30

249 13 1
                                    

TIDAK PANTAS.

Saat tau lena sudah bisa masak, kini ia jadi sering di suruh masak. Kedua kakaknya kini sudah mengakui kemampuanya. Walaupun jika di ingat kembali betapa mengerikan puspa mengajarinya. Ia jadi sadar jika puspa bukan menyiksa, dia hanya ingin dirinya bisa. Sepertinya ia harus berterima kasih padanya.

Saat ini lena ia sedang membuat beberapa aneka kue di dapur. Sedang yang lain duduk santai di ruang tengah.

Aaaahhhh...

Tiba-tiba lena teriak histeris, saat tak sengaja ia menjatuhkan air mendidih yang baru ia angkat dari kompor. Naasnya sebagian air itu jatuh ke tanganya.

Teriakan tersebut membuat semua orang buru-buru berhambur menghampiri lena. Walau pun garra yang datang pertama, ia tak mengerti dengan apa yang harus di lakukan. Ia malah panik sendiri.

Tapi saat lani datang, pria itu langsung sigap, ia tau apa yang harus di lakukanya. Ia langsung memberi pertolongan pertama dengan menyiram luka lena dengan air. Lalu membungkusnya dengan kain bersih. Tak henti-hentinya lena menangis merengek kesakitan. Lani terlihat sangat tenang menenangkannya.

Sedang garra, ia hanya diam memperhatikan. Ada rasa kecewa saat merasa kehadiranya tak begitu berguna.

"Lan sakit,.. " lena merengek. Gadis itu bersembunyi di dekapan lani. Ia memeluknya sangat erat.

"Tenang len, ini ngga para kok. Nanti di pakein salep juga mendingan. Sabar ya" Lani mengusap air mata lena. Ia terlihat sangat tulus.

Setelah pertolongan pertama cukup, lani membawa pergi lena. Ia harus segera mengobati lukanya. Kembali garra hanya bisa memandang kedua orang itu. Sumpah ia baru sadar jika dirinya tak bisa apa-apa.

Ana melirik garra, ia bisa melihat pria itu sangat khawatir. Ia datang menghampirinya.

Ana menepuk pundak garra. "Udah tenang aja, lena itu gadis tangguh, dia pasti baik-baik aja" Ana tersenyum dibalas garra dengan senyum pula.

"Emang lena masih gadis?" Tanya sely dengan cengiran yang sulit di artikan.

Ukh, garra terbatuk syok. Harus ya pertanyaan itu di tanyakan padanya ?

Saat ini wajah garra pucat, ia terlihat panik. Pasalnya ia tak tau apa yang harus ia jawab?

Melihat raut wajah garra yang tegang membuat kedua kakak iparnya itu mentertawakanya.

"Gak usah tegang gar kita bercanda kok, tapi kalo lo mau cerita kita dengerin." Sely tersenyum, ia semakin membuat garra pucat. Kembali kedua kakak iparnya itu mentertawakanya.

"Udah sel jangan ganggu garra. Ayo kita liat keadaan lena" Ajak ana, selypun mengikutinya.

Kini giliran eren yang menghampiri garra. Kakek berusia lanjut itu tersenyum lalu menepuk pundak garra dua kali.

"Nak lani itu sudah jadi bagian keluarga ini. Dulu lena sering ngikutin lani kemana aja. Dia bahkan sudah seperti kakak laki-lakinya. Jadi lena sudah biasa bermanja ama lani. Kamu ngga papa kan?"

Garra mengangguk.

***

Hari ini keluarga lena mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di pantai. Mereka menyewa villa yang dekat dengan pantai. Untuk mengisi acara, di adakan perlombaan voly pantai.

Saat ini sedang bertanding team lena dan garra melawan sely dan josua. Mereka bermain dengan begitu heboh. Garra yang memang tak pandai dalam hal melempar itu selalu jadi amukan lena. Pasalnya ia membuat teamnya selalu kecolongan poin. Garra sendiri juga tak mengerti mengapa dirinya begitu payah dalam hal melempar. Untung saja lena cukup gigih, buktinya mereka bisa unggul.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang