3.1

807 77 10
                                    

"Bi, ada teh ga?" Tanya Jihoon pada asisten rumah tangga papanya.

"Ada, mau dibikin?" Tawar pembantunya.

"Nggak usah, saya bikin sendiri" Kata Jihoon.

Pembantunya ngasih satu kantung teh dengan gelas dan gula.

Jihoon emang bukan tipe manja sama siapapun kecuali sama Mashiho. Meskipun itu dulu.

Yaa semanja manjanya juga ga nyampe bikin Mashiho repot sih.

"Bi, itu tamu siapa ya?" Tanya Jihoon sambil mengaduk teh yang sudah diberi gula olehnya.

"Aduh, bibi kurang tau. Tapi, katanya itu calon tunangan anaknya tuan".

"Hah? Maksudnya saya?" Jihoon bingung.

"Aduh bibi juga ga tau, hehe".

Jihoon langsung masuk ke Kamar sambil bawa teh dan udah mikir aja siapa itu yang bakal dijodohin.

Jihoon coba ngeliat dari jendela kamarnya yang tinggi. Bukan jendela sih lebih kaya fentilasi.

"Hah? Mashiho?"

Jihoon udah seneng ga karuan eh tapi masa iya?

Dia coba ngintip lagi dan Ya, itu Mashiho. Tapi kok Junkyu juga ada disini.

Kalau bener yang dijodohin itu sama anaknya papa, ga mungkin kan kalau dijodohin sama Junkyu?

Jihoon duduk lagi di kasur sambil mikir keras apa yang bakal terjadi.

Sekitar jam 6 sore, Jihoon baru kebangun dari tempat tidurnya. Dia liat rumah papanya yang tiba tiba rame dan banyak orang.

Jihoon mandi terus ganti baju. Papanya Jihoon langsung nyuruh Jihoon buat pake kemeja sama Jas.

Jihoon ganti lagi baju jadi pake kemeja sama Jas. Dia duduk di sofa.

Datanglah Junkyu bareng Mashiho. Disitu Jihoon cuma ingin buang muka aja.

Jihoon mikir ngapain coba Mashiho sama Junkyu dateng kesini bareng apalagi mereka juga pake jas dan Mashiho pake dress gitu.

Jihoon jadi gagal muve on kalau gini.

"Jihoon, hari ini papa mau jodohin Mashiho ini sama kakak kamu"

"Hah? Aku ga punya kakak kan?"

"Emang kamu ga inget papa setelah mamamu meninggal papa kan menikah lagi. Dan ini kakak tiri kamu, Junkyu"

Jihoon matanya udah ga ngedip. Dia matung sejenak. Mashiho cuma diem karena dia juga kasian liat Jihoon kaya gini.

"Di jodohin pa?" Tanya Jihoon.

"Iya, emang kamu pikir Mashiho bakal dijodohin sama kamu? Nggak kan, lagian kalian juga ga ada hubungan apa apa" Papa Jihoon dengan dinginnya bilang kaya gitu.

Sedangkan Junkyu cuma jadi saksi bisu aja.

Mashiho udah pengen nangis karena ga kuat liat Jihoon kaya gini.

"Oh ya, acara pertunangannya akan kita mulai" Papanya senyum ke arah Junkyu.

Sumpah disitu Jihoon serasa pengen mati aja.

Udah ga berguna aja gitu.

Apalagi liat orang yang niatnya mau dia lamar tapi malah dijodohin sama kakak tiri oleh papa sendiri.

Jleb banget ga tuh?

Saatnya Junkyu memakaikan cincin pada jari manis indah Mashiho.

Jihoon cuma diem sambil ngerasaain sakit hati yang nggak karuan.

"Waah, selamat ya kalian" Papa Jihoon memberikan selamat pada mereka berdua.

"Makasih pah" Junkyu senyum aja.

Mashiho senyum tapi ada nangisnya juga.

"Kamu ga akan ngasih selamat hoon?"

Jihoon bengong. Dia mikir kenapa tuhan jahat banget sih? Kenapa ga bikin Jihoon meninggal aja waktu ditambrak kereta. Percuma kan kalau akhirnya dia harus ngerasain sakit sakitan terus di dunia.

Jihoon nyodorin tangannya terpaksa. Memberika selamat dengan hati yang berat.

"Selamat kyu, jaga Mashiho soalnya nanti gue ga akan ada lagi kalau lo bikin sakit hati Mashiho"

"Selamat, ..." Susah buat Jihoon nyebut namanya.

Namanya yang selalu ia panggil di setiap pagi.

Namanya yang ia sebut dalam doa.

Namanya yang ia cari saat tak sadarkan diri.

Namanya yang selalu menghantui pikirannya.

Sangat sulit mengucapkan nama itu sekarang.

Sebegitu sulitnya hingga hanya air mata yang mampu mengucapkan namanya.

Jihoon melepas tangan Mashiho lalu lari ke luar rumah.

Dan dia terserempet mobil.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" Tanya papa Jihoon pada Dokter.

"Maaf pak, tapi saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, karena sembuh dari kecelakaan sebelumnya belum benar benar pulih, maka saat terjadi kecelakaan untuk kedua kalinya akan lebih sulit baginya. Jadi, kami mohon minta maaf, nyawa anak bapak tidak bisa diselamatkan" Dokter memasang wajah penuh rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan nyawa pasiennya.

Papa Jihoon menangis bahkan Junkyu pun menangis. Dia sadar dia salah. Dia sadar dia berengsek. Dia sadar, dia dulu nyia nyiain Mashiho dan cuma Jihoon yang ada di sisi Mashiho. Tapi sekarang? Dia malah ngambil Mahsiho gitu aja.

"Maaf ho, gue terlalu jahat buat lo" Batin Junkyu.

Papa Jihoon dan Mashiho masuk ke dalam ruang dimana Jihoon menghembuskan nafas terakhirnya.

Dia nemuin kertas yang ada di jaket Jihoon.

Dia masukin ke tasnya tanpa sepengetahuan papanya Jihoon.

Mashiho masih nangis.

Orang yang berjuang buat dia.

Orang yang buat dia bahagia setiap saat.

Orang yang romantis sama dia.

Orang yang setia sama dia.

Tapi dia terpaksa harus nyakitin orang itu demi egonya.

"Maafin aku hoon"










...

Tepat pada hari pemakaman Jihoon, Mashiho terus terusan menangis tanpa henti.

Junkyu yang disampingnya hanys mengelus pundaknya Mashiho dengan penuh rasa kasihan dan juga menyesal.

Adik Jihoon baru datang tadi pagi. Dia langsung nangis kalau kakaknya yang selama ini bantuin pr nya, nafkahin dia dari kecil disaat papanya tidak ada rasa peduli sama sekali. Disitulah Jihoon ada sebagai kakaknya.










1 chapt lagi ending ah :/

Like you hurt me [Mashikyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang