“Putri Stifa! Aku senang ketika mendengar kabar bahwa kau telah kembali dengan selamat” ucap paman Gildezz ketika berjumpa dengan Stifani di tengah perjalanan menuju kamarnya. Stifani lantas langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menuju sumber suara.
“Paman! Aku juga senang bertemu anda kembali” Stifani lalu membungkuk hormat membuat paman Gildezz tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat senang bahwa ia bisa dihormati seperti ini oleh anggota kerajaan.
“Kau tidak perlu sesopan ini padaku putri” dusta paman Gildezz berusaha terlihat merendah.
“Paman! Kenalkan, ini adalah kak Nadya, kakakku!” ucap Stifani sembari menarik Nadya agar lebih mendekat ke arahnya. Paman Gildezz kemudian menatap gadis berambut cokelat itu dari atas sampai ke bawah sampai alisnya berkerut terkejut.
“Gadis ini!” tanpa sadar paman Gildezz melontarkan keterkejutannya. Mendengar itu, Nadya menundukkan kepalanya merasa antara takut dan malu.
“O, aku berjumpa dengannya saat berada di tengah hutan. Dia sangat baik padaku melebihi orang yang kukenal.” Stifani menjelaskan pertemuan mereka dengan polosnya. Ia bahkan tak mengerti maksud kata-kata ‘gadis ini’ yang diucapkan paman Gildezz dengan tidak sengaja.
“Oo, salam kenal kalau begitu. Dan, putri, kurasa kita harus bicara sejenak setelah kau membersihkan dirimu..” ucap paman Gildezz menggantungkan kalimatnya lalu beralih menatap Nadya tajam yang membuat gadis itu tak berani menatapnya.
“Hanya bicara berdua saja” ucap paman Gildezz kemudian penuh dengan penekanan. Tanpa merasa ada kejanggalan dengan sikap Nadya dan paman Gildezz, Stifani hanya mengangguk mengiyakan.
Stifani kemudian melangkah ke arah kamarnya, tempat pertama kali ia berbaring di dunia ini. Walau hanya sekali, Stifani masih dapat mengingat arah kamarnya. Ia kemudian mengajak Nadya memasuki kamarnya dan berbagi pakaian dengannya seolah ia sudah merasa kalau ini memang rumahnya.
“Apa yang ingin paman bicarakan denganku?” tanya Stifani ketika bertemu paman Gildezz di pavilliun tempat ratu Victoria menyatakan diri sebagai ibunya 2 hari yang lalu.
“Ikutlah denganku” ujar paman Gildezz singkat lalu beralih pergi. Stifani langsung mengikutinya dari belakang. Mereka melangkah menaiki tangga demi tangga. Kemudian, paman Gidezz berhenti di sebuah ruangan yang terlihat amat sakral.
Di pintu ruangan ini terdapat lukisan bulan, bintang, dan matahari yang timbul. Serta ada garis garis dan bulatan bulatan yang terlihat seperti saling terhubung. Ruangan ini masih terkunci dan terlihat seperti jarang dibuka.
“Kenapa berhenti paman?” tanya Stifani melihat paman Gildezz yang terdiam menatap pintu raksasa ini.
“Apa kau tahu tempat apa ini?” paman Gildezz berbalik menghadap Stifani dan gadis itu hanya menggeleng ragu. ‘Bagaimana aku bisa tahu kalau aku baru saja tiba di sini!’ gerutu Stifani dalam hati.
“Ini adalah ruangan yang sangat sakral, di dalam ruangan ini terdapat tempat kristal-kristal mimpi yang merupakan kehidupan dari dunia ini berada.” Paman Gildezz berhenti sejenak dan kembali menatap ruangan itu.
“Hanya keturunan kerajaan ini dan yang terpilihlah yang dapat memasuki tempat itu.” Paman Gildezz kembali mengambil jeda.
“Dan ada sebuah pusaka yang telah dicuri dari sini. Kunci untuk mengaktifkan kristal-kristal itu.” Paman Gildezz kemudian berbalik kembali pada Stifani yang menatapnya tak mengerti.
“Aku tidak mengerti maksud paman” ucap gadis itu jujur.
“Sepertinya, kau memang tidak mengetahui apapun tentang dunia ini ya!” ucap paman Gildezz lalu tertawa receh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...