BAB 31: SENJATA

57 12 9
                                    

Zeint mengajak Stifani dan yang lain pergi ke tempat nya dan Stifani biasa berlatih bersama. Tempat ini kelihatannya memang sangat rahasia dan hanya sedikit orang yang tahu.

“Mengapa kita ke sini?” tanya Stifani begitu Zeint membawa mereka ke tempat latihan nya yang terbilang adalah lapangan terbuka. tidak berniat mengatakan apa pun, pria itu kembali melangkah ke salah satu dinding menghampiri sebuah lukisan. Ia lalu menggeser lukisan itu dan nampak tombol-tombol angka. Ia lalu menekan acak dan dinding tersebut bergeser menampakkan sebuah ruangan gelap yang perlahan-lahan penerangannya menyala satu persatu.

“Wow! Aku bahkan tidak tahu kalau di sini masih ada ruang rahasia lagi” celoteh Zack.

“Ayo masuk” ucap Zeint kemudian memimpin rombongan memasuki ruang rahasia. Setelah semuanya masuk, secara otomatis pintu ruangan itu tertutup kembali dan lukisan kembali terpasang sempurna.

Di dalam, anak tangga terus menuntun mereka untuk bergerak semakin ke bawah. Entah pada anak tangga ke berapa, ruangan ini mulai melebar hingga menampakkan sebuah ruangan hampa yang teramat luas. Di ruangan ini juga masih terdapat beberapa pintu lagi.

“Ruangan apa ini?” tanya Sheila memulai pembicaraan.

“Ruang rahasia yang pasti” cetus Zack membuat Sheila kesal.

“Apa ini ruangan untuk mengevakuasi siswa jika terjadi serangan seperti ini?” giliran Sean yang bertanya melihat betapa luas dan kosongnya ruangan ini. Dan entah dari mana mereka mendapat pemasokan oksigen di ruang tertutup ini.

Masih tak berniat menjawab, Zeint terus bergerak dan entah apalagi yang ia lakukan. Ia menekan sesuatu lagi dan seketika di tengah ruangan muncul sebuah meja bundar yang di atas nya terdapat beberapa benda. Mereka semua pun segera mengerumuni meja itu karena penasaran.

“Peta apa ini?” tanya  Sam sambil menunjuk sebuah kertas lebar yang terdapat di tengah-tengah meja.

“Peta kerajaan ini” jawab Sean setelah mengamati peta itu.

“Kurasa, ini adalah peta dunia ini, bukan hanya kerajaan ini saja” imbuh Zack sambil menarik salah satu sudut kertas. Begitu ditarik, peta itu melebar, menampilkan sebuah kerajaan lagi.

“Apa yang akan kita lakukan dengan peta sebesar ini?” tanya Stifani sembari mengamati peta itu.

“Mencari keberadaan kunci kristal itu lalu mengaktifkannya” jawab Zeint akhirnya setelah memilih diam beberapa saat.

“Tapi kau bilang, tak ada petunjuk apa pun mengenai benda itu” protes Stifani.

“Berita terakhir mengatakan bahwa kunci itu terakhir terdeteksi keberadaannya di hutan di gunung Everlard. Di sini ! ” Sean menunjuk sebuah titik di peta.

“Setelah itu, tak ada petunjuk lain yang berhasil ditemukan” tambah Zack pula.

“Untuk itu kita akan pergi ke sana dan mencari nya sendiri. Sekaligus menyelamatkan diri dari sini” ucap Zeint seolah tak terima penolakan.

“Masalahnya, siapa yang mau membawa peta sebesar ini di tengah situasi genting ini? Bagaimana kita keluar dari sini tanpa kelihatan pasukan kegelapan? Mengapa kita baru mencarinya sekarang? Dan, aku tidak menyangka di dunia ini masih ada peta manual” tanya Stifani bertubi-tubi.

“Kau pikir kami tidak punya yang digital apa?” balas Zack ketus.

“Ayo pergi sekarang, sebelum terlambat! ” ajak Zeint yang lebih terdengar seperti perintah. Ia lalu membereskan peta itu lalu mengubah ruangan kembali seperti semula.

“Apa hanya itu isi dari ruangan sebesar ini?” ucap Sisy tak terima namun tak mendapat jawaban.

“Cepatlah” tegas Zeint lagi sembari menarik tangan Stifani agar cepat.

MAGICAL DREAM: STAR AND MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang