Di kerajaan Victoria sedang berlangsung upacara penghormatan terakhir bagi ayah Stifani. Dengan suasana berkabung, semua orang dekat mengantarkan jenasah itu ke tempat peristirahatan terakhir nya.
“Selamat jalan, ayah.” Stifani terduduk di tanah sembari memeluk batu nisan khas keluarga kerajaan Victoria setelah upacara pemakaman.
“Kita harus kembali sekarang Stifa, hujan akan turun.” Sam menepuk pundak Stifani. Stifani yang merasakan ada sentuhan di bahu nya langsung mengusap air mata nya dan mengulas senyuman lalu berbalik.
“Kau benar, ayo!” Stifani langsung menggandeng tangan Sam. Memang tinggal mereka berdua yang ada di kuburan ini. Yang lain sedang menunggu mereka di depan gerbang pemakaman.
“Cia, masih sempat modus” Sisy langsung berujar melihat Sam yang menggandeng tangan Stifani.
“Berisik kali kau nak!” ketus Sam pada Sisy.
“Abaikan saja dia.” Sam kemudian berujar pada Stifani. Stifani hanya tersenyum simpul.
“Sebenarnya..” Stifani menggantungkan kalimat nya sambil memastikan apa yang lain sudah masuk kereta. Setelah benar yang tersisa hanya diri nya dan Sam, Stifani langsung menatap Sam yang sudah menunggu nya melanjutkan kalimat nya.
“Dulu aku memang pernah menyukai mu.” lanjut Stifani sambil menundukkan kepala dan diam-diam Sam mengulas senyuman.
“Tapi itu dulu! Sekarang sudah tidak!!” sergah Stifani sambil mendongak. Memang ada kedustaan sih dalam kalimat nya.
“Jujur saja sih..” Sam ikut menggantungkan kalimat nya.
“Dulu aku juga sempat menyukai mu” lanjut nya sambil tersenyum jahil.
“Lalu?” Stifani berusaha memancing Sam agar melanjutkan kalimat nya. Mereka berdua bahkan tidak sadar ada banyak pasang telinga yang menguping percakapan mereka.
“Ya, sebenarnya, kau terlalu pendiam dan terlihat seperti kutu buku dulu. Jadi, kupikir kau akan menolak ditembak siapa pun.” Sam menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Stifani sendiri berusaha menyembunyikan wajah nya yang memerah karena malu.
“Sayang sekali ya, kalau begitu” Stifani langsung menormalkan wajah nya.
“Ya, memang sih..” Sam mengiyakan perkataan Stifani.
“Karena kita dulu pernah saling suka, gimana kalau pacaran nya sekarang saja?” Stifani menatap tak percaya pada Sam. Ia bahkan tak sanggup berkedip untuk beberapa saat.
“Boleh juga, lebih baik daripada masa itu lewat begitu saja.” Stifani lagsung mengiyakan sembari memasang ekspresi sok jual mahal. Padahal, dalam hati ia bersorak ria.
“Jadi, sekarang kita pacaran?” Sam mengulurkan tangan kirinya dan langsung disambut baik oleh Stifani.
“Ya, walau sudah tidak suka lagi.” sahut Stifani dan tirai-tirai kereta kencana yang tadi nya tertutup langsung terbuka menampilkan wajah-wajah jahil.
“Cia, pacaran..” seru Zack dari dalam kereta.
“Pacaran nya telat lagi.” sambung Sisy yang memang sudah sekongkolan dengan Zack. Stifani dan Sam yang kaget karena perbincangan mereka didengar langsung melepaskan tangan dan naik ke kereta yang berbeda.
Semua orang yang ada di kereta langsung tersenyum jahil ke arah Sam maupun Stifani. Tidak terkecuali para orang tua. Kalau ada pengecualian, mungkin kalian sudah tahu siapa.
Sekembalinya ke istana, Stifani berdiri di balkon istana setelah bersih diri. Ia menatap ke kejauhan dengan air mata yang menetes perlahan. Rasa bersalah memenuhi lubuk hatinya.
“Maafkan aku..” Stifani bergumam lirih berharap suaranya dapat didengar oleh orang yang ia maksud. Stifani menundukkan kepala nya.
“Kak Nadya..”
FINALLY IT'S ABSOLUTELY THE END :)
AKU GA SUKA ENDINGNYA :V
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...