— Doppelgänger —
08 : Seringai
Setibanya di rumah Lee, kami berdua disambut hangat seperti biasanya. Namun kali ini mereka terlihat keheranan dengan seseorang yang ku bawa.
Lee tiba-tiba saja datang dari dalam rumah. Dia memelukku. Benar saja, dia tiba di rumah mendahuluiku. Senyumnya luntur ketika mendapati seseorang yang membuntut di belakangku.
"Jisoo... dia asisten yang kamu bawa dari rumah orangtua kamu?" aku mengangguk. Dia masih terlihat bingung.
"Siapa namanya?"
"Jichu"
Ku lihat Lee menatap Jichu dengan nyalang, tatapannya begitu nampak tidak bersahabat. Apa dia tidak menyukai kehadiran Jichu?
"Tenang Lee, dia orangnya baik kok. Dia yang selalu bantuin ibu sama ayah" aku mengelus lengannya. Dia pun kembali mengalihkan pandangannya padaku. Aku berhasil memecahkan suasana hatinya yang buruk. Dia kembali tersenyum.
"Pak, tolong anter Jichu ke kamarnya" pintaku pada kepala asisten rumah Lee.
"Baik nyonya, mari" ku lihat kepala asisten itu memandang Jichu dengan penuh keraguan.
"Lee, kenapa kamu lihat dia kayak gitu?"
"Enggak, aku cuma belum terbiasa sama orang baru" dia berpaling dariku. Tentu saja ada yang disembunyikannya dariku.
"Hmmm... oke deh, yuk ke dalem. Ini udah malem"
Setelah membersihkan diri, aku melihat Lee berdiri di dekat jendela kamar. Tubuhnya menutupi sinar rembulan yang masuk. Aku pun mendekatinya dan mendekapnya dari belakang.
"Lagi mikirin apa?" tanyaku. Namun dia tak menjawab.
"Lee, aku gak bisa baca pikiran kamu ya, jangan bikin penasaran"
"Jisoo, kamu bener-bener gak nyadar atau gimana?"
"Maksud kamu?"
Dia melepas pelukanku, kemudian berbalik. Ia menggenggam tanganku erat. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya yang terlihat begitu sempurna dengan sinar bulan yang memancar di baliknya.
"Jisoo... kamu jangan percaya siapapun di rumah ini, kecuali aku"
"Kenapa?"
"Karena cuma aku yang bisa lindungin kamu"
"Kamu lagi bahas Jichu?" dia mengangguk.
"Aku gak bisa baca pikirannya, tapi aku bisa ngerasain kalau dia beda" aku mengerti, mereka berdua memang berbeda.
"Iya, aku percaya sama kamu" dia pun tersenyum. Lalu kembali merengkuhku.
"Aku harap kita terus kayak gini selamanya"
"Lee, cuma ada satu kunci kalau kita mau kayak gini selamanya"
"Apa?"
"Kepercayaan..."
"...kalau kita sama-sama percaya, kita gak akan bisa kepisah. Aku udah sepenuhnya percaya sama kamu, Lee."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelgänger
Fiksi PenggemarKami serupa tapi kami tak sama. Start 19-12-2019 End 12-02-2020 © _gzbae_