31.

206 11 2
                                    

Halo gaes ada yang nungguin ?

Makasih ya yang masih baca sampai sini. Dan makasih yang udah terus dukung dengan votenya.

Happy reading 💚

***

Sakit jantung ?

Puk! Just! Shit! Puk!

"Bajingan kalian!!"

"Tenang mas.. tenang... "

"Pisahkan"

"Tolong pegang"

Agrhhhh...

Garra di amankan oleh warga, saat ia membuat tiga orang itu terkapar bersimbah darah. Ia terlihat sangat marah. Meski sudah membuat mereka bonyok, ia rasa semua itu belum cukup tuk membayarnya. Mungkin dengan membunuh baru semuanya akan impas.

***

Garra masuk ke villa, ia nampak terlihat kacau. Jika saja tadi ia tak di lerai warga sepertinya ia takkan pulang sebelum puas memberi para bajingan itu pelajaran.

"Nak garra, kamu baik-baik aja?" Tanya eren saat membuka pintu menemukan garra terlihat begitu kacau. Bajunya penuh percikan darah. Lalu ia mempersikan garra masuk.

"Iya kek saya baik-baik aja. Gimana keadaan lena. Perlu saya panggilkan dokter?"

"Sudah tak usah, lena udah baik-baik aja. Dia sedang di kamar ana. Sebaiknya kamu bersikan diri kamu dulu"

Ana keluar dari kamarnya, ia terlihat begitu sedih. Membuat garra semakin khawatir dengan istrinya.

"Dia.."

Ana menepuk pundak garra dua kali. Ia mengerti jika garra khawatir. "Lena udah mendingan, lo ngga usah khawatir gar. Malam ini dia tidur di kamar gw dulu"

Garra menganguk mengerti.

Ana dan eren pergi meninggalkan garra yang masih terdiam di depan pintu. Saat ini perasaanya kacau, ia takut, benci, kesal, marah dan begitu khawatir. Ia ingin menyaksikan sendiri keadaan istrinya tapi ia takut menemuinya, ada rasa belum siap. Ia masih terlalu kesal dengan ketidak bergunaan dirinya ini. Sungguh ia berharap sekali bisa memutar waktu dan memperbaikinya.

Garra memilih pergi ke kamarnya. Ia rasa ini bukan waktu yang pas tuk menemui lena. Setidaknya ia sudah tau jika perempuan itu sudah baik-baik saja.

Langkah garra terhenti saat ia berpas-pasan dengan lani. Keduanya sempat beradu mata namun lani segera membuang muka berpaling menghindarinya bahkan mungkin dia tak menganggapnya. Garra sadar, ia pantas mendapatkanya, ia sendiri kecewa pada dirinya.

***

Esok hari lena masih belum keluar dari kamar. Ia terlihat masih syok dan ketakutan. Untuk makan saja gadis itu mesti di rayu-rayu dulu. Lani terlihat begitu tulus menemaninya. Dia meladeninya begitu titen dan sabar membuat garra merasa senang sekaligus iri. Iya, ia ingin dirinya yang ada di posisi lani saat ini.

***

Garra tergugah dari tidurnya, ia langsung bangkit mengucek matanya saat melihat lena berada di kamarnya sekarang. Ia tidak bermimpi kan?

Lena mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa lo? Gak usah kaget deh gw cantik setiap hari kok" lena tertawa garing.

Garra menatap lena penuh haru. Ahkirnya ia bisa melihat gadis itu tertawa. "Lo... Gak papa?" Tanyanya lirih. Ia khawatir sekali.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang