14

1.6K 247 46
                                    

— Doppelgänger —



14 : 113795








Beberapa hari sudah berlalu, aku akhirnya pulih dari sakitku. Lee sudah mengizinkanku untuk bekerja. Saat pertama kali masuk ke ruangan, mereka sangat terkejut dengan keberadaanku. Mereka mengira bahwa karyawan baru itu hanyalah seorang karyawan magang dari sebuah universitas. Reaksi Nayeon akan ku rekam seumur hidupku, ekspresinya lucu sekali.



Kegiatan di kantor berjalan dengan lancar, sesuai dengan keinginanku. Tak banyak yang ku kerjakan hari ini karena Lee. Dia lagi-lagi membatasi semua tindakanku. Akhirnya dengan terpaksa aku harus membawa tugasku pulang. Lee sudah menunggu di basement kantor. Seluruh karyawan kantor sudah mengetahui hubungan kami, tetapi tetap saja ada beberapa pasang mata yang masih tertuju pada kami, jika kami tiba di kantor bersama seperti tadi pagi.



"Kerjaanmu gimana?" tanya Lee, kami sekarang sudah berada di mobil untuk pulang.



"Lumayan, tapi aku gak apa-apa kok"



"Aku bisa bantu kamu, kalau kamu banyak kerjaan"



"Lee, kamu juga udah banyak kerjaan. Masa mau nambah? Udah aku gak apa-apa kok"



"Mandiri banget sih istri aku" dia mengelus kepalaku, awalnya ku kira dia akan mengacaknya.



"Lee, persiapannya udah berapa persen?"



Lee yang mengerti maksudku hanya berdehem. Dia mengacungkan kelima jarinya.



"Lima persen?!"



"Lima puluh, Jisoo"



"Hmmm... oke deh. Aku mau bantuin urusin sisanya, boleh?" Lee tidak menjawabku, dia malah asyik dengan bukunya sendiri.



Karena tak mendapat respon darinya, aku pun memilih untuk memperhatikan jalanan kota yang sudah mulai menggelap. Untung saja rutenya lancar. Karena biasanya jika aku pulang ke apartemenku, aku selalu menyaksikan kemacetan panjang setiap sorenya. Rute menuju rumah Lee memang seperti rute menuju jalan tol. Kosong, seperti tak ada kehidupan. Lokasinya yang cukup jauh dengan perkotaanlah yang membuatnya seperti itu. Kawasan rumah Lee berada di pemukiman elit. Dan rumahnya berada di ujung dekat perbukitan. Jarak dari gerbang utama untuk masuk menuju rumah tidaklah dekat. Tak bisa ku bayangkan betapa lelahnya jika aku saat itu berhasil kabur dari rumah Lee dengan berlari beberapa kilometer jauhnya. Itulah mengapa alasan Lee selalu memakai mobil untuk bepergian.



Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar untuk segera mandi. Lee dibuat bingung oleh tingkahku, karena tak biasanya aku mendahuluinya untuk berjalan. Alasan utama hanyalah aku ingin segera beristirahat. Karena ada satu tugas yang belum ku selesaikan, dan aku memilih untuk membawanya pulang. Ini semua akibat Lee yang memaksaku untuk segera pulang. Walaupun kami adalah sepasang suami istri, namun tetap saja jabatan kami berbeda. Tetapi Lee sepertinya ingin menyetarakannya. Dan aku kurang nyaman dengan semua itu.



Usai dari kamar mandi, aku segera berbaring di ranjang dengan laptop milik Lee. Setelah memintanya beberapa kali, akhirnya dia bisa meminjamkannya. Walaupun nanti ada sebuah imbalan yang harus ku berikan pada Lee. Dia memang semenyebalkan itu.



Mataku tak sengaja melirik ke arah Lee, dia baru selesai membersihkan diri dan pergi begitu saja melaluiku. Namun nyatanya tidak, dia kembali dan terdiam di hadapanku.



"Ayo makan" rengeknya.



"Duluan aja, aku lagi sibuk" memang terdengar ketus, namun aku benar-benar sibuk.



DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang