Di dalam ruangan kelas yang kini sudah sepi, Stifani sedang tertidur nyenyak. Seluruh siswa sedang keluar kelas karena saat ini memang jam nya istirahat. Sam dan Zeffira sendiri pergi ke kantin dan menemui Sisy, meninggalkan gadis ini seorang diri di dalam kelas.
“Sepertinya dia terlalu lelah” ucap Zack yang entah sedari kapan telah berada di dalam ruangan ini bersama dengan Zeint. Tak menggubris adiknya itu, ia malah mengambil tempat duduk di hadapan Stifani dan malah sibuk membaca buku yang ada di meja gadis itu. Sementara, Zack terus memperhatikan gerak-gerik kakaknya dengan kesal sembari memakan lolipop.
“Nghh..” Stifani meraung pelan. Tidurnya seperti nya sedang terusik atau ia bermimpi buruk. Zeint yang menyadari raungan Stifani dan tingkah gadis itu yang terus menggerakkan kepala langsung saja membelai rambut gadis itu dengan lembut. Zack yang melihat tingkah kakaknya langsung saja berhenti menjilati lolipop dan menatap kaku ke arah kakaknya dengan mulut terbuka.
“Apa dia benar kakakku?” gumam Zack dan kembali melakukan aktivitas sebelumnya seraya mengamati tingkah kakaknya.
Zeint yang merasa Stifani sudah mulai tenang juga kembali membaca buku sebelum sebuah pena yang melayang di depannya. Ia lalu terkesiap dan menatap pena yang terus melayang di hadapannya yang disusul dengan teriakan Zack.
“Kak! Apa yang terjadi? Kenapa kakiku tidak menyentuh lantai?” teriak Zack histeris. Ia menendang-nendang udara seraya memegangi meja terdekatnya berusaha untuk menyentuh lantai kembali. Sayangnya, usahanya tidaklah berhasil. Meja tersebut malah ikut melayang bersamaan dengan Zack yang semakin tinggi membumbung di udara. Ia malah semakin berteriak histeris karena itu. Tingkahnya benar-benar lucu seperti anak TK yang dipaksa pergi ke dokter gigi lalu menangis.
Tidak hanya itu, kursi yang diduduki Zeint perlahan juga ikut terangkat diikuti seluruh benda di ruangan ini. Terkecuali satu. Meja dan kursi tempat Stifani tidur masih tetap pada posisi awal.
“Apa yang terjadi dengan kelas kita?” celetuk Sam yang kini muncul di ambang pintu bersama Sisy dan Zeffira. Kemudian disusul juga dengan Sean dan Sheila. Awalnya, Sheila mencari Zeint lalu Sean menduga kalau Zeint sedang berada di kelasnya Stifani. Jadi, Sheila menarik lengan Sean memaksa Sean untuk menemani dirinya mencari Zeint.
Mereka semua terheran-heran melihat seluruh benda dalam ruangan ini melayang tak tentu arah. Kemudian Sam dan yang lain terkecuali Zeffira tertawa terbahak-bahak melihat Zack yang terus berteriak semakin kalut ketika seluruh benda perlahan bergerak makin cepat. Zeffira sendiri hanya meringis sambil tepuk jidak melihatnya.
“Stifani, bangun Stifa!” Zeint berusaha membangunkan Stifani dengan lembut sebelum semua benda bergerak makin cepat dan tak karuan. Zack bahkan sudah hampir menangis.
“Stif! Bangun Stifa! ” Zeint menepuk-nepuk pipi gadis itu namun hanya raungan kecil yang terdengar dari gadis itu. Sementara Zack terus beteriak dan Zeint berusaha membangunkan Stifani, Sam, Sisy dan Zeffira hanya menonton di ambang pintu.
“Kakak!” Zack semakin kalut begitu seluruh benda bergerak memutar seperti diterjang badai.
“STIFA! BANGUNN!!” Zeint bahkan sampai menggebrak meja tempat Stifani tidur membuat Stifani agak tersentak sedikit dalam tidurnya.
GEDUBRAK..
Seisi ruangan terjatuh begitu saja dengan kasarnya memporak porandakan seisi ruangan.
“Ouchh.. pasti sakit” ucap Sam begitu melihat Zack seperti berusaha berenang di udara dan terjun bebas dengan lihai nya hingga menatap lantai keras. Ketiga orang itu memicingkan sebelah matanya melihat Zack yang jatuh dengan kerasnya.
“Ehm.. apa yang terjadi?” tanya Stifani dengan polos nya layaknya anak kecil yang terbangun dari tidurnya karena suara berisik. Semua perhatian langsung beralih pada Stifani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasíaнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...