02. Talking To The Moon

229 15 7
                                    

-a m a n d a-

Aku segera berbalik ke belakang, dan mendapati Yoko berdiri di belakangku.

“Kamu duluan aja deh. Ada yang harus aku selesain hari ini.” Jawabku dengan sedikit tersenyum.

“Beneran nih? Aku traktir es krim deh.” Ucapnya sambil tersenyum.

Wow! Es krim? My fav! Bagaimana aku bisa menolak?

“Nggak deh, makasih udah nawarin by the way.” Jawabku dengan tersenyum dan menoleh ke arahnya.

Ia seketika langsung melesat menuju ke kantin, menyusul Julian dan kawan-kawan.

-Pukul 13.30, time for go home-

“Duluan ye Sal.” Kataku sambil melambaikan tangan pada Sally.

Segera aku menuju ke tempat parkir di belakang sekolah, bersama Yoko tentunya.

“Tangkap.” Katanya sambil melemparkan dua buah permen yang entah apa merknya.

For me?”

“Nggak, buat Sally. Ya iyalah buat kamu.” Jawabnya dengan sedikit sewot.

“Oke oke, thank you Ko.”

Kami berdua pulang menuju rumah kami sendiri-sendiri.

Keesokan harinya, sang surya mulai menampakkan dirinya. Aku membuka blackberry-ku dan mendapati satu notifikasi BBM. Segera aku membukanya.

“Hari ini berangkat sendirian dulu ye.” Pesan singkat ini ternyata dari Yoko.

Tanpa bertanya mengapa, segera aku membalas dengan “Oke”

Aku menuju ke garasi untuk mengambil sepeda fixie-ku yang biasa kupakai untuk ke sekolah.

Matahari mulai menyengat, ku kayuh pedal sepedaku menuju SMPku yang tercinta. Tidak biasa aku berangkat sekolah sendirian. But it doesn’t matter.

Cie, nggak biasanya ke sekolah sendirian.” Celetuk Sally dengan senyum “mengejek”

Aku tidak menghiraukan apa yang Sally katakan. Aku melesat dan segera duduk di bangkuku.

Ku buka blackberry-ku dan menanyakan kepada Yoko apakah hari ini dia absen atau bagaimana via Blackberry Messenger.

10 menit, 20 menit, 30 menit, tidak ada notifikasi muncul di layar handphone-ku.

“Asiik, nungguin BBM dari siapa nih?” Sally mengejutkanku.

“Ng..Nggak dari siapa-siapa kok.” Jawabku dengan sedikit terbata-bata.

“Jangan boong deh, btw mana si Yoko?” tanyanya.

Idk.”

“Eh by the way, menurutmu mungkin nggak sih kalo ada cewek sama cowok sahabatan sampai longlast gitu?” tanyaku seraya memecahkan keheningan.

“0,1% yang berhasil longlast menurutku, biasanya sih endingnya suka-sukaan getoh.”

Aku merenungkan apa yang telah Sally katakan padaku.

-malam hari-

Tiada kabar dari Yoko.........

Honestly, itu membuatku sangat khawatir kepadanya. Tak tahu mengapa, akhir-akhir ini aku lebih memedulikannya, dibandingkan hari-hari yang lalu.

Kubuka jendela kamarku, terlihat bulan purnama yang sangat indah.

Where is he? Mengapa dia tidak membalas bbm-ku?” mungkin aku sudah gila, aku berbicara dengan bulan. Pikiranku buyar karenanya.

Selama kurang lebih 10 menit, aku memandangi bulan sambil merenungi apa yang Sally katakan tadi pagi.

Keesokan harinya, lagi-lagi aku berangkat sekolah seorang diri, tanpa Yoko.

Sesampainya di sekolah, aku melihat ruang kelasku masih sepi. Hanya ada Julian dan 3 temanku lainnya.

Aku berjalan menuju bangkuku dan segera membuka BlackBerry-ku. Aku berharap dia membalas BBM-ku. Tapi ternyata tidak.

15 Menit aku menunggu, aku melihat sosok laki-laki dengan tas ransel hitam berjalan menuju kelasku.

***

A/N

Hola readers, maafkan bila ada kekurangan.

Keep vomment xoxoxo

Can you reach the Stars?Where stories live. Discover now