2.0

906 108 4
                                    

[Flashback mode on]

Park Jihoon, dikenal dengan sosok yang sangat periang bahkan selalu menjahili teman temannya dari SD dan SMP nya. Namun, seketika berubah ketika ia mulai memasuki SMA.

Keluarga dari seorang Park Jihoon ini bisa dibilang sebagai keluarga yang harmonis. Namun seketika berubah menjadi kacau ketika seorang wanita menggoda papanya untuk selingkuh.

Jihoon sering memergokinya. Namun, Jihoon tak bisa berkata apa apa pada ibunya. Ia khawatir keluarganya akan semakin hancur jika ia mengadu.

Jihoon yang masih polos itu berencana untuk memergoki mereka dan tahu siapa wanita yang menjadi perusak keluarganya itu.

Berbagai cara telah ia lakukan tapi hasilnya nihil. Jihoon frustasi jika memendam ini sendirian.

Jihoon sempat menangis di kamar. Ibu Jihoon yang memang sudah beberapa bulan lalu sakit pun sadar bahwa anaknya itu berbeda.

"Jihoon"

"Eh bu" Jihoon menghapus air matanya.

"Kok nangis?" Tanya Ibu Jihoon.

"Hah? Nggak, Jihoon tadi nonton film sedih hehe" Jihoon berusaha senyum walau mata merahnya tetap tak bisa ia sembunyikan.

"Hoon..." Ibu Jihoon memeluk erat Jihoon dadanya mulai terisak.

Air mata ibunyapun mulai turun membasahi bahu Jihoon yang sedang dalam pelukannya.

"Bu, jangan nangis"

"Maafin ibu ya hoon, bahkan kamu sekarang sudah besar. Ibu yakin kamu masih bisa menjaga diri kamu baik baik ya hoon"

"Ibu kok ngomong gitu, Jihoon tadi cuma nonton doang kok" Jihoon mengelak.

"Ibu tau hoon, ibu udah tau lebih dulu dari kamu" Ibu Jihoon mulai tersenyum yang diiringi air matanya yang mengalir.

"Maksud ibu, ibu tau? Papa selingkuh?" Jihoon yang to the point langsung memeluk erat kembali ibunya itu.

Ibunya mengangguk dan mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti.

"Ibu nggak masalah kalau papa selingkuh, tapi Ibu pikir kenapa di saat saat akhir papa harus bersama yang lain? Ibu nggak masalah kalau hati papa emang bukan buat ibu. Tapi, setidaknya di hari hari terakhir ibu papamu bisa menunjukan rasa sayangnya walau hanya setitik itu"

"Ibu ngomong apa sih? Ibu bakal sembuh, papa juga bakal balik sama ibu. Dan yakin, papa bakal balik lagi sama kita"

Ibu Jihoon terus mengeratkan pelukannya.

"Nak, jadilah anak yang berguna. Dan turuti apa kemauan papamu di masa mendatang. Setidaknya kamu mengikuti kata katanya 1 kali. Karena selama ini, ia tak pernah meminta apapun darimu bukan?"

"Iya bu, tapi..."

"Jaga adikmu, jaga juga dirimu dan papamu, selamat tinggal nak"

Ibu Jihoon yang tumbang dalam pelukan Jihoon langsung Jihoon lepas pelukannya. Ia langsung mengangkatnya dan membangunkannya.

Namun, ya hasilnya nihil. Ibu sakit sudah lama, hanya Jihoon dan adiknya yang masih kecil yang mengurusnya. Papanya? Tentu tidak.

"Dekkk"

"Ibu kenapa kakk?" Adik Jihoon menangis saat tahu nyawa ibunya sudah tak ada lagi.

Jihoon hanya bisa menangis sekarang.

Dan sekarang siapa yang harus Jihoon percaya? Jika Jihoon hanya tinggal bersama adik dan papanya yang bahkan tak memperdulikannya itu.

Selama liburan panjang sekolah, Jihoon memang sudah mulai bekerja sambilan menjaga sebuah toko.

Dari penghasilannya itu, ia memberanikan tekadnya untuk pergi dari rumah bersama adiknya.

Jihoon mengikuti beberapa lomba yang bahkan tak bisa ia lakukan. Itu hanya demi uang dan beasiswa.

Jihoon bahkan hanya bisa makan beberapa suap nasi saja dalam sehari, karena baginya adiknya yang masih kecil itu lebih penting.

Jihoon mengontrak di sebuah rumah yang kecil namun bahagia.

Sampai suatu saat Jihoon iseng iseng mengikuti lomba yang hadiahnya beasiswa dan uang, Jihoon menang pada saat itu.

Jihoon bisa bersekolah sampai lulus SMA dengan beasiswa itu. Tanpa ada seorangpun yang tahu.

Dan ia masih tetap kerja sambilan walau sekarang sudah jarang karena Jihoon punya bisnis dengan temannya. Jadi temannya yang mengurus. Jihoon hanya sebagai investor saja.

Jihoon tak menyangka keberuntungan ini begitu saja datang padanya. Padahal, saat Jihoon minggat saja papanya tidak pernah peduli atau mencari.

Yang Jihoon tau sampai sekarang, Jihoon belum pernah melihat dengan jelas wajah wanita yang menghancurkan kerharmonisan keluarganya itu.

[Flashback mode off]

Beberapa hari kemudian, Jihoon menceritakan kejadian kelam masa lalunya itu.

Mashiho pun tersentuh mendengarnya.

Adik Jihoon yang ia tinggalkan di korea, akan tetap menerima uang bulanan. Adik jihoon laki laki. Jihoon juga percaya dia bisa menjaga dirinya baik baik.

"Hoon, maaf ya kalau aku ngungkit masa lalu kamu"

"Gapapa ho"

"Yaudah, sebagai permintaan maaf aku cium kamu ya hoon"

Tanpa ba bi bu yang harus nya mencium Mashiho, tapi ini malah Jihoon.

Nggak dibibir kok cuma di kening doang.

...

Mashiho sebenernya betah sih tinggal di USA, cuma jarak apartemen dan kampus yang sepi. Deket sih jalannya cuma sepi. Kan serem sendiri.

Apalagi Jihoon yang sibuk kerja. Mashiho udah ketiduran kadang Jihoon baru pulang.

Tapi Jihoon nggak ngerusak Mashiho kok. Dia pulang cuma cium kening atau pipi Mashiho terus gendong ke kamarnya. Sementara Jihoon sendiri Masuk ke kamar pribadinya.

...

"Kenapa sih harus pulang jam segini terus kalau kuliah sore? Kan sepi gitu" Mashiho ngomong sendiri sambil berjalan.

"Ho" Seseorang memanggilnya.

Mashiho pikir, itu adalah Jihoon.

Tapi, bukan. Itu bukan Jihoon.

"Ho, apa kabar? Kok bisa disini? Gue kangen banget sumpah"

Orang itu meluk Mashiho. Tapi Mashiho nggak tau itu siapa.

Mobil Jihoon berhenti di depan Mashiho yang dipeluk oleh orang yang tak ia kenal.

"Lo ngapain peluk dia" Jihoon membalikan badan orang itu.

Jihoon menarik Mashiho kedalam mobilnya.

"Ih hoon, aku takut"

"Gapapa ho, ada aku" Di ucapannya Jihoon emang bilang gitu. Tapi difikirannya 'Sial, orang itu kembali lagi'











Gimana chapt ini? Gaje kah? Iya maap ya :(
Oke next!

Like you hurt me [Mashikyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang