“Kak Nadya..” Stifani terlihat memanggil lembut gadis yang sedang menangis di tengah kesunyian.
“Kau ikutlah dengan kami ke istana. Kau tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Lagipula, Stefan bisa saja mengganggumu kapan saja jika kau di sini sendiri” ucap Stifani pada Nadya. Nadya pun mendongakkan kepala menatap wajah Stifani lalu berusaha sebisa mungkin untuk tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Maka, mereka bergerak menuju ke luar hutan dan menemukan sepasang kuda putih tertambat di pohon. Mereka lalu menggunakan itu untuk menuju ke istana.
Biar kelihatan gentle, para pria yang memacu kuda sementara wanita yang digonceng. Sebenarnya, Nadya sudah menawarkan diri untuk berkuda bersama Stifani namun Zack menolak dengan alasan mereka berdua tidak tahu jalan menuju istana dan Stifani akan sangat menyusahkan untuk Nadya katanya. Padahal, alasan sebenarnya, ia tak mau terlihat konyol di depan para gadis yang akan mereka lewati nanti karena pasti kakaknya, Zeint yang akan ambil kendali.
Sementara mereka sedang dalam perjalanan, di istana sendiri keadaannya sepertinya tidak cukup baik. Ratu Victoria terlihat sedang duduk di atas singgasananya dengan wajah gelisah. Di hadapannya tampak orang-orang yang sedang bersujud sambil menyampaikan sesuatu yang sepertinya adalah kabar buruk.
“Yang mulia, bangsa kegelapan telah menyerang wilayah kami dan kini sebagian wilayah kami telah dikuasai oleh mereka.” Pria yang berada paling dekat dengan ratu melaporkan.
“Bukan wilayah kami melainkan sebagian wilayah kerajaan kita telah mereka kuasai.” Salah seorang pria berambut merah menambahi laporan pria tadi.
“Begitu juga dengan 3 kerajaan tetangga kita”
“Jika terus begini, seluruh dunia kita bisa berada di tangan kegelapan dan kita semua akan dihancurkan atau dijadikan budak mereka.” Pria yang paling depan pun kembali angkat bicara memohon pada sang pemimpin kerajaan agar segera bertindak.
Tak lama kemudian, seorang prajurit berlari memasuki ruangan dan membisikkan sesuatu pada sang ratu. Setelah mendengar apa yang disampaikan prajurit itu, ratu Victoria langsung berdiri dari duduknya.
“Aku akan merundingkan masalah ini dengan 3 kerajaan lainnya. Kalian bisa kembali sekarang!” sang ratu memberi titah lalu berjalan melewati mereka semua menuju keluar istana. Langkahnya terlihat agak tergesa-gesa. Sementara, para pria tadi masih berada di tempat memperhatikan ratu mereka.
Langkah ratu Victoria terhenti ketika berada di depan kandang kuda yang letaknya di belakang istana. Matanya memandangi seorang gadis yang sedang turun dari kudanya dengan pakaian yang agak lusuh dan rambut agak berantakan. Ia turun dibantu oleh seorang pria dan ke tujuh orang lainnya mengelilingi dia dengan kegiatan masing-masing. Tentunya, Sean, Sheila, Sam, Sisy, dan Zeffira sudah keluar mengerumuni Stifani dan yang lain. Entah sejak kapan, mereka menjadi teman dekat atau mungkin sahabat, entahlah.
Ratu Victoria langsung mendekat dan seketika yang lain kecuali Stifani - karena tidak memperhatikan apapun - menunduk hormat. Ratu Victoria lalu dengan segera menarik gadis itu dan memeluknya. Dibelainya rambut gadis itu yang berantakan. Air mata menetes dari wajah sang ratu.
Tidak seperti biasanya, kali ini Stifani tidak memberikan perlawanan. Bahkan, ia justru balas memeluk sang ratu walau agak ragu.
“Dari mana saja kau? Apa kau baik-baik saja?” tanya sang ratu tanpa melepas pelukannya.
“Ya” jawab Stifani singkat.
“Apa yang terjadi padamu? Ibu sangat mencemaskanmu” ucap ratu seraya menatap mata Stifani setelah melepas pelukannya. Mendengar itu, Stifani berusaha tersenyum tulus.
“Terima kasih telah mencemaskanku” balas Stifani tanpa berniat untuk berujar lebih dari itu.
“Apa kau lelah? Ayo masuk, akan kusiapkan makanan untukmu” ujar ratu kemudian setelah menyadari kalau Stifani tak akan merespon lebih. Saat ratu hendak melangkah pergi, tangan Stifani menggapai lengan sang ratu membuat ratu Victoria kembali berbalik.
“Aku belum mengenalkanmu dengan kak Nadya” ucap Stifani saat ratu menatapnya intens. Ia kemudian menarik Nadya yang berada agak jauh darinya dan membawanya ke depan ratu Victoria.
“Dia adalah kak Nadya. Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri. Jadi, jika anda memang mengakuiku sebagai putrimu, anda juga harus mengakui kak Nadya sebagai anakmu.” Ujar Stifani tanpa basa-basi yang membuat Nadya langsung menarik lengannya agar berhenti bicara.
“Maaf yang mulia, aku tidak bermaksud datang kemari dan membuatnya bersikap tidak sopan seperti ini” ucap Nadya seraya menundukkan kepala. Ia terlihat sangat takut karena sikap Stifani yang terbilang kasar walau kata-kata dan nadanya sudah dibuat sehalus mungkin.
Bukannya marah, ratu malah tersenyum lembut dan berkata, “Tidak masalah, kau juga tidak perlu bersikap seformal ini, jika putriku menganggapmu sebagai saudarinya, maka kau juga adalah putriku sekarang. Panggil saja aku ibu.”
Setelah mengatakannya, ratu Victoria kembali berlalu pergi memasuki istana. Stifani kemudian menepuk pundak Nadya, menyadarkannya dari tatapannya pada sang ratu. Lalu, mereka bersembilan memasuki istana.
“Yah, kuharap kau masih mengingat jalan ke kamarmu tuan putri. Kuharap tak ada apapun yang mempengaruhi otak dan ingatan mu setelah kejadian penculikan ini.” Zack berujar memecahkan keheningan yang entah kenapa terasa seperti sebuah sindiran bagi Stifani. Tangan kedua pria itu diangkat dan diletakkan menyilang di bahunya.
“Apa kau perlu kuantar ke kamarmu lagi Stifa?” kali ini Sean yang turut andil bicara.
“Tidak perlu, aku masih ingat jalannya”jawab Stifani ketus lalu dengan cepat menarik Nadya dan pergi memisahkan diri dari rombongan mereka yang menyisakan tawa di telinga Stifani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...