Soonyoung.