11

1.9K 271 31
                                    

— Doppelgänger —



11 : Tak Kasat Mata








Sesuai yang ku janjikan tadi, aku akan membicarakan hal ini pada Lee. Kini aku dan Jichu sudah berada di ruang pertemuan milik Lee, kami duduk bersebelahan menunggu kedatangannya. Lee belum tahu tentang semua ini, setidaknya itu yang dikatakan Jichu padaku.



Jichu terlihat murung, sedari tadi dia menunduk, mungkin dia tak berani menatapku.



Merasa kesal? Tentu saja. Namun aku tidak bisa menyalahkan semua kejadian yang sudah dilalui. Lagipula, dia sedang mengandung. Balas dendam pun rasanya sudah tidak ada gunanya.



"Jichu, aku gak apa-apa kok. Kamu lagi hamil, jangan banyak pikiran" dia mengangguk padaku. Sebisa mungkin aku tersenyum padanya, karena dengan begitu suasana di antara kami tidak terlalu canggung.



Sesaat kemudian, Lee membuka pintu ruangan dengan keras. Jichu terkejut, hal yang sama juga terjadi padaku.



"Jisoo, udah aku bilang buat jangan deket-deket lagi sama dia!"



"Lee, duduk dulu. Ada yang mau aku omongin" aku tersenyum untuk menenangkannya.



Lee mengernyit. Sepertinya ia sadar bahwa tidak biasanya aku seperti ini.



Ku lihat dia menatap Jichu sekilas, lalu dia duduk di kursi utama.



Aku menghela nafasku. Ini tentu sangat berat bagiku, namun aku harus mengatakannya.



"Lee, kamu jangan kayak gitu sama Jichu. Dia lagi hamil anak kamu"



Lee terkejut. Dia membulatkan matanya. Setelah menatapku, dia kini berganti menatap Jichu penuh amarah.



"Gak... dia bohong sama kamu, Jisoo"



Tanpa berkata apa pun, aku meletakkan alat itu di hadapan Lee. Dia tak menyentuhnya, hanya menatap alat itu dengan nanar. Tentu saja dia sedang marah. Aku memegang tangan Lee yang mengepal, seraya tersenyum padanya. Tak terasa air mataku mengalir, Lee melihat itu, tatapannya menyendu untuk sesaat.



"Lee, aku mohon sama kamu. Kamu harus nikah sama Jichu. Anak yang dia kandung butuh ayahnya"



"Soo-ya..."



"Aku gak apa-apa" sahutku sembari mengusap air mataku. Jichu masih terdiam di dekatku, dia juga menahan tangisnya.



Lee menyisir rambutnya, dia terlihat frustrasi. Semua ini tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan. Dia pun berjalan keluar dari ruangan ini. Aku hendak menyusulnya.



"Lee..." saat aku akan memanggil namanya, Jichu menginterupsiku dengan memegang tanganku.



"Nyonya, kalau tuan Lee gak mau nikahin saya juga gak apa-apa..."



"Nggak, Jichu. Lee harus tanggung jawab"



"Aku bakal bicara sama Lee, kamu tunggu aja di sini" aku melepaskan tangan Jichu perlahan, lalu bergegas pergi untuk menyusul Lee.



Instingku benar, Lee sedang terdiam di kamarnya. Aku pun mendekati Lee yang terduduk di sisi ranjang.



"Lee"



"Jisoo, aku gak bisa nerima ini" aku menghela nafasku, lalu duduk bersamanya. Lee masih memandang lantai kamar dengan tatapan kosong.



DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang