18

273 12 0
                                    

Zona merah.

"Lo dulu yang masuk" Garra mendorong lena untuk jalan di depannya. Namun buru-buru lena kembali ketempatnya, ia tak mau.

"Lah kok gw sih, ini kan ide lo. di sini gw cuma korban yang lo paksa. "

"Tapi lu juga ikut seneng-seneng kan?"

"Itu cuma bonus aja. Kan gw udah bilang, lo yang harus tanggung jawab kalo terjadi sesuatu"

"Pokoknya lo yang duluan masuk " kembali garra mendorong lena ke depan.

"Ngga mau, gw masih belum siap hadapain semburan maut nenek lo"

"Lu pikir gw ngga"

Saat ini wajah garra terlihat sangat panik. Ekspresi itu pun tak lolos dari lena. Sumpah, ini pertama kali lena menyaksikan wajah suaminya panik. Lena pikir tak ada yang di takuti oleh suaminya. Dan ternyata..... luchtu naa.

Hahahaha~

"Kenapa lo ketawa?"

"Gw kira orang kayak lo, ngga ada yang di takutin"

Garra mendatarkan wajahnya, ia merendahkan pandanganya menatap istrinya. "Penting!"

Sebenarnya itu sangat memalukan, tapi mau gimana lagi. Bagi garra, puspa memang orang yang ia takuti selain kakek. Bukan karna seram saja jika marah. Kadang puspa bisa ceramah atau pidato sehari semalem kalau dirinya melakukan kesalahan. Yang lebih parahnya dirinya akan di perlakukan seperti anak kecil. Ia tak mau itu terjadi.

Suasana saat ini bagi garra dan lena begitu mencengkam. Mereka merasa harus selalu wasada agar tak ada yang menerkam mereka tiba-tiba. Perlahan pasangan suami istri ini berjalan dengan mengendap-endap menujuh pintu belakang. Mereka tak berani jika harus lewat pintu depan. Mereka pikir puspa pasti sedang mununggunya dengan buas. Aah mengerikann~

Kini keduanya sudah ada di depan pintu belakang. Keadaan semakin menegang. Rumah mewah itu kini nampak horor. Sebelum membuka pintu kedua suami istri itu meneguhkan niatnya. Dengan pelan-pelan lena yang mengalah itu membuka pintu dapur. Sumpah ini momen terhoror dalam hidupnya, ia berharap masih hidup besok.

Kedaan lampu dapur sudah gelap. Lena mendongkakkan kepalanya, pandangannya menyisir setiap inci dapur. Memastikan keadaan aman sebelum mereka masuki.

Setelah merasa tidak menemukan tanda-tanda bahaya. Lena mengode garra untuk mulai mengikuti dirinya memasuki dapur.

Dan tiba-tiba....

Clak !

Bunyi kontak lampu terdengar.
Seketika keadaan dapurpun menjadi terang benderang. Matilah. Pasangan suami istri itupun langsung bersujud memohon ampun.

"Ampun eyang aku janji ngga akan ulangi lagi. Aku pasti minum jamunya 3 x sehari" garra bersimpu, kakinya bahkan sampai lemas.

"Aku juga eyang, disini aku cuma korban" ujar lena mengikuti apa yang di lakukan garra.

"Heh, harusnya kita sama-sama bertanggung jawab" protes garra.

"Ngga mau lah"

"Lu ya-- " ingin rasanya garra caplok istrinya itu. Bagaimana dia dengan mudahnya melemparkan tangung jawabnya.

SEBUT INI TAKDIR !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang