9

1.9K 290 91
                                    

— Doppelgänger —



09 : Pengkhianatan








Setelah Lee mengetahui semua perbuatanku bersama Jichu, dia benar-benar menjauhkanku darinya. Dia selalu berada di dekatku, dan tak membiarkanku lolos dari pengawasannya. Bahkan aku seharian ini tak melihat Jichu. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Namun Lee memastikan bahwa dia baik-baik saja, karena dia memindahkan Jichu untuk bekerja di dapur bersama chef.



"Lee, maafin aku"



"Jangan diulangi lagi" aku pun mengangguk. Dia masih melihat seluruh area rumahnya yang sedang didekorasi.



"K-kamu gak marah?" Lee tidak menjawab.



"Lee, kok kamu bisa tau semua itu?" pertanyaanku kali ini berhasil membuatnya menoleh.



"Aku lihat dari memori kamu"



"Hah? Kapan?"



"Waktu tadi pagi"



Aku pun menunduk. Ku rasa aku menyesal telah mengkhianatinya. Lee memang tidak bisa dikelabui.



"Udah, gak apa-apa"



"Eum... sebenernya yang dibilangin Jichu itu bener atau bohong?"



"Dia bohong" sahutnya ketus tanpa memandangku.



"T-terus mawarnya gimana dong?"



"Aku kehilangan mawarnya."



Aku terkejut dengan penuturannya. Kali ini aku sangat merasa bersalah pada Lee. Dengan refleks, aku bersimpuh di hadapannya. Lee sempat terkejut dengan tindakanku, dia berusaha membuatku kembali berdiri.



"Maafin aku" ku tempelkan kedua tanganku untuk meminta maaf padanya.



"Jisoo, kamu ngapain? Ayo berdiri lagi" tangannya berusaha meraihku, namun aku menolak. Tak terasa sebulir air mata jatuh menuju pipiku.



"Lee, maafin aku. Gara-gara aku, kamu jadi kehilangan mawarnya. Aku salah. Maafin aku" Lee kini mendekapku, ekspresi wajahnya terlihat khawatir.



"Gak apa-apa. Kamu sama sekali gak salah, Jisoo."



"A-aku takut banget kamu marah"



"Denger, aku gak marah sama kamu. Kamu kehipnotis sama dia. Makanya waktu pagi-pagi aku sembuhin" dia mengelap air mataku. Aku pun berhenti menangis.



"B-beneran?" Lee mengangguk padaku.



"Kamu marah sama Jichu?" Lee tidak menjawab.



"Udah ya, kita ke kamar. Jangan nangis lagi, nanti kamu sakit" Lee memapahku menuju kamar. Kami sudah duduk bersama di ranjang. Dia masih melihatku yang menunduk.



"Jangan nunduk terus, nanti mahkota kamu jatuh" dia mengangkat daguku untuk melihatnya.



"Kamu gak salah kok. Udah ya" Lee kembali memelukku.



"Lee, kamu sehebat itu ya?" dia pun melepas pelukannya.



Ku lihat Lee tersenyum. Dia kembali menghangat.



"Aku bahkan bisa wujudin semua yang kamu mau sekarang juga"



"Aku cuma mau kamu, Lee"



DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang