#2

3.2K 307 10
                                    

Jihoon dan Soonyoung memilih duduk di bangku yang sama. Mereka sama-sama pintar, setidaknya tidak saling meminta contekan nanti. Pikir mereka berdua.

Bukan tidak ingin berbagi dengan yang lainnya, hanya saja Soonyoung benci ketika seseorang tidak berusaha.

"Jihoonie, nanti pulang sekolah mampir ke kedai es krim mau tidak?" Soonyoung menaruh kepalanya di meja dan pandangannya menuju Jihoon.

Jihoon tak menatap Soonyoung balik, ia sedang mengerjakan soal-soal yang diberikan ssaem.
"Jauh tidak, kalau jauh aku tidak mau. Nanti eomma mencari kita."

"Tidak, di dekat halte kita turun tadi, Jihoon."

"Baiklah."

Berakhir hening, Soonyoung kembali mengerjakan soal-soalnya.

--------------

Jam sekolah sudah berakhir, Jihoon menenteng tas Soonyoung. Menunggu di depan pagar sekolah.

Sementara, mobil mewah berhenti tepat di depan Jihoon. Seseorang di dalamnya membuka penuh jendela samping kirinya. "Jihoon, kemana Soonyoung? Mau pulang bersama Appa?"

"Soonyoung Oppa sedang ke toilet Appa. Aku dan Oppa ingin makan es krim di dekat halte depan. Kita pulang naik bus saja, Appa."

"Baiklah, jika sudah selesai langsung pulang ya. Appa akan ke kantor. Hati-hati Jihoonie."

"Appa juga hati-hati." Jihoon melambaikan tangannya pada tuan Kwon.

Soonyoung sudah kembali dari toilet, saat ini mereka sedang berjalan menuju kedai es krim.

"Jihoon, kau pendek sekali astaga."

"Oppa, aku tidak pendek. Hanya saja tidak tumbuh."

Mereka tertawa sepanjang perjalanan. Jihoon terlampau bahagia, beberapa tahun terakhir dia tidak bisa menemukan bahagianya, yang ada hanya penderitaan. Untuk makan, dia harus berjualan, menawarkan bunga ke setiap pengunjung makam.

Sementara Soonyoung, bahagia karena ia dapat merasakan memiliki saudara. Selama ini semuanya dilalui sendiri, bermain sendiri, makan sendiri ketika orang tuanya sibuk bekerja. Soonyoung paham, orang tuanya bekerja untuk dirinya, jadi ia tak punya hak membenci kedua orang tuanya. Terlebih lagi, sang ibu sudah merelakan rahim atas penyakit yang di deritanya. Soonyoung tak pernah keberatan akan semuanya.

Jauh di dalam hati Soonyoung, ia ingin menjaga Jihoon.

Acara makan es krim sudah selesai. Soonyoung dan Jihoon telah kembali ke rumah.

Sebelumnya Soonyoung sudah menjelaskan pada Jihoon. Bahwa lewat tengah hari, nyonya Kwon akan sibuk di butiknya.

Kali ini Soonyoung dan Jihoon sudah melepas seragam masing-masing dan menggantinya dengan baju rumahan. Keduanya sedang makan siang.

"Tuan muda, nyonya besar berpesan. Agar tuan muda dan nona Jihoon tidak menunggu makan malam nanti. Karena nyonya besar dan tuan besar akan makan malam di luar."

"Baiklah, ahjumma."

"Tuan muda dan nona Jihoon ingin ahjumma masakkan apa?"

"Ahjumma, aku ingin makan daging. Jihoon, kau ingin makan apa?"

"Samakan saja, Oppa."

"Baiklah, akan ahjumma masakkan daging untuk tuan muda dan nona Jihoon."

"Ahjumma, aku dan Jihoon sudah selesai makan. Terimakasih makanannya."

Soonyoung ke kamarnya, sementara Jihoon membantu membereskan piring kotor bekas ia dan Soonyoung makan siang.

Ahjumma sudah melarang keras Jihoon agar tidak ikut campur urusan dapun. Tapi Jihoon tetap kekeuh, dengan dalih "aku harus tahu diri, Ahjumma. Aku disini bukan siapa-siapa."

Jihoon kembali kemarnya. Selang beberapa menit kemudian, Soonyoung masuk dan merebahkan badannya di kasur Jihoon.

"Jihoon, aku tidur siang disini ya."

"Silahkan, Oppa."

Hening. Ternyata Soonyoung sudah tidur. Jihoon naik ke kasurnya, menidurkan badannya di seberang Soonyoung.

Dua manusia itu sedang tidur siang saat ini. Sudah biasa, kadang Jihoon tidur siang di kamar Soonyoung, atau Soonyoung tidur di kamar Jihoon.

Terkadang nyonya Kwon dibuat terkekeh dengan adegan tidur kedua anaknya. Kaki Jihoon sering bersarang diatas perut Soonyoung. Sementara tangan Soonyoung memeluk kaki Jihoon.

--------------

Keesokan harinya.

Malam ini keluarga Kwon sedang makan malam di luar. Soonyoung memilih restoran Itali.
Katanya ia ingin makan spagheti. Kalau Jihoon, apa saja asal membuat perutnya kenyang.

"Besok malam Appa dan Eomma akan ke Namyangju, ada rekan bisnis Appa yang menikah." Tuan Kwon membuka suara.

"Nde, Appa.." Soonyoung biasa saja, bukan hal baru untuknya. Ini sudah sering terjadi.

"Setelah lulus SMA aku juga ingin menikah Appa." Soonyoung tersenyum lebar, hingga deretan gigi hamsternya terlihat menggemaskan.

"Dengan siapa, sayang. Hmm..." nyonya Kwon merapikan rambut putranya.

"Tentu saja dengan Jihoon, aku tak mau yang lain. Walaupun kita sudah menjadi keluarga, tapi aku dan Jihoon kan tidak ada hubungan darah. Jadi boleh-boleh saja bukan?" Soonyoung terkekeh.

"Oppa yakin mau menikah denganku setelah lulus SMA? Lalu Oppa memberiku makan dengan apa?" Jihoon dengan polosnya bertanya pada Soonyoung.

"Aku akan bekerja di kantor Appa, walaupun aku adalah satu-satunya pewaris seluruh perusahaan Appa, aku ingin menjadi karyawan biasa. Selama Appa masih bisa menghandle semuanya sendiri, aku akan menjadi bawahan Appa." Ujar Soonyoung dengan bangga.

"Putraku sudah mulai dewasa ternyata." Tuan Kwon menepuk bahu Soonyoung.

"Bagaimana Appa, Eomma. Bolehkah?"

"Lakukan sesukamu sayang, selagi itu baik dan tidak merugikan orang lain." Nyonya Kwon mengelus sayang bahu Soonyoung.

Sementara jantung Jihoon sedang berdegup kencang saat ini. Telinganya mulai memerah.

Yang benar saja, usianya baru menginjak 16 tahun. Tapi sudah membicarakan pernikahan.

To be continue. 🖤

SOONHOON : HAPPY ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang