Semuanya kembali normal, Jihoon perlahan sudah kembali seperti sedia kala. Ini sudah hampir dua bulan semenjak kematian sang ayah.
Ia kembali sibuk di butiknya. Atau terkadang berbelanja bersama sang ibu mertua. Kasarnya, Jihoon sudah seperti anak kandung. Sedangkan Soonyoung seperti anak angkat.
Jihoon tetap menjadi istri yang patuh. Ia akan tetap makan siang bersama Soonyoung di kantor. Soonyoung juga akan pulang jam lima. Jika masih ada pekerjaan, ia akan kerjakan besok. Soonyoung benar benar tidak ingin membawa pekerjaannya ke rumah.
______________
Time flies.....
Pertengkaran kecil sudah umum di rumah tangga Soonyoung dan Jihoon. Hal hal kecil terkadang menjadi bahan keributan. Meskipun lima menit setelah meluapkan emosi masing masing, keduanya berakhir saling meminta maaf.
Tapi tidak dengan ini. Bukan Jihoon ingin menjadi istri yang egois. Hanya saja, suaminya berubah akhir akhir ini. Tapi pikiran positif selalu mendominasi, "mungkin banyak pekerjaan."
Jika biasanya Jihoon diminta datang ke kantor untuk makan siang bersama. Sudah dua minggu Soonyoung tidak memintanya. Iseng, Jihoon datang ke kantor suaminya. Takut jika suaminya terlalu bekerja keras hingga ia melewatkan makan siangnya.
Memasuki kantor sang suami, berhenti menyapa para respsionis. Jihoon melanjutkan langkah menuju ruangan suaminya.
Pintu ruangan suaminya terbuka, tidak terlalu lebar. Sayup sayup Jihoon mendengar suara orang berbicara. Bukan menguping, Jihoon hanya meyakinkan obrolan mereka penting atau tidak. Setelah mendengar suara tawa, Jihoon mantap masuk.
Namun ia berhenti setelah mendegar Soonyoung mengatakan "masakanmu enak, ini hampir dua minggu aku makan masakanmu. Aku tak bosan." setelah seorang wanita memberinya suapan.
Jihoon sakit hati. Pantas saja dua minggu ini suaminya tidak memintanya datang. Ternyata Soonyoung makan masakan wanita lain. Jihoon tetap diam ditempat, menyaksikan kelanjutan dua sejoli disana yang berkelakuan seperti orang kasmaran.
"Makanlah yang banyak, Oppa."
"Tentu, kau juga makanlah." Soonyoung menyupkan makanan tersebut.
Jihoon bukan tidak bisa menangis. Kalian tahu kan, Jihoon itu tidak lemah. Rasanya ia ingin mencakar keduanya.
"Ah, sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat." Jihoon masih berdiri di tempat yang sama.
Kedua orang yang sedang makan kini menatap terkejut kearah Jihoon.
"J-ji-jihoon..." Soonyoung tampak gagap melihat Jihoon berdiri di dekat pintu.
"Tak apa, lanjutkan makan kalian. Aku hanya mengantar ini, bisa kalian makan berdua. Aku permisi." Jihoon meletakkan kotak makanan diatas meja, ia berlari menuju lift. Takut Soonyoung mengejarnya.
Sementara Soonyoung seperti pencuri yang kepergok tuan rumah. Keringat dingin menghiasi wajahnya. Di kejarnya sang istri. Namun terlambat. Jihoon sudah pergi.
Sementara wanita yang kini bersama Soonyoung, turut mengekor.
Jung Eunbi, wanita seumuran dengan Soonyoung dan Jihoon. Soonyoung kenal saat ada rapat di daerah Daegu. Dua bulan yang lalu mereka bertemu, saling menyapa. Lalu, saling bertukar no telepon. Dengan dalih agar bisa membicarakan bisnis mereka. Tapi ternyata keduanya malah saling tertarik satu sama lain. Soonyoung yang banyak pekerjaan menumpuk pun menjadi buta.
Jihoon memarkirkan mobilnya di depan rumah orang tua Soonyoung. Ia tahu, ibu mertuanya sedang di rumah.
Jihoon memencet bel, lalu di dapati seorang maid membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOONHOON : HAPPY ENDING
Fiksi Penggemar"Jangan menjanjikan apapun, jika kau tak bisa menepatinya, Soonyoung." -Lee Jihoon. "Jihoonie, aku minta maaf atas segala kecuranganku." -Kwon Soonyoung.