Selama satu minggu ini, kelihatannya dunia MAGICAL DREAM ini aman-aman saja. Belum ada tanda-tanda khusus kalau bangsa kegelapan sudah melakukan pergerakan lebih. Semua terasa begitu damai. Namun, di beberapa wilayah yang terlihat cukup sejahtera, hawa mencekam terasa begitu kuat di sana. Tak ada seorang pun yang berani melapor dan para penguasa kerajaan pun tak tahu akan hal ini.
Di suatu tempat yang kelam, di mana wilayah tersebut selalu terlihat gelap baik siang maupun malam, sesosok pria berjubah hitam dengan mahkota hitam pula di atas kepalanya menyeringai lebar dengan begitu banyak siasat licik di kepalanya. Aura hitam yang pekat pun menutupi seluruh tubuhnya sehingga wajah pria itu tak dapat terlihat jelas.
“Salam rajaku” seorang pria berbadan kekar datang menghampiri pria tadi. Ia berdiri di dalam kegelapan sehingga rupanya tak nampak.
“Masuklah Gildezz” pria itu langsung melangkah masuk menampakkan rupanya yang penuh kedustaan. Dialah orang yang kerap dipanggil paman Gildezz, dengan matanya yang berubah menjadi merah menyala, menampakkan warna aslinya.
“Ada apa gerangan kau kemari?” tanya sosok yang mengenakan mahkota itu dengan suara beratnya.
“Hanya ingin melihat seberapa jauh pergerakan yang telah anda lakukan Yang Mulia” ucap paman Gildezz dengan wajah penuh tipu daya nya. Mendengar itu, sosok raja kegelapan ini menyeringai lebar.
“Berhenti bertele-tele dan katakan apa yang hendak kaukatakan” ucap sang raja.
“Anda memang selalu tahu apa yang ingin kulakukan rajaku. Aku tahu anda sangatlah hebat dan semua orang haruslah mampu menyaksikan kehebatan anda. Dan, hanya andalah yang dapat membebaskan bangsa kita dari para warga sok suci itu. Tetapi rajaku..” ucap paman Gildezz bertele-tele, peringaiannya sudah seperti iblis yang sedang menghasut seseorang. Ia juga sengaja menggantungkan kalimatnya menunggu reaksi sang raja.
“Kenapa kau berhenti?” raut wajah yang tadi nya terlihat senang mendapat pujian kini berubah menjadi kesal menyadari ada hal buruk yang hendak dikatkan paman Gildezz.
“Apa anda yakin anda sanggup melakukan ini demi bangsa kita?” paman Gildezz terus bertele-tele mengelilingi sang raja.
“Apa maksudmu? Kau meragukanku Gildezz!?” sang raja mulai naik pitam yang malah memicu seringaian dari paman Gildezz.
“Bukan begitu maksud hamba, raja”
“Lalu?”
“Apakah anda tahu siapa kah penghalang anda?”
“Siapa pun penghalangnya, dia akan kusingkirkan seperti lalat,” ucap sang raja penuh keyakinan. Paman Gildezz tertawa renyah mendengar jawaban itu yang sepertinya memang ia sengaja.
“Kenapa kau tertawa?”
“Apa anda yakin anda akan sanggup melakukannya?”
“Kenapa kau terus bicara begitu? Memang siapa dia yang berani menghalangi jalanku, sang raja kegelapan!” seru sang raja dengan angkuhnya.
“Dia? Dia adalah putri Stifani dalam ramalan itu, dan dia adalah PUTRI Anda. Apa kau sanggup melawan putri mu sendiri raja?” paman Gildezz sepertinya sengaja mengompori emosi raja itu. Sang raja sendiri tertawa kecil mendengar itu.
“Putri? Kau pikir aku akan mengalah demi dia? Tidak akan” ucap nya disela-sela tawa.
“Apa kau lupa bagaimana caraku melenyapkan raja Hector? Adik ipar ku sendiri huh?” sang raja kegelapan mencekik leher nya paman Gildezz. Bukannya merasa takut, sekali lagi paman Gildezz menyeringai.
“Kalau begitu buktikanlah rajaku” ucap paman Gildezz meremehkan. Raja lalu melepaskan tangannya dengan kasar.
“Singkirkanlah dia sebelum terlambat. Mengapa anda tidak melenyapkannya selagi dia masih lemah?” paman Gildezz mulai memprovokasi.
“Lemah katamu? Aku tidak menyerang orang lemah Gildezz” tutur sang raja begitu meremehkan.
“Tidak menyerang orang lemah? Cih! Hanya orang sok suci yang mengatakan itu raja”
“Kenapa kau begitu takut? Biarkan dia memperkuat dirinya dengan susah payah dan kita lihat saja nanti bagaimana usahanya sia-sia ketika aku mengalahkannya” ucap raja kegelapan penuh keangkuhan.
“Sebaiknya anda jangan meremehkan musuh rajaku”
“Hentikan bicara mu itu Gildezz! Kembali lah ke istana itu sebelum ada yang mencurigai mu. Dan persiapkan dirimu karena sebentar lagi akan ada serangan dadakan” titah raja kegelapan dengan seringaian iblisnya.
“Baiklah rajaku, aku akan menantikan saat itu” ujar paman Gildezz lalu mengundurkan diri dan pergi dalam gumpalan asap.
Sang raja kini kembali menatap di kejauhan dengan mata hitamnya yang terus berasap. Kemudian ia memanggil sebuah nama dan muncullah asap yang membentuk sesosok pria yang lebih kecil dari paman Gildezz tapi tetap gagah sebab dari perawakannya ia masih remaja.
“Ada apa anda memanggilku raja?” sapa pria itu.
“Siapkan pasukan sekarang! Kita akan memulai perang ini besok! Sudah terlalu lama kita menunda” perintah sang raja.
“Baiklah raja” ucap pria itu lagi.
“Stefan” panggil raja itu lagi sebelum pria yang tidak lain adaah Stefan itu pergi.
“Ada apa Yang Mulia?” jawab Stefan karena bosan menyebut kan kata raja.
“Kau sudah kuanggap sebagai putra ku, bahkan kau lebih berharga ketimbang putri kandung ku sendiri. Jangan kecewakan aku!”
“Tentu yang mulia”
“Pergilah” titah sang raja kemudian yang terlihat seperti mengusir padahal sebelumnya ia yang mencegah. Stefan pun membungkuk dan mundur beberapa langkah sebelum akhirnya menghilang.
Di masing-masing kerajaan, raja Cornelius, raja Clavius, raja William, ratu Victoria sedang memandang keluar kerajaan mereka dengan ekspresi agak panik. Langit terlihat begitu gelap dan di mana-mana hanya ada kegelapan itu yang terus merambat entah dari mana dan sampai mana.
“Sepertinya bangsa kegelapan sudah mulai bergerak. Kita harus menyampaikan ini pada ratu Victoria, suamiku” ucap ratu Clarine yang ikut menatap keluar jendela bersama raja Cornelius.
“Kau memang benar” respon sang raja kemudian menyampaikan pesan itu pada ratu Victoria.
Di kerajaan Victor sendiri, ratu kembali duduk di singgasananya dengan ekspresi gusar. Terlebih setelah ia mendapat pesan dari raja Cornelius untuk segera mengambil tindakan.
“Ibu..” sebuah suara lembut memecah lamunan ratu Victoria. Ratu kemudian menatap gadis yang kini sedang menunduk ketakutan. Ia lalu memaksakan diri untuk tersenyum.
“Ada apa Nadya?” balas sang ratu tak kalah lembutnya dan Nadya pun mengangkat kepalanya menatap sang ratu. Terlihat sedikit keraguan di wajah Nadya untuk berbicara atau tidak. Namun akhirnya ia berkata juga.
“Ehm.. Bolehkah aku menemui Stifa?” Nadya menunduk takut melihat reaksi sang ratu. Ratu Victoria berjalan menuruni singgasananya dan berhenti di hadapan Nadya dan tersenyum tulus.
“Tentu kau boleh, biar para prajurit yang mengantarmu” jawab sang ratu lembut seraya mengusap lembut kepala Nadya.
“Cukup satu prajurit saja. Aku akan baik-baik saja” ucap Nadya mantap meyakinkan sang ratu.
“Aku yakin, para prajurit itu lebih dibutuhkan di sini. Aku hanya butuh satu untuk menunjukkan jalan” Nadya berusaha meyakinkan ratu yang terlihat ragu. Sang ratu sendiri menarik napas panjang sebelum menjawab.
“Baiklah” balas ratu akhirnya mengiyakan. Ia kemudian memerintahkan salah seorang prajurit untuk menemani Nadya melewati jalan yang sudah amat sangat gelap.
“Gildezz..” panggil sang ratu lemah setelah Nadya pergi.
“Hubungi semua kerajaan untuk segera menyiapkan pasukan” titah sang ratu yang dibalas dengan anggukan mantap.
“Laksanakan, ratu” paman Gildezz kemudian undur diri dan berjalan memasuki bagian yang lebih gelap dalam istana ini. Matanya berubah menjadi merah menyala dan seringaian khas iblisnya terlukiskan dengan baik di wajahnya.
“Peperangan akan segera dimulai..” ucapnya sambil menyeringai lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...