8

285 12 0
                                    

PINTU YANG DI KETUK.

Lena berjalan memasuki sebuah kamar, ia melihat kamarnya sangat rapih dan tertata. Namun sepertinya sudah lama tak di gunakan lagi.

"Ini kamar siapa?" Tanya Lena.

"Ini kamar bekas almarhum kedua orang tua tuan, nyonya." Jawab lia, ia membereskan seprai kasur yang terlihat sedikit berdebu.

Sedang lena, ia cukup tertarik untuk memutari kamar tersebut. Memperhatikan setiap jengkal benda-benda di kamar itu. Lalu ada yang membuatnya tertarik yaitu beberapa poto yang di tata rapi di tembok. Di sana ia melihat ada poto kedua orang tua garra dan garra masih kecil. Ia melihat poto suami kecilnya itu tersenyum di antara kedua orang tuanya. Senyum yang bahkan ia tak pernah temui. Jadi benar kematian orang tuanya yang membuat garra semengerikan ini ?

"Ehh- ini ada piano, di mana ini?" Tanya lena sambil menunjuk ke arah photo tepat di gambar piano tersebut.

"Photo itu di ambil dari ruangan sebelah ruang kerja tuan. Dulu keluarga tuan sering menghabiskan waktu di sana sambil bernyanyi bersama." Jelas lia menatap iba ke arah photo tersebut. Ia merasakan perihnya kenangan yang sudah lama di lupakan itu. Ia ingat keharmonisan keluarga itu saat masih utuh.

"Bawa gue ke sana"

Lena pun di bawa ke tempat piano tersebut oleh lia. Bagi lena yang menyukai musik itu terlihat sangat bahagia akan bertemu benda kesukaannya.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah ruangan. Lia membuka pintu, lalu membiarkan lena memasuki ruangan itu. Lena mamandangi sebuah piano yang bertengger di tengah-tengah ruangan. Piano tesebut terlihat seperti tak tersentuh untuk waktu yang lama.

Lena yang sangat suka bernyanyi dan bermain musik. Tanpa basa-basi dirinya langsung menjajah piano yang ada di depannya itu.

"Lagu apa yang sering mereka nyanyikan?" Lena membuka piano tersebut dan mencoba beberapa not.

"Kenangan"

****

Lena nampak kebingungan saat barang-barang miliknya sudah di kemas rapi. Apa yang terjadi?

"Apa maksud semua itu?" Tanya lena.

"Hari ini nyonya akan di pulangkan" Jawab juna.

"Di pulangkan? Kenapa? Ada apa?"

"Dimana mosnster!?"

Lena merasa sangat emosi, apa sebenarnya yang di pikirkan suaminya itu? Dirinya memang senang jika harus pergi dari rumah ini. Tapi jika seperti ini caranya, ia tak terima. Apalagi bukan suaminya sendiri yang mengatakan langsung.

"Tuan sedang tidak ada di rumah" Jawab juna berbohong.

Lena menarik nafas sangat panjang, ia benar-benar sudah sangat-sangat kesal dengan suaminya yang benar-benar seenaknya saja. "Itu monster jadi bener-bener pengen gw jadiin tumbal"

Karna harga dirinya, lena pun akan menuruti. Dirinya tak sudi tuk memohon-mohon. Ia semakin sadar suaminya memang gila. Akan lebih baik juga dirinya pulang sekarang. Tanpa ada komunikasi atau obrolan ia seperti orang yang di ceraikan.

"Mari saya antar nyonya"

Lena pergi di temani juna.

***

Sudah kesekian kalinya lena mengatur nafasnya. Ia hanya sedang mengatur emosinya. Ia benar-benar kesal dengan perlakuan suaminya ini. Rasanya ia sangat tidak terima di perlakuakan seenaknya oleh suaminya itu. Jika tadi suaminya ada di depan mata, sepertinya sudah ia cincang kecil-kecil.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang