Jihoon masih setia menemani Chanyeol setiap saat. Di dorongnya kursi roda ke arah balkon. Lalu Jihoon menarik salah satu kursi kecil di balkon, agar ia sejajar dengan Chanyeol.
Dari bangun tidur hingga tidur lagi, Jihoon lewati bersama Chanyeol. Memasak makanan sehat untuk Chanyeol, mencukur kumis Chanyeol, menemani Chanyeol kemo, walaupun kemo di lakukan di apartemen Chanyeol.
Tahun ini adalah tahun kedua Chanyeol melawan tumornya. Dokter bilang, masih ada 25% sel tumor di otaknya. Chanyeol masih harus berjuang lagi, keinginannya untuk sembuh sangat besar. Maka dari itu, ia mampu melawan 75% sel tumor di kepalanya.
Chanyeol selalu melihat Jihoon yang telaten merawatnya. Tak pernah sekalipun Jihoon mengeluh lelah. Padahal, Jihoon hampir kehilangan waktu tidurnya. Ketika Chanyeol terbangun karena sakit kepala yang tiba tiba menyerang. Jihoonpun dengan sigap mengambil obat, lalu di minumkan kepada Chanyeol.
Jihoon selelu mengelus pelan kepala Chanyeol, lalu mengatakan "kau harus segara sembuh, jangan mau kalah pak tua. Jangan lemah." Walaupun usia Jihoon dibawah Chanyeol, Jihoon sangat dewasa.
"Jihoon, terimakasih telah menemaniku. Masih ada sedikit, bantu aku melawannya ya. Jangan meninggalkanku."
"Aku tidak akan meninggalkanmu, jangan khawatir."
Jihoon mendorong kursi roda Chanyeol, angin semakin dingin. Tidak baik jika berlama lama di luar.
Ia tutup kaca kaca tersebut, lalu membaringkan Chanyeol di tempat tidur. Setelah itu, Jihoon ikut membaringkan tubuhnya di samping Chanyeol."Jihoon, bolehkah aku menciummu?"
Jihoon langsung tersenyum dan menempelkan bibirnya pada bibir Chanyeol.
______
Chanyeol dinyatakan bersih dari tumor otak setelah hampir dua setengah tahun melawannya. Jihoon dan keluarga Chanyeol dibuat menangis haru saat dokter menyatakan bahwa Chanyeol sembuh dan bersih dari tumor.
Chanyeol langsung memeluk Jihoon erat. Jihoon membalas tak kalah erat. Chanyeol sadar, dibalik ini semua. Jihoon dan keluarganya adalah orang orang yang selalu di belakangnya. Lebih lagi Jihoon. Keluarga Chanyeol adalah orang yang sibuk. Jadi Jihoon lebih sering disampingnya.
Para dokter sudah kembali ke Perancis. Berpesan agar Chanyeol selalu menjaga kesehatan. Rambut Chanyeol juga mulai tumbuh, Jihoon rajin sekali memberi serum penumbuh rambut. Pipi tirus Chanyeol sekarang juga mulai padat.
"Jihoon, aku akan melamarmu."
"Jangan terburu buru, fokus pada pemulihanmu dulu ya." Jihoon mengecup tangan Chanyeol.
________
Jihoon saat ini sedang berada di apartemennya sendiri. Chanyeol sedang di temani ibunya.
Jihoon merebahkan badannya di ranjang yang selama ini ia rindukan. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Jihoon membuka pintu dan terdapat sosok yang pernah mengisi hatinya.
"Oh, Soonyoung. Ada apa?" Tanya Jihoon biasa.
"Boleh aku berbicara di dalam, Ji?"
"Ya, silahkan. Duduklah, aku ambilkan minum."
Soonyoung duduk sementara Jihoon mengambil minuman berkarbonasi di kulkasnya. Untung saja sebelum pulang ia mampir ke supermarket.
"Minumlah."
"Terimakasih."
Soonyoung membuka kaleng minuman dan menegaknya.
"Ada apa, Soonyoung?"
"Tidak, aku hanya merindukanmu. Jangan marah, jika kita tak bisa bersatu kembali. Setidaknya izinkan aku menjadi temanmu, Jihoon."
"Ya, kau temanku." Jihoon tersenyum.
Tak ada salahnya. Menjalin hubungan baik dengan mantan suami.
"Surat cerainya, sudah kau tanda tangani?" Tanya Jihoon hati hati.
"Belum, setelah kau benar benar menikah dengan Chanyeol hyung. Aku akan menandatanganinya."
"Ya, terserahmu saja."
Soonyoung pamit pulang setelah mendapat kabar dari supirnya jika nyonya Kwon kambuh dan sedang dilarikan ke rumah sakit.
Hati Jihoon seperti di cubit ketika ia mendengar nyonya Kwon sedang kritis. Ia pernah menolak mentah mentah permintaan Soonyoung untuk menjenguk nyonya Kwon. Jihoon merasa bersalah sekarang.
______
Waktu demi waktu berlalu. Chanyeol sudah pulih dan kembali ke kantor. Sekedar memeriksa. Namun hari ini dia sedang tidak ingin pergi, ingin di rumah saja.
Lalu mengetik pesan untuk perempuan yang akhir akhir ini mengisi hari harinya "kemarilah, aku merindukanmu."Tak perlu menunggu lama, perempuan tersebut sudah di apartemen Chanyeol. Saling memeluk satu sama lain, mengungkapkan kerinduan masing masing setelah lama tak bertemu. Dikarenakan sama sama sibuk.
Jihoon hari ini sedang bersama Park Yoora, kakak perempuan Chanyeol. "Eonni, temani aku ke apartemen Chanyeol ya. Ada beberapa barang yang masih tertinggal disana."
"Baiklah, ayo. Langit sudah mendung."
Keduanya menaiki taksi dan menuju rumah Chanyeol. Yoora sangat menyayangi Jihoon. Ia terharu saat Jihoon menghabiskan waktunya hampir dua tahun lebih untuk setia di samping Chanyeol.
Mereka sudah sampai dan langsung masuk. "Jihoon, aku ikut ke kamar ya. Menumpang memperbaiki tatanan rambutku." Jihoon mengangguk dan menggandeng tangan Yoora.
Saat masuk, mereka berdua dibuat kaget setengah mati. Melihat seorang pria sedang mencumbu wanita yang berada dibawahnya. Keduanya tak memakai pakaian sehelai pun.
"SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN, BAJINGAN!" Yoora dibuat naik pitam.
Chanyeol dan Sohee, nama perempuan tersebut terkejut. Mendapati Jihoon dan Yoora sedang berdiri di ambang pintu. Chanyeol segera memakai celananya sementara Sohee menutupi badannya menggunakan selimut.
"J-jihoon. Eonni." Chanyeol menyentuh pundak Jihoon namun di tepis oleh Jihoon.
"Jangan menyentuhku, tanganmu kotor. Menjijikkan."
"Jihoon, aku bisa menjelaskan. Jihoon, maafkan aku."
"Huh, tak apa. Lanjutkan saja, aku hanya mengambil coat dan beberapa tasku yang masih tertinggal." Jihoon mulai mengemasi barang barangnya. Sementara Yoora sedang menampari Chanyeol.
"Ji, ku mohon maafkan aku."
"Tak apa. Akhiri saja semuanya. Lelaki sialan. Seharusnya kau mati saja, tak usah sembuh. Sia sia aku merawatmu bertahun tahun. Bajingan."
Chanyeol masih memeluk kaki Jihoon. "Lepaskan aku, aku harus pergi."
"Tidak, Jihoon ku mohon jangan pergi. Maafkan aku, aku akan menikahimu segera."
Yoora menendang punggung Chanyeol "tak tau malu sekali kau, sudah berkhianat masih saja memohon. Berkacalah brengsek!!"
"Eonni, ayo pergi. Biarkan mereka melanjutkan kegiatan mereka yang terganggu karena kita."
"Jangan pernah menghubungi dan menemuiku lagi. Ku mohon. Izinkan aku mencari bahagiaku sendiri. Mari berjalan di jalan masing masing."
Jihoon melepaskan genggaman tangan Chanyeol. Sementara Chanyeol masih terisak. Jihoon tidak menangis, rasa sakit seperti ini sudah sering ia rasakan. Di khianati oleh orang orang tersayang. Ia sudah hafal betul. Mulai dari ayahnya, Soonyoung, orang tua angkatnya, dan Chanyeol. Bukan hal baru bagi Jihoon.
Chanyeol melepas genggaman tangan Jihoon. Penyesalan seakan menghunus dadanya. Saat ia sekarat, Jihoon selalu di sampingnya. Merawatnya tanpa pamrih. Selalu memeluknya saat tidur, dan terbangun tengah malam saat Chanyeol merasa sakit kepala atau sekedar ingin ke kamar mandi. Jihoon adalah termasuk orang orang tulus. Chanyeol pernah ingin membahagiakan, namun nyatanya ia malah membuat Jihoon pergi dari hidupnya.
POOR MY JIHOON 😭
MAAF TYPO
KAMU SEDANG MEMBACA
SOONHOON : HAPPY ENDING
Fanfiction"Jangan menjanjikan apapun, jika kau tak bisa menepatinya, Soonyoung." -Lee Jihoon. "Jihoonie, aku minta maaf atas segala kecuranganku." -Kwon Soonyoung.