— Doppelgänger —
04 : Pengalihan
"Lo kenapa Jis?" aku tersadar setelah Bona menepuk bahuku. Kini semuanya melihat ke arahku dengan tatapan mereka yang nampak kebingungan dengan tingkah anehku."Sorry, gue mau ke toilet dulu" aku beranjak dari kantin meninggalkan tanda tanya yang besar bagi mereka. Taeyong pergi meninggalkan kantin setelah beberapa saat menatapku. Aku berusaha mengejarnya dengan sedikit berlari ke arahnya. Aku tak peduli dengan semua tatapan karyawan lain yang tertuju padaku.
Aku tidak benar-benar pergi ke toilet, aku terpaksa harus berbohong pada rekan kerjaku. Ku lihat jam istirahat masih tersisa sekitar dua puluh menit lagi. Langkahku sedikit tergesa. Taeyong menghilang dengan cepat. Aku hampir saja kehilangan jejaknya.
Kini aku tiba di rooftop. Nafasku terengah. Setelah beberapa detik, aku berhasil mengatur nafasku. Taeyong masih memunggungiku, dia melihat ke arah kota.
"Taeyong... lo kenapa tiba-tiba pergi?"
Aku tak mendapat jawaban, melainkan hanya hembusan nafas yang terdengar gusar keluar dari mulut Taeyong.
"Lo..."
"Jisoo... gue inget semuanya" aku terkejut ketika mendengarnya dapat berbicara lagi.
"Taeyong..." aku mendekat ke arahnya. Dia menangis. Sungguh aku baru pertama kali melihat laki-laki menangis.
Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku. Tangisnya semakin pecah. Walaupun ku lihat dia tidak mengeluarkan air mata, tetapi isakannya terasa begitu nyata. Pasti sakit sekali. Aku berusaha memahaminya, walaupun sepertinya aku tidak akan pernah paham bagaimana rasanya jika aku bisa mengingat kembali semua kejadian kelam yang menimpaku, seperti yang dialami Taeyong saat ini.
"Gak apa-apa... nanti lo bisa ceritain semuanya ke gue pas kita pulang" ku tepuk punggungnya beberapa kali. Taeyong pasti sangat terpukul. Beberapa detik kemudian, ia sudah mereda. Kami saling melepas pelukan. Ku lihat matanya yang memerah. Isakan kecil masih bisa ku dengar keluar dari mulutnya. Taeyong merasa malu saat aku melihatnya dengan keadaan seperti ini. Dia lantas menutupi kedua matanya dengan lengannya seperti anak kecil yang sudah selesai menangis.
"Lo pulang duluan aja"
"Nggak... g-gue mau nungguin lo"
"Tapi..."
"Gue gak apa-apa. Lo kerja lagi aja" kini Taeyong mengusap kedua matanya. Mengapa di saat sedih seperti ini dia malah terlihat imut bagiku? Aku pun tersenyum padanya.
"Udah-udah, jangan nangis. Lo harus kuat. Kita selesain bareng-bareng, oke?" dia hanya terdiam, kemudian melihat ke arahku.
"Lo nunggu di ruangan gue kan?" dia menggeleng.
"Terus di mana?"
"Di sini..."
"Nggak, lo harus tetep bareng gue. Inget kan apa kata temen-temen gue? Kita harus sama-sama terus. Kayaknya gue yang harus jagain lo mulai sekarang"
"Kok malah kebalik sih?" Taeyong terlihat kesal, suaranya masih terdengar gemetar akibat tangisnya.
"Ya salah siapa malah cengeng begini. Yuk ah, lo tetep harus ngikutin gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelgänger
FanfictionKami serupa tapi kami tak sama. Start 19-12-2019 End 12-02-2020 © _gzbae_