UN

144 38 1
                                    

"Mah, pah. Aku berangkat yaa" Ilmi dan Ivan mencium punggung tangan Evi dan Ahmad secara bergantian.

"Hati-hati yaa," Evi mengantar Ilmi dan Ivan sampai depan rumah yang diikuti Ahmad.

"Mau ayah anterin gak?" tanya Ahmad.

"Enggak usah yah," jawab Ilmi panik tapi ia berusaha tenang supaya ayahnya tidak curiga.

"Yaudah hati-hati yaa," Ahmad dan Evi pun melambaikan tangannya kepada Ivan dan Ilmi lalu mereka pun berlalu. Sedangkan Intan hanya mengintip dijendela yang berada disamping pintu utama, hatinya sangat girang bahwa Ivan sudah tidak ada dihadapannya lagi walaupun tadi sempat memasak bersama tapi Intan belum yakin bahwa Ivan sudah sepenuhnya memaafkan kesalahannya dan Intan merasa Ivan adalah lelaki yang bisa membuat perempuan terasa lebih nyaman jika berada disampingnya karena sepertinya mamahnya Intan sudah akrab dengan Ivan, biasanya Evi tidak mau membuat tamu repot tetapi tadi pagi Ivan malah disuruh memasak oleh Evi , ini sangat membingungkan bukan?. Kini Intan terduduk dikursi tempat biasa ia belajar sehabis mengintip dibalik horden ia langsung kembali kekamarnya tapi sepertinya Intan tidak fokus belajar bola matanya memang kearah buku tapi fikirannya entah melayang kemana.

"Ivan, " Intan bergumam dengan memangkukan dagu ditangannya.

"Ahh, kenapa lu kaya gini sih Intan. Kenapa kepikiran tentang dia, toh dia juga pasti punya pacar dipondoknya," Intan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seperti orang yang terkena masalah besar.

Intan membuka wajahnya kembali yang ia tutupi dengan telapak tangannya tadi.
"Pokoknya harus belajar," Intan mengepalkan tangan keudara, supaya
ia semangat belajar tapi, apa gunanya fikirannya sedang tidak fokus belajar saat ini jadi, ia juga tidak bisa memaksakan karena baginya percuma belajar toh, pelajaran yang ia pelajari tidak akan diserap dengan otaknya.

"Hmm," Intan memainkan pulpen yang ia pegang.

Tak lama ia mengambil buku diarynya lagi yang ia selipkan diantara buku-buku yang lain lalu ia mulai menggoreskan tinta diatas sana.

Dear diary,

Kenapa gue kaya gini sih, apa ini yang namanya jatuh cinta? tapi gue kan cuma orang yang selalu bikin dia kesel ,selalu bikin masalah, selalu yang terburuk lah . Apakah dia bakal terima gue yang kayak gini? apalagi dia dari pesantren, help me yaAllah:).

Intan menutup bukunya kembali lalu melipat kedua tangannya diatas meja dan ia merebahkan kepalanya diatas sana, sesekali ia menghela nafas panjangnya kemudian ia mulai memejamkan matanya dan dunia mimpi pun menjemputnya.

📖

Hari senin pun tiba dimana hari ini diselenggarakannya Ujian Nasional saat ini Intan sudah memasuki ruang ujiannya dan ia sedang mendengarkan pengawas ujian memberi arahan pada Ujian Nasional ini.

"Jadi kalian harus pakai pensil 2B semua, kalian pada bawa kan? " tanya Pak Azzam ia adalah pengawas diruangan yang Intan tempati saat ini.
"Bawa pak, " Jawab seisi ruangan.

"Baik langsung saja kita mulai," Pak Azzam mulai membagikan kertas ujiannya bersama dengan Bu Uus.

"Jangan ada yang mencontek!" kata Pak Azzam dengan tegasnya yah, itu cukup membuat jantung Ikmal berdegup kencang khawatir ,biasanya jika sedang ujian seperti ini Ikmal akan bekerja sama dengan yang duduk dibelakangnya atau didepannya tapi apalah daya kalau guru killer seperti Pak Azzam yang mengawas, Ikmal tak bisa memutar lehernya kekanan maupun kekiri dan melirik lirik seperti biasa yang ia lakukan jika sedang ujian bisa-bisa Pak Azzam merobek kertas ujiannya menjadi dua atau ia akan dijemur dilapangan jadi, Ikmal pasrah pada hari ini semoga saja ia beruntung bisa menjawab soal ujian kali ini, mata pelajaran yang diujikan adalah bahasa Indonesia jadi Ikmal masih beruntung untuk hari ini semoga saja ujian besok yang mengawas bukan Pak Azzam lagi.

120 menit pun berlalu.....

Pak Azzam dan Bu Uus pun mulai mengambil kertas ujian dari siswa yang mengikuti kegiatan Ujian Nasional.

"Selesai tidak selesai kumpulkan ya," kata Bu Uus tegas.

Dan ketika kertas ujian sudah dikumpulkan peserta ujian langsung diperbolehkan pulang tapi sebelum itu mereka membaca doa terlebih dahulu, Taufik dan Ikmal berjalan dikoridor sekolah.

"Mal, lu jadi nembak Intan gak?" tanya Taufik yang dibalas gelengan kepala dari Ikmal.

"kenapa?"

"yah, gue harus fokus UN Fik, gue gak mungkin ngecewain nyokap gue mulu." Jawab Ivan dengan pasrah.

Taufik langsung merangkul Ikmal dan menepuk-nepuk bahunya.

"Yaudah gue setuju, tapi lu harus tetep tersenyum yaa jomblo is calm broo." Taufik tersenyum lebar dan mengangkat kedua alisnya.

"Iya Fik," Ikmal pun tersenyum lebar ia bersyukur punya teman sebaik Taufik. Dan Intan pun berada digerbang sekolah ia menunggu angkot tapi tidak ada yang mau berhenti disebabkan sudah penuh dengan penumpang yang lain dan Ikmal dan Taufik pun melihat punggung belakang Intan yang tengah berdiri itu.

"Mal, ada Intan"

"yaudah gapapa,"

"kita tanyain dulu aja Mal, kasian dia belum pulang"

"tapi Fik-" kata Ikmal karena ia masih memendam rasa dan merasa malu jika bertemu Intan.

Taufik langsung menarik tangan Ikmal tanpa mendengarkan perkataan Ikmal terlebih dahulu.

"Hay Intan!" seru Taufik.

"Eh, hay juga" kata Intan tersenyum.

"Lagi nungguin apa?" tanya Taufik.

"Nungguin angkot belum ada yang berhenti,"

"oh gitu," Taufik mengangguk-anggukan kepalanya kemudian ia berkata pada Ikmal dengan suara yang kecil supaya tidak terdengar oleh Intan.

"Mal, lu berhentiin angkot geh. Lu kan jago buat berhentiin angkot"

"kok jagu gue sih," Ikmal mengernyitkan dahinya.

"yah, berbuat kebaikan kepada gebetan terakhir kali Mal, kan udah mau lulus" jelas Taufik.

"Oke deh,"

Kemudian Ikmal berjalan kepinggir jalan dan memberhentikan angkot belum ada 10 menit ia sudah berhasil memberhentikan angkot yang penumpang nya juga tidak sepadat angkot yang lain dan ini dilakukan Ikmal rutin selama UN berlangsung, kemudian kelas IX A diliburkan sampai nilai nem mereka keluar.

📖

Hay semuanya jangan lupa vote dan coment yaa:)

Intan {Sudah Terbit} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang