5

323 14 1
                                    

MATA PENUH DENDAM.

"Dasar monster tidak berprikemonsteran, sampai malam gini gue ngga di kasih makan. Dia pikir gue onta bakal kuat ngga makan seharian. Benar-benar monster!"

Meski sudah memaksakan untuk tidur, Lena berharap ia bisa melupakan rasa laparnya. Karna Lena pikir mungkin garra akan memberinya makan saat pagi nanti. Namun perutnya tak sanggup lagi menahan gejolak laparnya. Seharian ini, ia hanya makan satu potong sandwich saja. Itu bahkan tidak ada setengah porsi makanya.

Saat tengah malam dengan berani lena menyelinap ke dapur. Mencoba mencari sedikit makanan yang bisa ia makan. Ia sudah mengecek semua tempat yang ada di dapur namun dirinya tak kunjung menemukan apapun yang bisa di makan.

"Direktur kok miskin banget, Si monster itu sepertinya berencana membunuh gue pelan-pelan"

Lena menghela nafas berat dan lelah dengan raut kecewa, ia menutup kembali kulkas yang ia buka. Sepertinya dirinya benar-benar tidak makan sampai pagi nanti. Jika saja dirinya sampai mati, ia berjanji garra adalah orang kedua setelah kakeknya yang akan ia hantui.

Lena kembali ke kamarnya meratapi nasib dirinya yang tidak beruntung itu. Yang hanya bisa ia lakukan hanya menggrutu mengumpat kakeknya. Jika saja perjodohan ini tak terjadi, mungkin saat ini dirinya sedang tidur nyenyak dengan perut penuh di kamarnya.

"Aki-aki nyebelin"

Sebenarnya tak menyisakan makanan di dapur adalah ulah garra. Ia telah menyuruh para pembantunya untuk tak menyisakan makanan sedikitpun. Dan bermaksud membiarkan lena kelaparan, menurutnya itu akan menjadi tontonan yang menarik.

Saat berada di kamarnya, tatapan lena menatap kosong ke luar rumah. Ia bisa melihat halaman yang begitu luas terhampar. Ia mengakui keindahannya bahkan ia seperti berada di pulau yang berbeda. Menurutnya ini akan terlihat sempurna jika saja kehidupannya tak seperti saat ini.

Tak lama kemudian pandangan lena terfokus pada buah mangga yang menggantung di dahan pohon. Ia seperti melihat kehidupan. Saat ini buah itu seperti makanan yang amat ia rindukan.

Dengan senyum bahagia lena pun buru-buru berhambur menuju pohon mangga itu. Karna itulah harapan satu-satunya untuk menjinakkan perutnya. Ia tak boleh bergantung menunggu garra memberinya makan. Ia bahkan tak yaqin jika suaminya itu akan memberinya makan. Terlebih saat ia sadar jika Garra seorang monster.

Beberapa saat kemudian lena sampai di depan pohon mangga. Ia bisa melihat buahnya menggantung sangat menggoda. Tapi sayangnya pohon mangga itu banyak semut jadi sulit untuk langsung di naiki. Karna tak mungkin langsung memanjat lena pun mencari tangga untuk naik lewat genteng rumah yang memang dekat dengan posisi buah mangga tersebut. Dirinya harus nekat, jika tidak, dirinya akan kelaparan sampai pagi.

Setelah berjuang ahkirnya lena dapat meraih beberapa buah, tanpa basa-basi dengan lahap ia menyantapnya sambil duduk di atas genteng. Ia menikmatinya bersama semilir angin yang sejuk membelai dirinya. Ia merasa sangat menyedikan.

Beberapa menit kemudian setelah perutnya terasa kenyang, ia pun berencana turun. Namun tangga yang tadi ia gunakan tiba-tiba raib. Ia begitu panik, karna jika tak ada tangga dirinya tidak bisa turun.

Lena berteriak-teriak meminta tolong, tapi tak ada satu pun yang menghampirinya. Semua ini mulai nampak aneh baginya. Ia jadi curiga pada suaminya. Bukan asal tuduh, pasalnya dengan sifat garra yang gila itu, ia yaqin garra bisa melakukan hal ini padanya.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang