Setelah dari pemakaman sang ayah, Stifani membersihkan diri dan hendak bersantai di tempat tidur. Tepat saat ia menyentuh lembutnya kapuk, sebuah pesan masuk muncul di layar ponselnya. Ia mengambil dan mengecek benda kotak pipih itu.
Sam : Kau masih sedih?
Stifani : sedikit.
Sam : Mau jalan-jalan?
Stifani : Tidak minat.
Sam : Aku ke sana sekarang.
Stifani : Aku bilang-Sebelum ia selesai mengetik pesan, sebuah ketukan terdengar di pintunya. Dengan enggan gadis itu beranjak dari lautan kapuk yang empuk.
"Sam, kau-" Stifani yang awalnya mengira itu adalah Sam langsung terdiam ketika membuka pintu.
"Sisy?" ralat Stifani menatap figure di hadapannya yang sedang tersenyum menjengkelkan.
"Kau sudah merindukan Sam secepat ini?" goda Sisy pada Stifani.
"Jangan asal bicara atau kupukul kau!" ancam gadis itu pada sahabatnya.
"Aku takut. Sam, tolong aku!" ujar Sisy berteriak meledek dan Stifani mengangkat tangannya. Sisy berlari menuju lorong dan menabrak sosok yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.
"Sam! Tolong aku! Pacarmu mau menyakitiku!" ucap Sisy dramatis. Pria itu memutarkan kedua bola matanya dengan tangan di saku celananya. Pandangannya kemudian beralih pada Stifani yamg baru keluar dari kamar.
"Kau mau kembali ke bumi sekarang?" tanyanya pada gadis yang sedang menutup pintu kamarnya.
"Besok saja." jawab gadis itu dan dibalas anggukan oleh Sam.
"Kalau begitu, jalan sekarang?" tanya Sam lagi sambil memberikan lengan tangannya ala pangeran. Ia tidak menghiraukan ekspresi Sisy yang mengerucutkan bibir membentuk huruf O dan tatapan berbinar yang menjengkelkan.
Stifani hendak menanggapi namun melihat ekspresi Sisy, ia langsung menatap sinis ke arah sahabatnya.
"Langsung jalan saja." ucap Stifani menepis lengan pria itu dan berjalan mendahului. Sam menatap ke arah Sisy yang tertawa geli.
"Apa yang lucu?" tanya Sam sarkas. Sisy langsung menutul mulutnya rapat-rapat meski masih ada sudut bibir yang memaksa untuk memanjang ke atas. Gadis itu menggeleng.
"Stifa! Aku ikut yaaa!?" seru Sisy sambil berlari ke arah sahabatnya.
"He-" cegah Sam namun terlambat. Stifani sudah lebih dulu menjawab.
"Terserah." jawab Stifani singkat sambil terus berjalan. Mau tak mau, Sam mengikuti mereka.
Mereka berjalan menuju gerbang istana lalu Sam mengambil 2 skyboard yang tersedia di samping gerbang.
"Kenapa cuma ambil 2?" tanya Stifani.
"Kau naik denganku, Sisy sendiri." jawab Sam sambil menyerahkan satu skyboard pada Sisy dengan tangan kirinya.
"Dih, sombong." ujar Sisy sarkastik namun tetap mengambilnya. Sam kemudian menyalakan skyboard miliknya dan menaikinya. Ia mengulurkan tangan pada Stifani dan disambut oleh gadis itu. Dalam hitungan detik, mereka bertiga sudah terbang mengangkasa.
Lalu lalang penduduk MAGICAL DREAM terlihat dari atas sana. Kota metropolis berbau dongeng yang indah. Beberapa pengendara skyboard juga terlihat menikmati perjalanan mereka. Bahkan, terlihat sebagian terbang dengan kecepatan tinggi meliuk-liuk di antara pengendara lainnya.
Tak beberapa lama, Sam menurunkan skyboardnya dan menyambut Stifani untuk melompat turun bersama.
"WOA! Ramai sekali!" seru Sisy kagum. Begitu juga dengan Stifani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGICAL DREAM: STAR AND MOON
Fantasyнιdυp ιтυ мeмвoѕanĸan ѕaмpaι ĸaυ мeneмυĸan apa yang ĸaυ carι Itulah yang dirasakan oleh Stifani Emira, seorang remaja yang ingin pergi ke dunia baru hasil imajinasinya. Hidupnya selalu berjalan monoton sampai suatu hari, satu kejadian, satu benda, d...