6

303 12 0
                                    

Hati yang dingin

"Waaaahhhh mawar putih"

Lena berlari kecil memutari kebun bunga yang ada di samping rumah garra. Ia langsung suka tempat itu.

"Di belakang rumah ada taman yang lebih besar dari ini. Di sana juga ada banyak jenis bunga-bunga" Suhut lia salah satu pelayan garra yang menemani lena.

"Serius?? Di sana ada bunga mawar?" Mata lena berkaca-kaca, ia teramat menyukai bunga terutama bunga mawar. Ia bahkan sudah terkagum-kagum meski belum melihatnya.

"Ada nyonya"

"Gue mau ke sana"

Mereka berdua pun pergi menuju taman belakang rumah. Lena nampak begitu senang, setidaknya ia pikir dengan melihat hamparan bunga ia bisa melupakan sejenak memiliki suami seperti garra. Ia sudah mentekadkan niatnya untuk tinggal di sini hanya selama satu minggu saja. Bisa tak bisa setelah satu minggu dirinya akan pergi dari rumah ini. Titik.

Beberapa saat kemudian merekapun sampai di sebuah taman. Benar yang di katakan lia. Ia melihat hamparan taman berisi bunga-bunga yang begitu indah dan tertata rapi. Semua jenis bunga di tata sedemikian rupa, membuat mata siapa saja yang melihat akan termanjakan. Lena senang sekali, setidaknya ada hal yang membuatnya senang selama tinggal di rumah garra.

Sepanjang hari lena menikmati indahnya pemandangan taman bunga tersebut. Ia menikmati setiap wangi bunga yang ia hampiri. Lalu memilih bunga-bunga yang ia suka dan merakitnya kedalam pot bunga untuk ia taruh di kamarnya. Seharian ia menghabiskan waktunya di taman, bahkan rasanya ia tak ingin beranjak dari tempat itu.

Pukul 4 sore garra pulang dari kerjanya di ikuti asisten pribadinya. Kedatanganya di sambut beberapa pelayan yang melayaninya mulai mengambil tas dan jas miliknya.

"Dimana peliharaan gue?" Tanya garra kepada pelayannya.

"Nyonya lena lagi di taman belakang tuan" Suhut lia.

Setelah tau keberadaan orang yang ia cari. Garra pun langsung menuju taman belakang.
Di sana ia melihat lena sedang menikmati aktivitas merakit bunga. Ia bisa melihat lena nampak begitu bahagia dan tenang. Ah~ ia tak suka ekspresi itu.

Garra berdiri tak jauh dari lena. "Kenapa lo belum siap-siap?" Ujar Garra.

Lena menoleh ke gerangan yang datang menghampirinya. Setelah tau bahwa dia adalah garra, lena tak menggubrisnya. Kelakuannya membuat garra kesal. Gadis di depannya telah menyulut dirinya.

Tangan garra mengengamnya erat kesal, ia melampiaskan dengan menendang kursi di depannya. Gadis itu akan ia pastikan buat bertekuk lutut padanya.

"Lo sadar sekarang lagi ngomong ama siapa?"

"Monster" jawab Lena malas.

Rahang wajah garra mengeras, urat di lehernya pun mulai kelihatan. Ia sudah marah sekarang. Kelakuan lena yang memandang remeh dirinya benar-benar akan ia beri pelajaran. Auranya garra mulai terasa tajam dan menyeramkan. Ia tak suka kalah dalam permainan, gadis di depannya ia pastikan harus menurutinya. Pasti.

Garra memberi kode jari ke para pelayannya. Beberapa detik kemudian semua pelayan yang mengerti mulai mengitari lena dan menarik paksa lena ke kamar. Dia menang kan? Ingat ia pasti bisa melakukan apapun.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang