Tengah hari, Soonyoung pulang dari kantor. Soonyoung dibuat panik karena Jihoon tak ada di rumah. Di telfon juga tidak aktif. Maid juga tidak tau kapan dan kemana Jihoon pergi.
Soonyoung menunggu di sofa ruang tamu depan. Harap harap cemas semoga Jihoon segera pulang.
Soonyoung langsung berdiri saat pintu terbuka. Menampilkan istri mungilnya yang menenteng kantong belanja.
"Kau darimana?" Tanya Soonyoung tegas.
"Dari supermarket. Membeli susu dan juga beberapa buah buahan. Kau cepat sekali ke kantor?"
"Kenapa tak menghubungiku? Kenapa juga nomormu tidak aktif? Kau kan bisa minta tolong padaku untuk membeli itu semua. Ada bibi maid juga, kau bisa minta tolong. Itu berat, Jihoon. Apakah aku tak berguna? Kau bisa di khawatirkan tidak?!" Soonyoung yang kelewat khawatir jadi membentak Jihoon.
Jihoon yang di bentak pun berkaca kaca. Ia berlalu meninggalkan Soonyoung dan menuju dapur. Di taruhnya agak keras kantong kantong belanjanya, membuat bibi maid terlonjak kaget.
Soonyoung mengekor di belakang Jihoon. "Mau kemana kau? Jawab pertanyaanku!"
Jihoon menangis, hati hati ia menaiki anak tangga. Masuk ke kemar dan membanting pintu.
Bibi maid memegang pundak Soonyoung "Nak Soonyoung. Jihoon sedang hamil. Perasaan orang hamil sangat sensitif, bibi pernah mengalaminya. Tak seharusnya kau membentaknya. Bisa berakibat pada bayi kalian juga. Bayi kalian juga turut mendengarnya."
Soonyoung sekarang di landa cemas. Ia segera menyusul Jihoon. Dilihatnya punggung Jihoon bergetar, sedang menangis.
"Sayang, maafkan aku. Aku sangat khawatir. Maaf, aku tak bermaksud memarahimu." Soonyoung membaringkan badannya di belakang Jihoon. Memeluk Jihoon dan mengelus perutnya.
"Pergilah. Aku tak suka di bentak. Jangan menyentuhku."
"Hey, maafkan aku ya. Maaf sekali telah membentakmu. Aku sangat khawatir sayang."
Jihoon masih diam. Perlahan ia membalikkan badan. Menyembunyikan wajahnya di dada Soonyoung. Dan menangis.
"Maaf ya." Soonyoung menciumi kepala Jihoon. Lalu ia bangun dan mengecupi perut Jihoon. "Baby, maafkan daddy. Baik baik di dalam sayang."
"Sayang, maafkan aku ya." Jihoon mengangguk. "Jangan minta maaf terus, aku bosan."
Soonyoung terkekeh. Istri mungilnya sangat menggemaskan. "Daripada kau meminta maaf terus. Lebih baik buatkan aku susu. Jangan lupa kupas dan potong apelnya, juga beri aku sedikit potongan melon. Sudah sana, ke bawahlah!" Jihoon mendorong badan Soonyoung.
"Iya sayang, iya." Soonyoung turun ke bawah. Meminta bantuan bibi maid untuk memotong buah, sementara dirinya membuat susu.
Setelah selesai, ia membawanya ke atas. "Pesanan tuan putri sudah siap. Silahkan dimakan."
"Baiklah, terimakasih. Pijat kakiku, tolong."
Soonyoung menurut saja. Ia paham, Jihoon sedang mengerjainya. Tapi tetap ia lakukan, menebus kesalahan karena sudah membentak Jihoon.
"Susu dan buahnya sudah habis. Bawa gelas dan piringnya ke bawah." Jihoon menyodorkan nampan pada Soonyoung.
"Baik, nyonya."
Jihoon terkikik saat Soonyoung keluar membawa nampan berisi gelas dan piring kotor.
________
Usia kandungan Jihoon sudah hampir sembilan bulan, dua minggu lagi. Berdasarkan hasil USG, bayinya berjenis kelamin laki laki. Kali ini Jihoon, Soonyoung, tuan dan nyonya Kwon sedang di mall. Membeli perlengkapan untuk sang bayi. Nyonya dan Tuan Kwon tampak antusias, memilih baju, strollers, popok, bahkan mainan. Terkadang berdebat masalah warna, membuat Soonyoung dan Jihoon tidak bisa tidak tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOONHOON : HAPPY ENDING
Fanfiction"Jangan menjanjikan apapun, jika kau tak bisa menepatinya, Soonyoung." -Lee Jihoon. "Jihoonie, aku minta maaf atas segala kecuranganku." -Kwon Soonyoung.