Di suatu tempat yang tidak terdeteksi keberadaannya, nampak seorang wanita berparas cantik sedang menatap ke dalam pantulan air terjun. Dia tinggal di sebuah gua di balik air terjun yang teramat indah.
Di belakang wanita itu, terdapat seorang pria yang lebih tua darinya setia menunggunya.
“Besok adalah malam bulan purnama putih. Pergilah ke bumi dan berikan kunci itu kepada pemilik sebenarnya.” ucap wanita itu dengan lembut namun tegas.
“Tentu yang mulia, tapi bagaimana cara ku menjelaskannya pada gadis itu?” tanya sang pria dengan sopan kepada wanita yang ia sebut sebagai ‘Yang Mulia’ itu.
“Cukup buat dia melihat benda itu, dan ia akan tertarik dengan sendirinya” sang wanita menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari air terjun.
“Baiklah.” balas pria itu lalu hendak berlalu entah ke mana.
“Tunggu!” cegah wanita itu sebelum sang pria benar-benar berlalu.
“Kau harus pergi ke bumi sekarang, dia tidak akan berani mengatakan apa pun padamu meski dia amat tertarik dengan benda itu. Pergilah dan persiapkan semuanya sekarang! Keahlian mu dalam menyamar kembali diperlukan!” sambung nya.
“Dan, kupikir dia akan membutuhkan bantuanmu nanti, kau bisa menetap di bumi untuk sementara waktu jika kau mau” tambahnya lagi.
“Tapi, bagaimana dengan anda?” ujar pria itu.
“Tidak perlu cemaskan aku, kau pergi lah dan bantu dia saat keadaan bahaya. Portal itu hanya terbuka selama 3 hari selama bulan purnama putih. Dan bulan itu tidak muncul setiap tahunnya, apalagi setiap minggu.” tegas wanita itu tak terima penolakan.
“Kau akan dapat kembali ke sini lagi setiap kali dia datang ke sini. Dan saat itu kau bisa memilih untuk kembali bersamanya atau tetap di sini. Namun, untuk sementara waktu, kau lindungi dia.” sang wanita mengela napas lembut sedikit mengalah pada pria yang menampakkan ekspresi khawatir itu.
“Dan..!” tambah wanita itu lagi. Sekali lagi pria itu mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia hanya menundukkan kepala pada wanita yang bahkan sama sekali tidak berbalik menatapnya.
“Biarkan dia mengenali benda itu secara sendirinya, jangan katakan apa pun mengenai kegunaan benda itu.” sambung si wanita.
“Aku sudah selesai, kau boleh pergi sekarang!” ucapnya menyadari kalau pria itu tak akan undur diri lagi.
“Baiklah, saya mengerti Yang Mulia. Permisi.” jawab pria itu sopan lalu membungkuk dan benar-benar berlalu dari tempat tersebut.
Sementara pria tadi pergi entah ke mana, wanita itu masih tidak bergeming dari tempatnya. Seulas senyuman manis senantiasa terpampang pada wajah rupawan nya. Ia sedari tadi menatap pantulan seorang gadis yang sibuk berbalas pesan dengan teman-temannya. Tentu saja, air terjun itu telah dimantrai agar bayangan itu nampak di pancuran air terjun.
“Aku akan menunggu mu Stifani Emira...” gumam wanita itu
“Menunggu mu untuk membebaskan kami dari tempat ini..” sambungnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...