— Doppelgänger —
01 : Lily
"Kim Jisoo"
Aku menoleh ketika mendapati salah satu rekan kerjaku memanggil namaku. Kami pun berjalan bersama menuju kantor setelah aku menyapanya kembali.
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Aku merupakan seorang karyawan pindahan dari kantor cabang yang dipromosikan untuk bekerja di kantor pusat. Kemarin aku diantar oleh mantan seniorku ke sini, dia mempersiapkan kepindahanku dengan baik. Aku tak begitu paham dengan alasan kepindahanku ini. Yang jelas pada intinya, kantor pusat memindahkanku karena mereka meninjau kinerjaku yang baik saat bekerja di kantor cabang.
Ku rasa tindakanku sudah benar dengan mengambil kesempatan emas ini. Buktinya aku dapat beradaptasi dengan cepat di sini. Semua rekan kerja yang berada dalam tim yang sama denganku menyambut kehadiranku dengan baik. Kali ini aku sudah kembali dari jam istirahatku setelah makan di restoran cepat saji yang dekat dari kantor. Aku belum terbiasa makan di kantin, karena pada saat aku tiba di sana, kantin sudah dipadati karyawan lain.
Jadwalku sudah ditetapkan oleh manajer divisiku. Kali ini aku bisa tenang setelah memikirkan jadwalku yang belum pasti itu. Aku melangkah kembali menuju mejaku yang berhadapan dengan rekan kerjaku yang lain. Kemudian menempelkan sebuah kertas yang berisi jadwal kerjaku.
Petang ini aku pulang ke apartemen yang ku sewa beberapa hari yang lalu sebelum kepindahanku ke kantor pusat. Tentu saja aku melakukan sebuah survai untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Sejauh ini sih, semuanya memang berjalan dengan lancar karena persiapanku yang begitu matang. Aku sudah berbicara pada ibuku sebelumnya, dan beliau menyetujui kepindahanku walaupun ku rasa ibu masih menyimpan rasa khawatir padaku. Karena anak gadis satu-satunya ini harus pergi jauh darinya.
Setelah membersihkan diri dan menyiapkan makanan, aku terduduk di sofa dengan sebuah laptop yang sudah menyala. Kali ini bukan soal pekerjaan, hanya sebuah hobi yang belum tertuntaskan. Menonton drama membuat kepalaku menjadi terasa lebih rileks. Walaupun aku melihat adegan-adegan yang tidak seharusnya ku tonton. Bukan karena batasan usia, hanya saja semua itu terlihat sangat keji.
Genre dramaku bukan soal percintaan semata, aku sudah meninggalkannya sejak dulu karena minatku pada genre romantis sudah minim. Kini aku menyukai genre misteri atau yang seperti hal-hal yang menyangkut penuntasan sebuah pembunuhan massal.
Ku rasa aku bisa mempelajari beberapa hal dari sini, agar nantinya tidak panik saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, kemampuan berpikirku dapat meningkat dengan perlahan seiring aku menonton drama. Dan juga aku tidak perlu menghabiskan emosiku saat menonton, hanya berpikir dan berpikir.
Satu babak saja ku rasa sudah cukup. Kali ini aku beralih untuk mengambil laptopku. Ada beberapa pesan masuk pada email ku. Rupanya semua itu dari teman-temanku yang berada di luar negeri. Mereka hanya memberiku selamat dan bertanya kapan kami harus melakukan video call bersama lagi. Tak ku sangka jika mereka membalas pesanku dengan cepat. Kali ini kami semua sudah terhubung di Skype.
"Hai kak Jisoo!" sahut Lisa, dia sangat cantik walaupun sedikit petakilan. Karena dia selalu membawa Leo—kucingnya— ke dalam kamera dan melambaikan kedua kaki Leo pada layar.
"Hello everyone... Lalisa you're loud as fuck!" sahut Jennie menggerutu setelah menyeruput kopinya.
"Anyway, congratulations kak Jisoo!" aku hanya tertawa ketika Jennie kembali bertingkah imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelgänger
FanfictionKami serupa tapi kami tak sama. Start 19-12-2019 End 12-02-2020 © _gzbae_